Author

Topic: [Diskusi] Dagangan Sepi, PKL & Penjual Makanan Curhat di Medsos (Read 519 times)

full member
Activity: 776
Merit: 146
Ane udah baca semua komentar, ga nyangka laris juga banyak yg komeng... ditinggal berapa hari udah banyak Grin
Yang ane lihat banyak dari agan-agan malah bilang kalau di tempat agan yang jualan masih ramai, dan menyangkal kebenaran video tsb ketika di-extrapolasi ke lingkup yang lebih luas. Dengan kata lain, ini hanya khusus untuk mereka saja... dan tidak terjadi dalam lingkup yang lebih luas.

Ikut melaporkan pantauan di daerah saya juga aman-aman saja gan, tidak terlihat ada penurunan aktifitas perdagangan dan daya beli masyarakat. Untuk weekend malah cenderung sangat ramai terutama di daerah yang banyak pedagang goreng-gorengan. Mungkin isu resesi belum sampai ke tingkat bawah

Kalau penyebab untuk warung yang sepi itu terkait online dan persaingan keknya itu gak berlaku deh di warung kek pecel lele, itu lebih cocok buat barang yang bisa dikirim pakai ekspedisi, kek baju, elektronik, dsb.

Untuk persaingan bisnis bisa jadi si gan, apalagi jika ada pedagang pecel lele yang memiliki rasa lebih enak, bukan tidak mungkin pedagang lama jadi sepi. Apalagi untuk pecel lele itu masalah sambal, kalau sambelnya bisa bikin yang "maknyus" dijamin laris manis
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Ane udah baca semua komentar, ga nyangka laris juga banyak yg komeng... ditinggal berapa hari udah banyak Grin
Yang ane lihat banyak dari agan-agan malah bilang kalau di tempat agan yang jualan masih ramai, dan menyangkal kebenaran video tsb ketika di-extrapolasi ke lingkup yang lebih luas. Dengan kata lain, ini hanya khusus untuk mereka saja... dan tidak terjadi dalam lingkup yang lebih luas.

Kalau penyebab untuk warung yang sepi itu terkait online dan persaingan keknya itu gak berlaku deh di warung kek pecel lele, itu lebih cocok buat barang yang bisa dikirim pakai ekspedisi, kek baju, elektronik, dsb. Mau ke warung pecel itu (tergantung agan di kota mana) tinggal jalan kaki bentar udah nyampe, ga ada faedahnya beli pakai aplikasi. Orang yang jajan di sono tentunya juga yang budgetnya segitu-segitu aja, bukan target market gofood dsb.

Harusnya ane bikin polling juga kemaren antara yg memantau sepi dan yang tidak...
hero member
Activity: 1834
Merit: 720
Ketika kita menghadapi permasalahan, maka hadapilah permasalahan tersebut dan teruslah berusaha untuk mencari solusi bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Mengapa saya mengatakan demikian, karena setelah saya membaca tauatan yang anda kirim saya melihat bahwa ada sebagian dari mereka menyalahkan dan mengkambing hitamkan para penjual online yang menjadi penyebab dagangan mereka menjadi sepi.

Siap atau tidak siap
Perubahan zaman itu pasti ada.
Penjual juga harus upgrade mekanisme cara dagang yang harus di sesuaikan dengan kondisi zaman.
Tapi kalau mau berkaca lebih luas permasalahan ini terjadi tidak lepas dari daya beli masyarakat yang menurut baik disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil maupun pertukaran uang di masyarakat yang lemah.

ya.. mungkin itu juga adalah salah satu penyebabnya, bahwa memang untuk saat ini daya beli masyarakat mengalami penurunan dan hal ini tidak lain dan tidak bukan karena permasahan perekonomian yang dimasyarakat sehingga mereka (masyarakat) memilih untuk berhemat yang pada akhirnya "perputaran uang" menjadi lambat.
Namun saya juga melihat bahwa persaingan antara pedagang saat ini semakin ketat, karena banyak nya orang yang terjun dalam bidang ini. Dan mungkin ada juga pernah melihat bahwa dalam satu tempat berdagang anda bisa menemui beberapa pedagang yang berjualan dengan produk yang sama dan tentunya hal ini sangat mempengaruhi pendapatan pedagang.
legendary
Activity: 1526
Merit: 1032
Up to 300% + 200 FS deposit bonuses
keren om, saya teringat tentang suatu produk apapun tentu ada market nya sendiri,ada periode sepi serta ada periode rame.adakalanya beberapa kalangan konsumen tidak mempermasalahkan harga mahal justru semakin laku karna beberapa faktor seperti ,lebih elegan,lebih banyak keunggulan (baik pelayanan dan fasilitas ) bahkan bukti sebuah kemampuan,misal makan di kaki 5 atau restaurant jika sesuai pasar,ya tentu punya omset yang berbeda sehingga harga tidak jadi masalah utama karena sesuai dengan apa yang di dapat dan di berikan oleh penyedia jasa.kecuali ada faktor lain yang di luar kasat mata .hehehe
Sebenarnya ini bukan masalah harga tapi kualitas itu sendiri. Jadi jika barang daganganya enak dan layak dibeli, walau harga naik pun tetap ramai. Dalam kasus di atas, tentunya bukan masalah kualitas, karena kita tahu sendiri kalau beli barang online (kayak pakaian, sepatu, dll) terkadang kalau nyampe tidak sesuai ekspektasi, namun karena harga bersaing dan lebih murah banget dari beli di pasar tanah abang, mending beli di toko online dan di pas-in betul ukurannya.
newbie
Activity: 16
Merit: 0
Ketika kita menghadapi permasalahan, maka hadapilah permasalahan tersebut dan teruslah berusaha untuk mencari solusi bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Mengapa saya mengatakan demikian, karena setelah saya membaca tauatan yang anda kirim saya melihat bahwa ada sebagian dari mereka menyalahkan dan mengkambing hitamkan para penjual online yang menjadi penyebab dagangan mereka menjadi sepi.

Siap atau tidak siap
Perubahan zaman itu pasti ada.
Penjual juga harus upgrade mekanisme cara dagang yang harus di sesuaikan dengan kondisi zaman.
Tapi kalau mau berkaca lebih luas permasalahan ini terjadi tidak lepas dari daya beli masyarakat yang menurut baik disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil maupun pertukaran uang di masyarakat yang lemah.
hero member
Activity: 1218
Merit: 608
Ketika kita menghadapi permasalahan, maka hadapilah permasalahan tersebut dan teruslah berusaha untuk mencari solusi bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Mengapa saya mengatakan demikian, karena setelah saya membaca tauatan yang anda kirim saya melihat bahwa ada sebagian dari mereka menyalahkan dan mengkambing hitamkan para penjual online yang menjadi penyebab dagangan mereka menjadi sepi.
Adanya penjual online adalah bagian dari perkembangan zaman dan kita tidak bisa membendung perkembangan ini. Dan mereka yang jualannya sepi  pembeli, hal ini diakibatkan karena mereka tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada dan keiingan para pembelinya. Karena seperti yang kita tahu pada saat ini para pembeli menginginkan kepraktisan karena mereka sudah tidak ingin jika harus mengantri lama dan panas-panasan keluar dari rumah ataupun dari tempat kerjanya untuk sekedar membali makan dan cemilan, maka memesan makanan melalui onlineshop (Go Food, Grab Food, Shopy Food dan yang lainnya) adalah pilihan yang tepat bagi mereka.

Kita tidak bisa menyalahkan mereka yang berjualan online karena bagaimanapun mereka sama seperti kita yang mencari nafkah dan keuntungan dari usaha yang mereka lakukan. jadi berhentilah untuk menyalahkan orang lain yang menjadi penyebab dagangan anda sepi.  Dan daripada anda menghabiskan waktu untuk itu, lebih baik anda mencari solusi agar dagangan anda bisa laku dan jangan lupa manfaatanlah kemajuan tekonolgi ini untuk membantu usaha anda agar lebih baik lagi.
Ini permasalahan yang pernah dihadapi petama sekali saat grab atau ojek online dioperasikan untuk pertama kali di Indonesia beberapa tahun yang lalu, banyak penolakan dari tukang ojek pangkalan namun perlahan dengan kontribusi yang cukup bagus dan memberikan dampak positif bagi masyarakat secara tidak langsung ojek online diterima sangat baik. Saya rasa juga sama suatu saat nanti kehadiran TikTok dan beberapa media penyedia penjualan banyak ditentang oleh penjual kaki lima dan beberapa penjual offline, namun mereka harus berinovasi dan bisa masuk ke konten media bersaing secara sehat agar penjualan mereka bisa meningkat suatu saat nanti. Denan kemajuan teknologi saya rasa kita harus beradaptasi dan jangan mempertahankan model atau sistem penjualan model seperti dulu, saat ini serba online bahkan beberapa toko sudah memiliki akun TikTok shop dan harus dikembangkan oleh PKL atau penjual offline yang saat ini menyadari omset penjualan mereka menurun drastis bukan mengharapkan kepada pemerintah agar TikTok shop ditutup secara permanen.
hero member
Activity: 1834
Merit: 720
Ketika kita menghadapi permasalahan, maka hadapilah permasalahan tersebut dan teruslah berusaha untuk mencari solusi bukan mencari kambing hitam untuk disalahkan.
Mengapa saya mengatakan demikian, karena setelah saya membaca tauatan yang anda kirim saya melihat bahwa ada sebagian dari mereka menyalahkan dan mengkambing hitamkan para penjual online yang menjadi penyebab dagangan mereka menjadi sepi.
Adanya penjual online adalah bagian dari perkembangan zaman dan kita tidak bisa membendung perkembangan ini. Dan mereka yang jualannya sepi  pembeli, hal ini diakibatkan karena mereka tidak mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada dan keiingan para pembelinya. Karena seperti yang kita tahu pada saat ini para pembeli menginginkan kepraktisan karena mereka sudah tidak ingin jika harus mengantri lama dan panas-panasan keluar dari rumah ataupun dari tempat kerjanya untuk sekedar membali makan dan cemilan, maka memesan makanan melalui onlineshop (Go Food, Grab Food, Shopy Food dan yang lainnya) adalah pilihan yang tepat bagi mereka.

Kita tidak bisa menyalahkan mereka yang berjualan online karena bagaimanapun mereka sama seperti kita yang mencari nafkah dan keuntungan dari usaha yang mereka lakukan. jadi berhentilah untuk menyalahkan orang lain yang menjadi penyebab dagangan anda sepi.  Dan daripada anda menghabiskan waktu untuk itu, lebih baik anda mencari solusi agar dagangan anda bisa laku dan jangan lupa manfaatanlah kemajuan tekonolgi ini untuk membantu usaha anda agar lebih baik lagi.
newbie
Activity: 16
Merit: 0
Kemaren ane sempet liat tweet ini:
https://i.postimg.cc/rssFNDDV/curhat-pkl.jpg



Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.


Seperti dua mata pisau yang sama sama tajam, ketika masyarakat sudah mulai nyaman belanja online maka pelaku umkm yang menjual secara tatap muka akan terasa dampak nya.
Berawal dari masa pandemi yang membuat masyarakat kebanyakan membeli sesuatu melalui platform aplikasi sampai saat ini walau pandemi telah berakhir tapi keadaan masyarakat sudah mulai berat untuk membeli sesuatu langsung ke tempat tujuan.
Lebih terasa nyaman dari rumah tinggal pesan dan diantar ke rumah.
hero member
Activity: 1008
Merit: 724
Yang saya lihat dari kelanjutan masalah ini adalah dimana mereka juga mengeluhkan tentang online shop yang berada di beberapa media sosial yang dianggap sebagai salah satu masalah mereka karena tidak mendapatkan pelanggan.
Masalah dari resesi, bahan pangan yang semakin mahal dan frugal living sepertinya memang itu juga bisa dijadikan sebagai salah satu kondisi dimana ini membuat mereka lebih sulit tetapi ketika kita berada di sisi konsumen kita mungkin akan mencari alternatif termudah untuk mendapatkan sesuatu. Memang online shop ini cukup dikeluhkan oleh para pedagang tetapi untuk kita sebagai konsumen ini jauh lebih mudah pada akhirnya karena kita tidak perlu repot-repot untuk keluar rumah untuk mendapatkan sesuatu dan untuk saya yang memang orangnya mageran ini membantu Cheesy Adapun para pedagang yang mana mereka tidak melakukan metode online shop yang terganggu mungkin dalam hal ini mereka juga tidak bisa disalahkan tetapi disisi lain ini adalah tantangan nyata bagi mereka karena pada akhirnya ketika zaman sudah semakin canggih mereka yang berjualan juga pasti akan mendapatkan persaingan dagang yang semakin besar yang membuat mereka harus memikirkan strategi marketing yang cocok dengan hal ini.
btw ada usulan dari para pedagang yang mengharapkan tiktok shop ditutup sebagai buntut dari masalah ini dan saya rasa ini juga bukan usulan yang bijak karena pada akhirnya ini juga seperti menutup UMKM lain untuk menjajakan pasar mereka.
Melihat usulan tiktok shop yang ditutup karena para pedagang yang sepi karena banyaknya yang berbelanja secara online saya jadi ingat tentang bagaimana dulu ojeg pengkolan yang ramai-ramai berdemo karena adanya ojol Cheesy


legendary
Activity: 2324
Merit: 1604
hmph..
Saya setuju poin 2 dan 3 yang memberikan pengaruh.
Beras Mahal: ini jelas memberikan efek terhadap daya beli masyarakat. Karena, daripada digunakan untuk jajan di luar, lebih baik beli. Saya setiap bulan membeli 25kg beras untuk kebutuhan, saya paham dari harga sekitar 250K tahun lalu, saat ini mencapai 320K (beras yang biasa saya konsumsi). Jika ada tetangga yang panen, bisa lebih murah, 20K. Artinya, 70K kenaikan, membuat seseorang lebih berpikir untuk menyimpan uang untuk membeli beras lagi. Kemudian, ketika beras naik, ada kemungkinan harga jajanan di luar juga naik.

Beralih ke hidup hemat: Ini bisa jadi, karena saat ini banyak produk sembako yang mengalami kenaikan harga, sedangkan pemasukan mungkin menunggu awal tahun untuk naik (karyawan), sedangkan yang bekerja serabutan, boro-boro ingin jajan atau makan diluar, bisa memenuhi poin 2 aja udah bersyukur banget. Pemasukan dan pengeluaran yang tidak imbang, membuat semua yang mengalami hal ini harus menghemat sih. mau tidak mau. Walaupun bukan merubah gaya hidup, tapi bisa jadi keadaan yang mengubahnya agar lebih hemat.

Kalau soal resesi, saya no comment. males baca berita ekonomi negara & dunia. fokus ekonomi keluarga saja  Cheesy
member
Activity: 89
Merit: 38

Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek.

Menurut opini saya, dagangan mereka sepi tak laku yang menyasar penjual martabak, pecel lele dan ayam geprek mungkin yang dirasa pelanggan pertama bosan yang rasa nya itu-itu aja (ingin nyobain lapak baru) ,
Kedua mungkin mahal, dan ketiga ada lapak baru yang rasa nya lebih enak dan murah.
Semua balik lagi ke pelanggan, Sebaiknya kalau ada kritikan atau masukan dari pelanggan tentang masakan atau menu nya yang kurang pas pedagang harus senang menerima kritikan tersebut agar kedepannya lebih terjaga menu dan rasa nya.

Inti nya dirasa kalau rasa enak nya di jaga ins yaa Alloh pelanggan bakal stay.
sr. member
Activity: 616
Merit: 274
Berarti merembet kemana-mana ya. Sekarang gini om. Misalnya itu jadi beban keuangan bagi pembeli, tapi untuk pembeli loyal yang sudah biasa beli di warung itu, mereka tidak akan memikirkan bebannya karena dari order online itu juga sering memberikan gratis ongkos kirim. Coba deh om lihat di aplikasinya, pasti tiap minggu ada gratis ongkos kirimnya.
Memang untuk sebagian orang yang sudah terbiasa membeli lewat food online tidak terlalu memikirkan pengeluaran biasanya orang tersebut mempunyai penghasilan yang lebih di atas rata rata. Bagaimana dengan gaji di bawah UMP pasti untuk membelinya mikir terlebih dahulu. Memang Jika kedai kita masuk ke online ibaratnya kita mengembangkan sayap atau
Membuka cabang tanpa mengeluarkan cost jauh lebih tinggi dan untuk berkembangnya kedai yang kita kelola, tanpa harus membayar biaya sewa. Kedai yang om kunjungi itu mungkin sudah terkenal dan rating nya Bagus, Kedai tersebut memainkan berbagai formula untuk harga nya. Gratis ongkir aplikasi itu ada formula itung itungan nya dari penjual om, Bila harga kaki lima 15ribu masuk online pasti harga lebih mahal karena di aplikasi ada biaya biaya pajak aplikasi dll besarannya pariatif . Setiap aplikasi berbeda dalam menentukan formulanya. Coba om longgo bagaimana orang orang tersebut memainkan formula harga nya di online untuk gratis ongkir.

Gaji pekerja mungkin sudah naik di awal-awal bulan tapi kalau harga kebutuhan pokok naiknya bisa sampai beberapa persen, kira-kira menurut om, keadaannya tetap sama dengan yang sebelumnya ngga om?
Sebagai perbandingan ya om, ini yang saya dapat:
Code:
https://www.suarainqilabi.com/berita/benarkah-gaji-pns-naik-tapi-rakyat-gigit-jari/
https://www.kompasiana.com/melvinanurcahayani9474/6509b36f4addee1d27583614/prediksi-kenaikan-harga-gula-makanan-dan-minuman
https://jateng.solopos.com/harga-beras-naik-begini-curhat-pedagang-dan-pembeli-di-salatiga-1745312
https://mojok.co/terminal/harga-beras-hari-ini-bisa-memicu-inflasi/
https://indexbekasi.com/2023/09/18/gaji-asn-tni-polri-2024-naik-8-bagaimana-dengan-kenaikan-umk-2024/
https://kumparan.com/angga-pratama-1685113232445744615/greedflation-dan-perekonomian-indonesia-21C5ReIb8iy/4
Sudah jelas  pasti tidak sama lah keadaan sebelum dan sesudah naiknya bahan pokok , sudah pasti kenaikan akan mengurangi atau menyusut uang tersebut. Kayanya Agan @Rampagoe004 sudah menjelaskan lumayan cukup jelas, pengaruh terbesar nya ada di inflasi. Pertanyaan om di atas tersebut, jawabannya ada di link om kasih jadi tinggal di cerna kembali saja , jadi saya tidak jelaskan kembali keadaan nya tetap sama atau tidak.
hero member
Activity: 2212
Merit: 670
Signature designer - start @$10 - PM me!
Kalo didaerah saya, orang ga punya warung bisa jualan. Dari hanya iseng-iseng bisa jadi menjanjikan.
Melonjaknya layanan transportasi dan logistik akhir-akhir ini semakin memberi kesempatan siapapun menjadi pelaku usaha rumah tangga dengan modal minim. Ditambah lagi kita semua tahu bahwa media sosial perlahan telah bergeser menjadi media bisnis dan promosi. Pokoknya semua sudah serba mudah, kalo ga ingin kalah saing solusinya ikuti arus utama.
hero member
Activity: 1218
Merit: 608
Ada benarnya untuk saat ini banyak pedagang yang mengeluhkan dagangan mereka mulai sepi namun sepertinya tidak untuk pedagang makanan, saya lihat di tempat saya tinggal tidak begitu kota namun setiap warung setiap harinya penuh di pagi dan malam hari yang notaben merupakan waktu istirahat setelah mekera mulai dan selesai bekerja.  Namun untuk pedagang baju, sovenir dan hal lainnya diluar kebutuhan pokok atau makanan agak sedikit sepi dibandingkan biasanya. Namun agak sedikit heran ketika para pedagang komplain dengan dagangan mereka sepi karena ada pihak lain yang berjualan via TikTok dengan harga jauh lebih murah dibandingkan harga yang mereka jual, entah ini sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau memang penjualan via TikTok jauh lebih effesien mulai dari harga hingga waktu yang memudahkan bagi konsumen.
sr. member
Activity: 812
Merit: 257
PredX - AI-Powered Prediction Market
Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.
Ane tidak melihat hal ini di kota ane. Karena tiap malam ane lewat pulang kerja warung pecel lele dan martabak tetap aja ramai. Mungkin itu terjadi di kota tertentu saja. Yang ane rasakan saat ini malah omset mereka pada naek, penjual nasi goreng di depan rumah ane aja masih ramai dan selalu antri tiap malam. Kalau menurut ane, mungkin pedagang di foto dan video tersebut menaikkan harga makanannya sehingga pembeli pada lari dan mikir 2x untuk beli.

keren om, saya teringat tentang suatu produk apapun tentu ada market nya sendiri,ada periode sepi serta ada periode rame.adakalanya beberapa kalangan konsumen tidak mempermasalahkan harga mahal justru semakin laku karna beberapa faktor seperti ,lebih elegan,lebih banyak keunggulan (baik pelayanan dan fasilitas ) bahkan bukti sebuah kemampuan,misal makan di kaki 5 atau restaurant jika sesuai pasar,ya tentu punya omset yang berbeda sehingga harga tidak jadi masalah utama karena sesuai dengan apa yang di dapat dan di berikan oleh penyedia jasa.kecuali ada faktor lain yang di luar kasat mata .hehehe

sejauh bahan poko serta bahan baku untuk usaha masih mahal sementara beberapa pengusaha masih belum merasakan itu suatu keberuntungan sehingga perputaran omset masih menutup modal yang di keluarkan,saya merasakan naik nya harga harga ini dari beberapa waktu lalu walau tidak seberapa namun efek nya cukup terasa dari harga normal pada umum nya  (belanja bulanan) Grin
sr. member
Activity: 882
Merit: 457
Apakah agan merasakan hal yang sama? Banyak teori tentang ini, beberapa diantaranya adalah:
- Resesi
- Beras Mahal
- Makin banyak yang beralih ke frugal living (hidup hemat)

Gimana menurut agan?

Kalau di kota saya cenderung lebih ramai malahan, terutama untuk pedagang kecil seperti jajanan, sekarang sangat banyak lokasi yang dipenuhi pedagang jajanan seperti: batagor, cilok, aneka es, bakso ikan, dll dan tiap sore bikin jalanan macet gan. Dan ini terjadi di hampir tiap kecamatan ada aja spot yang ramai pedagang jananan

Kalau untuk perdagangan besar malah ada yang bangkrut 1 dikota saya, padahal mall itu sudah buka sejak tahun 1992, dan koleps akibat covid-19. Dikota kecil saya belum terasa adanya resesi, semuanya masih sama. Masalah yang sedang ramai malah soal kekeringan gan  Cheesy
legendary
Activity: 1526
Merit: 1032
Up to 300% + 200 FS deposit bonuses
Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.
Ane tidak melihat hal ini di kota ane. Karena tiap malam ane lewat pulang kerja warung pecel lele dan martabak tetap aja ramai. Mungkin itu terjadi di kota tertentu saja. Yang ane rasakan saat ini malah omset mereka pada naek, penjual nasi goreng di depan rumah ane aja masih ramai dan selalu antri tiap malam. Kalau menurut ane, mungkin pedagang di foto dan video tersebut menaikkan harga makanannya sehingga pembeli pada lari dan mikir 2x untuk beli.
sr. member
Activity: 2520
Merit: 366
Catalog Websites
...
Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.

Apakah agan merasakan hal yang sama? Banyak teori tentang ini, beberapa diantaranya adalah:
- Resesi
- Beras Mahal
- Makin banyak yang beralih ke frugal living (hidup hemat)

Gimana menurut agan?

jujur saya terkejut dengan harga beras yang biasa saya beli kemarin harga nya udah naik 1000 rupiah lagi jadi 15 ribu sekilo, wah wah para emak2 di buat pusing tujuh keliling ni kalo harga beras terus naik, pemerintah apa gak ada solusi terbaik untuk menahan harga beras yang terus naik, lebih penting mikirin kampanye ketimbang ngurusi warganya nih.

bayangkan aja gan sekarang ini harga makanan di restoran atau warung itu yang paling murah 15 ribu, kalo minuman juga yang paling murah 15 ribu, saya yakin orang orang saat ini kebanyakan lagi nahan uang (frugal living), yah kalo pun mau makan di luar palingan kalo lagi ada acara penting aja.
sr. member
Activity: 1148
Merit: 409
Duelbits
Sulitnya lapangan pekerjaan membuat beberapa orang lebih memilih untuk menciptakan usaha mandiri yang salah satunya dengan berdagang. Namun sayang nya sebagian orang yang ingin terjun kedalam dunia niaga hanya berpikir bagaimana caranya saya punya modal, membuat olahan, membeli gerobak dan berjualan dipinggir jalan. Sayang sekali mereka hanya berpikir sampai sana saja tanpa memikirkan sebuah strategi dan inovasi yang sesuai dengan perkembangan zaman untuk bagaimana prosuknya bisa laku disetiap harinya dan diminati banyak orang.
Dan saya memiliki beberapa teman yang memang sebagian dari mereka bekerja sebagai pedagang. Dan ia hanya bermodalkan hanphone dan kuota juga makanan ringan yang ia buat. Yang hanya bermodalkan itu, yang walaupun posisi tempat berjualannya tidak terlalu strategis namun dengan strategi yng baik dan mampu memnafaatkan kemajuan teknologi yang ada, yang terjadi ketika ia berjualan tidak pernah sepi tuh yang namanya pengunjung.

Memang dalam sosial media adalah tempat bebas untuk berekspresi akan tetapi daripada kita mengeluh dengan keadaan yang kita alami agar bisa menarik empati orang lain. Akan lebih baik jika kita memanfaatkan sosial media tersebut sebagai sarana untuk kita melakukan promosi. Buat orang lain penasaran akan produk yang kita jual dan berikan kualitas dan pelayan terbaik kepada mereka para pembeli. Jangan habiskan waktu kita hanya untuk mengeuh saja tanpa ada solusi didalamnya.
hero member
Activity: 952
Merit: 541
Quote
Sedang viral keluhan banyak penjual offline yang kesal dengan munculnya penjual online di media sosial. Sehingga pembeli mereka jadi menurun drastis karena beralih ke pasar online.
Saya pikir ini menjadi masalah utamanya kemudian didukung dengan inflasi, masyarakat lebih memilih gaya hidup hemat daripada memilih berkunjung ke tempat kuliner yang bisa menyerap Biaya lebih besar. Para pembeli memilih ke pasar Online karena bisa mengontrol pengeluaran, pesan kemudian paket datang ke rumah. Selain itu kemudahan yang ditawarkan pasar Online bisa memberi kemudahan bagi para pembeli dan yang paling menarik minat pembeli karena harganya yang sedikit lebih murah dibanding dengan pasar Offline.

Keluh kesah para pedagang Offline menjadi berita baru di tahun 2023, mereka harusnya menyadari dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Menyerah bukan solusi, mereka harus mampu mencari solusi untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi. Dulu Oplet menjadi alat transportasi yang paling sering digunakan oleh masyarakat, sekarang kemana Oplet tersebut. Penjual kaset CD/VCD dan konter Hp yang menjual segala pernak pernik Hp mulai gulung lapak akibat perkembangan zaman.

Para pedagang yang merasa dampak dari kerasnya persaingan dagang harus mampu berevolusi dengan mengikuti perkembangan zaman, mereka harus mencari formula baru agar usahanya bisa terus bertahan dengan omset yang mencapai target.

sr. member
Activity: 1624
Merit: 339
https://duelbits.com/
Kalau ane melihat pengaruh besarnya itu gara-gara inflasi gan. Inflasi adalah konsekuensi dari mata uang yang tidak lagi dipatok dengan emas. Mata uang yang ane maksud di sini adalah USD. Karena mata uang negara lain pun biasanya ikutan USD. Ane lupa itu tahun berapa. Tapi bisa dikatakan semenjak dollar tidak lagi dipatok dengan emas, inflasi itu naik gila-gilaan. Orang-orang besar di dunia bisa mencetak uang sebanyak apapun yang mereka mau. Tentu saja tidak asal cetak. Ada banyak cara legal yang bisa dipakai. Terdengar seperti teori konspirasi tapi saat kita melihat jumlah utang negara-negara di dunia apalagi negara maju, bisa diliat kalau utangnya itu sangat sangat fantastis. Pertanyaan yang ada di pikiran ane adalah memangnya mereka semua negara itu mau bayar pakai apa? Ada yang bilang tidak masalah selama masih di bawah 60% gdp tapi ane berpikir kok hal-hal kayak gdp itu terdengar seperti omong kosong ya? yang ane tahu sepintas itu gdp itu kayak berapa jumlah valuasi nilai barang yang dihasilkan oleh suatu negara.

Ane pikir gdp juga yang menyebabkan orang miskin tambah miskin. Karena pertumbuhan gdp juga dibarengi dengan pertumbuhan inflasi yang mana pada dasarnya ketika seseorang menjadi seorang pekerja dan ada kenaikan gaji yang tidak lebih tinggi dari nilai inflasi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan pekerja tersebut. Maka, kalaupun gaji semakin tinggi, tapi kebutuhan sehari-hari yang dikeluarkan untuk hidup akan lebih tinggi dari sebelumnya. Maka yang terjadi adalah semakin miskin walaupun nilai uang yang dipegang semakin besar.
full member
Activity: 784
Merit: 115
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.

Pesaing antar pedagang makanan itu sudah sangat lumrah berlomba lomba untuk bersaing dengan harga nya om, kalau pedagang kaki lima merambah ke order online itu bukannya malah menjadi beban keuangan bagi pembeli om, bertambahnya pengeluaran buat ongkos kirimnya.

Kebetulan ada kawan saya jualan ketoprak kalau beli langsung 13lebu, kalau pakai aplikasi bisa 20lebu lebih. Kawan saya sempat mengeluh kan juga dengan bahan pokok seperti beras yang naik nya seenak udelnya dewe, untuk menaikkan harga teman saya tidak berani mengambil resikonya, takut pelanggan kedepannya berkurang ,biasanya sehari hari dagangan kawan saya itu hampir rata rata habis. Langkah yang di ambil teman saya harga tetap 13lebu tapi porsinya agak sedikit berkurang. Lebih baik ambil keuntungan sedikit dari pada naik harga dagangan nya.

Mungkin sekarang apa apa serba mahal kalau saya melihat orang sudah berubah pola hidup nya. Lebih ke frugal living (hidup hemat). Dari pada beli makan di luar 17ribu sekali makan ,lebih baik beli beras sendiri 1,5L mples lauk g neko neko bisa sehari dengan pengeluaran lebih minim.

Bukannya gaji pekerja sudah naik di awal awal bulan y om, bukannya sudah ada formula penghitungan dari pemerintah kenaikan Ump tidak boleh melebihi dari 10%
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102121501-4-402053/lengkap-ini-dia-daftar-ump-terbaru-2023-di-34-provinsi-ri)
Berarti merembet kemana-mana ya. Sekarang gini om. Misalnya itu jadi beban keuangan bagi pembeli, tapi untuk pembeli loyal yang sudah biasa beli di warung itu, mereka tidak akan memikirkan bebannya karena dari order online itu juga sering memberikan gratis ongkos kirim. Coba deh om lihat di aplikasinya, pasti tiap minggu ada gratis ongkos kirimnya.

Langkah-langkah yang diambil oleh kawan om itu bisa menjadi solusi dengan asumsi tidak menaikkan harganya tapi mengurangi porsinya dan saya kira itu wajar serta sudah terjadi di beberapa warung. Tapi mereka juga bisa menaikkan harganya dan untuk para langganannya, itu masih bisa diterima selama kenaikan harganya masih normal untuk mereka dan rasa makanannya juga tidak ada yang berubah. Kalau kata Om Hao, soal rasa itu tidak bisa berbohong Grin

Pemikiran untuk beralih ke frugal living itu sudah ada dan sudah dilakukan sejak dulu tapi mungkin didengungkannya baru-baru ini sehingga masyarakat berpikir ini seperti cara baru untuk berhemat. Sebenarnya, tidak ada salahnya juga beralih ke frugal living untuk menghemat pengeluaran tapi ini juga harus diiringi dengan penghematan di bidang lainnya, misalnya jajan. Jajan ini yang tidak bisa diperkirakan, entah itu jajannya ayah, bunda, anak-anaknya atau "jajan"nya yang lainnya.

Gaji pekerja mungkin sudah naik di awal-awal bulan tapi kalau harga kebutuhan pokok naiknya bisa sampai beberapa persen, kira-kira menurut om, keadaannya tetap sama dengan yang sebelumnya ngga om?

Sebagai perbandingan ya om, ini yang saya dapat:
Code:
https://www.suarainqilabi.com/berita/benarkah-gaji-pns-naik-tapi-rakyat-gigit-jari/
https://www.kompasiana.com/melvinanurcahayani9474/6509b36f4addee1d27583614/prediksi-kenaikan-harga-gula-makanan-dan-minuman
https://jateng.solopos.com/harga-beras-naik-begini-curhat-pedagang-dan-pembeli-di-salatiga-1745312
https://mojok.co/terminal/harga-beras-hari-ini-bisa-memicu-inflasi/
https://indexbekasi.com/2023/09/18/gaji-asn-tni-polri-2024-naik-8-bagaimana-dengan-kenaikan-umk-2024/
https://kumparan.com/angga-pratama-1685113232445744615/greedflation-dan-perekonomian-indonesia-21C5ReIb8iy/4

Selain itu ya om, mungkin yang naik itu gaji ASN/TNI/POLRI, nah gimana dengan pekerja di kantor swasta atau di perusahaan, pekerja di pabrik-pabrik, apakah gaji mereka juga naik sama dengan gaji ASN/TNI/POLRI? Selain itu, gaji di setiap kota pasti berbeda-beda mengikuti UMR dari kotanya tapi harga kebutuhan pokok menyesuaikan juga.

Tapi itu jelas tidak dirasakan oleh mereka yang gajinya di atas UMR, sedangkan banyak rakyat yang terimbas dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
sr. member
Activity: 812
Merit: 257
PredX - AI-Powered Prediction Market
ya om,saya pernah cerita di utas om beberapa minggu lalu yang ini memang saya mengalami lebih dulu tentang kesulitan bertahan(usaha di desa) sejak itu saya mencoba untuk membuka jasa lain seperti ojek dan titip bibit tanaman,walau pangsa pasar nya belum terlihat secara signifikan yang mayoritas mereka lebih menggunakan jalan kaki dan membudidaya bibit sendiri.

9 bahan pokok pun memang ada kenaikan om dari beberapa pekan lalu di beberapa pasar yang saya jumpai,saya mengganggap itu tidak berasa karna memang saya beli eceran,sebalik nya akan terasa bagi mereka yang menggunkan bahan bahan untui berjualan seberti nasi goreng,nasi padang,dan warung utama yang menjual nasi(jualan utama nya nasi dan 9 bahan pokok lain nya),yang menjual kesulitan dengan harga demikian untuk modal serta yang membeli untuk kebutuhan sehari hari pun mulai terasa biatpun mahal harus tetap di beli.

saya pun sudah membiasakan diri dengan hiduo hemat ala desa yang di ambil dari kebun sendiri dan proses penyajian rebus tapi tetap saja minyak dan bumbu yetao di gunakan walau dalam takaran kecil menurut saya lebih memangkas pengeluaran dan lebih sehat di tubuh kita,namun jika di kota mengingta tidak semua bebas financial dengan oengeluaran yang ada bahkan lahan mungkin tidak semua orang punya itu akan menyulitkan jika berkebun sayuran sendiri untuk menyambung pengeluaran harian (untuk beberapa hari saja)

saya berharap kesulitan ini bisa di dengar pemerintah,sulit nya lapangan kerja jangan di bebani dengan sulit nya bahan pokok,akan lebih baik jika dengan harga yang lebih merakyat dan memudahkan ekonomi bawah.
jr. member
Activity: 47
Merit: 25
Nosey Papa 🧑🏻‍🦱
Menurut saya, fenomena ini seperti momentum dagang yang engga bisa diprediksi kapan waktunya rame dan kapan waktunya sepi. Terkadang rame secara serentak dan juga kadang sepi secara serentak itu sering banget terjadi. Orang-orang mengeluhnya pas sepi doang dan mereka punya spekulasi masing-masing yang sebenernya ga bisa dibuktiin, meskipun itu logis.

Dulu waktu masih kerja di pecel lamongan, saya sering banget ketemu fenomena ini. Beberapa pedagang punya spekulasi macam-macam setiap ada fenomena ini, mulai dari tanggal tua, krisis ekonomi, musim kondangan, musim anak sekolah, banyak phk dll. Kalau di logika, itu semua emang masuk akal, tapi yang sering terjadi masih ada warung yang rame dan mereka tutup mulut kalau dagangan udah abis. Keluhan mereka itu keluar kalau sepi saja.

Kalau emang bener frugal living jadi penyebab gelombang sepi pembeli kali ini, kira-kira berapa persen sih orang yang udah nerapin hidup frugal living ini?

Atau kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah keluhan pedagang ini kebetulan FYP di sosmed, jadi dapet sorotan lebih dari publik dan terkesan ini merata di semua pedagang dari sudut pandang netizen, padahal pedagang di sekitar saya masih rame aja (buat warung makan yang punya langganan karena enak dan harganya wajar).
sr. member
Activity: 616
Merit: 274
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.

Pesaing antar pedagang makanan itu sudah sangat lumrah berlomba lomba untuk bersaing dengan harga nya om, kalau pedagang kaki lima merambah ke order online itu bukannya malah menjadi beban keuangan bagi pembeli om, bertambahnya pengeluaran buat ongkos kirimnya.

Kebetulan ada kawan saya jualan ketoprak kalau beli langsung 13lebu, kalau pakai aplikasi bisa 20lebu lebih. Kawan saya sempat mengeluh kan juga dengan bahan pokok seperti beras yang naik nya seenak udelnya dewe, untuk menaikkan harga teman saya tidak berani mengambil resikonya, takut pelanggan kedepannya berkurang ,biasanya sehari hari dagangan kawan saya itu hampir rata rata habis. Langkah yang di ambil teman saya harga tetap 13lebu tapi porsinya agak sedikit berkurang. Lebih baik ambil keuntungan sedikit dari pada naik harga dagangan nya.

Mungkin sekarang apa apa serba mahal kalau saya melihat orang sudah berubah pola hidup nya. Lebih ke frugal living (hidup hemat). Dari pada beli makan di luar 17ribu sekali makan ,lebih baik beli beras sendiri 1,5L mples lauk g neko neko bisa sehari dengan pengeluaran lebih minim.

Bukannya gaji pekerja sudah naik di awal awal bulan y om, bukannya sudah ada formula penghitungan dari pemerintah kenaikan Ump tidak boleh melebihi dari 10%
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102121501-4-402053/lengkap-ini-dia-daftar-ump-terbaru-2023-di-34-provinsi-ri)



full member
Activity: 784
Merit: 115
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Kemaren ane sempet liat tweet ini:


Dan tadi baca artikel ini: https://food.detik.com/info-kuliner/d-6938889/banyak-penjual-makanan-curhat-di-media-sosial-dagangan-sepi-tak-laku/1

Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.

Apakah agan merasakan hal yang sama? Banyak teori tentang ini, beberapa diantaranya adalah:
- Resesi
- Beras Mahal
- Makin banyak yang beralih ke frugal living (hidup hemat)

Gimana menurut agan?
Jump to: