Sejarah Bitcoin - Part 11
Jalan menuju terciptanya Bitcoin dipenuhi dengan berbagai macam percobaan yang mengalami kegagalan. Saya telah melakukan kompilasi sekitar seratus macam model pembayaran kriptografi, baik uang digital ataupun sistem berbasis kartu kredit yang patut untuk diingat. Beberapa di antaranya adalah proposal-proposal akademis yang telah banyak dijadikan rujukan oleh berbagai macam pihak, sementara beberapa di antaranya adalah sistem yang telah pernah di uji coba. Dari berbagai macam nama yang ada di dalam daftar tersebut, kemungkinan besar ada satu nama yang akan Anda kenal, yaitu PayPal. Dan PayPal bisa bertahan karena dia berubah haluan dengan cepat dari ide orisinilnya sebagai sistem pembayaran kriptografi di perangkat komputer yang kecil!
2 Properti pribadi Jeremy Clark
Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dari sejarah ini.
- Dari mana ide Bitcoin berasal?
- Mengapa beberapa teknologi bertahan sementara yang lainnya tidak?
- Apa yang dibutuhkan agar suatu inovasi teknikal yang kompleks sukses dikomersialkan?
Perjanjian Finansial Tradisional
Apabila kita membayangkan sebuah dunia tanpa pemerintahan atau mata uang, maka satu sistem yang mungkin bisa digunakan untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkan adalah sistem barter. Misalnya, Alice ingin mendapatkan sebuah peralatan tertentu, dan Bob ingin mendapatkan obat-obatan. Apabila salah satu di antara mereka memiliki apa yang dibutuhkan oleh orang lain, maka mereka bisa saling bertukar barang untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Tetapi, bayangkan apabila Alice memiliki makanan yang ingin dia tukar untuk sebuah peralatan tertentu, sementara Bob, yang memiliki alat tersebut, tidak memiliki kebutuhan apa pun atas makanan. Sebaliknya, dia menginginkan sebuah obat-obatan. Alice dan Bob dalam kasus ini, tidak bisa melakukan pertukaran, akan tetapi apabila ada orang ketiga, Carol, yang memiliki obat yang dia ingin tukar untuk makanan, maka pertukaran tiga arah mungkin untuk dilakukan sehingga ketiga orang ini sama-sama mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Kelemahan dari sistem ini, tentu saja mengenai masalah koordinasi, yaitu mendatangkan sekelompok orang yang memiliki kebutuhan dan keinginan yang saling berhubungan di tempat yang sama dan waktu yang sama. Untuk mengatasi masalah koordinasi inilah lahir dua jenis sistem: kredit dan uang. Sejarawan, antropolog, dan ekonomis saling berdebat mana yang lebih dulu muncul, akan tetapi hal itu tidak begitu penting dalam pembahasan yang kita bahas kali ini.
Dalam sebuah sistem kredit, Alice dan Bob akan bisa melakukan transaksi melalui sistem berikut ini. Pertama, Bob akan memberikan alat yang dibutuhkan oleh Alice, dan atas hal ini Alice berhutang terhadap Bob yang harus dia bayar pada Bob di masa yang akan datang. Kebutuhan Alice saat ini terpenuhi, akan tetapi dia harus mengganti atau membayar hutangnya terhadap Bob, dan ini menjadi kebutuhannya yang baru. Apabila misalnya Alice bertemu dengan Carol, maka Alice bisa menukar makanannya untuk obat milik Carol, kemudian kembali ke Bob dengan obat tersebut untuk membayar hutangnya.
Sementara itu dalam sistem uang, maka Alice akan membeli alat dari Bob. Kemudian dia akan menjual makananya pada Carol dan Carol bisa menjual obatnya ke Bob. Jual beli ini bisa terjadi dalam runtutan yang berbeda, selama pembelinya memiliki uang di tangannya. Pada akhirnya, tentu saja hal ini seolah-olah tidak ada uang yang pernah berganti kepemilikannya karena selalu berputar selama ada kebutuhan dari si pemilik uang tersebut.
Sistem-sistem di atas memiliki kelemahan masing-masing. Sistem pertukaran dengan uang mengharuskan adanya uang dalam jumlah tertentu agar bisa membuat jual beli bisa berjalan. Sistem kredit di sisi lain tidak membutuhkan penyediaan terlebih dahulu, akan tetapi kelemahannya adalah adanya peluang orang tertentu untuk tidak pernah membayar hutangnya.
Uang membuat kita bisa mengukur dengan tepat seberapa berharga sesuatu itu. Apabila kita melakukan barter, sulit untuk mengukur apakah sebuah alat lebih berharga apabila dibandingkan dengan obat atau apakah obat lebih berharga daripada sebuah makanan. Dengan uang, kita bisa menggunakan angka untuk mengukur atau merepresentasikan nilai suatu barang. Oleh karena itulah kita menggunakan sistem gabungan hari ini-meskipun kita menggunakan sistem kredit, akan tetapi kita menghitung hutang dalam bentuk angka sebagai bentuk yang harus dibayarkan atas hutang tersebut.
Ide-ide ini muncul di berbagai macam konteks, khususnya pada sistem
online, ketika para penggunanya melakukan transaksi atau pertukaran atas barang-barang tertentu. Misalnya, dalam sistem jaringan berbagi file
peer-to-peer harus mengatasi masalah adanya
freeloaders, yaitu pengguna yang hanya melakukan
download tanpa melakukan
share sebagai timbal baliknya. Walaupun pertukaran file satu sama lain memungkinkan, akan tetapi ada masalah koordinasi: menemukan orang yang tepat yang memiliki file yang kita inginkan dan mereka menginginkan file yang kita miliki. Dalam proyek seperti
MojoNation dan proposal akademis seperti
Karma, para penggunanya diberikan alokasi beberapa uang virtual yang harus mereka bayarkan untuk mendapatkan sebuah file dan mereka akan mendapatkan uang virtual tersebut ketika mereka mengirimkan kopian file tersebut ke pengguna yang lain. Sebuah
node (tersentralisasi untuk
MojoNation dan terdesentralisasi untuk Karma) mencatat saldo para penggunanya, dan MojoNation melakukan ekplorasi dengan mengimplementasikan sebuah layanan bursa di antara mata uang internal mereka dengan mata uang tradisional. Meskipun MojoNation tidak bertahan cukup lama untuk mengimplementasikan sebuah layanan bursa,
MojoNation menjadi nenek moyang intelektual dari beberapa protokol yang digunakan saat ini:
BitTorrent dan
Tahoe-LAFS.
Masalah pada Kartu Kredit Online
Kredit dan uang adalah gagasan yang mendasar dalam sebuah sistem atau mekanisme pembayaran. Kita bisa membedakan model pembayaran elektronik menjadi dua sisi. Bitcoin tentu saja masuk ke dalam sisi “uang", akan tetapi mari kita lihat sisi yang lainnya terlebih dahulu.
Transaksi kartu kredit adalah metode pembayaran dominan yang digunakan di internet saat ini. Apabila kamu pernah membeli dari seorang penjual seperti Amazon, maka kamu pasti tahu bagaimana sistem ini bekerja. Kamu mengetikkan detail kartu kredit yang kamu miliki, mengirimkannya pada Amazon, kemudian Amazon mengambil detail kartu kredit ini dan berbicara dengan sistem finansial meliputi bank, perusahaan kartu kredit dan lain sebagainya.
Di sisi lain, apabila kamu menggunakan sesuatu seperti
PayPal, yang kamu lihat adalah suatu arsitektur perantara. Sebuah perusahaan berada di antara kamu dan si pembeli, maka kamu mengirimkan detail kartu kreditmu ke pihak ketiga ini (
PayPal), yang kemudian akan memverifikasi transaksi yang kamu lakukan dan menghubungi si penjual.
Dengan sistem yang diterapkan di atas, kita tidak perlu memberikan detail kartu kredit kita pada si penjual yang memungkinkan munculnya masalah keamanan. Kamu juga tidak perlu memberikan identitasmu pada si penjual, yang memungkinkan untuk meningkatkan keamananmu. Kelemahannya adalah kita akan kehilangan kemudahan dalam berinteraksi langsung dengan penjual. Baik kamu ataupun si penjual harus memiliki akun yang sama di sistem yang disediakan oleh pihak ketiga tersebut.
Hari ini kita cenderung nyaman memberikan detail kartu kredit kita ketika berbelanja secara
online, atau setidaknya kita menerimanya dengan terpaksa. Kita juga telah terbiasa dengan aktivitas perusahaan mengumpulkan data mengenai detail pembelian dan browsing
online kita. Akan tetapi di tahun 1990an, web masih baru, standar untuk enkripsi protokol baru berkembang, dan masalah-masalah tersebut membuat konsumen sangat tidak yakin dan ragu. Secara khusus, pada waktu itu kita bisa dianggap gila apabila menyerahkan detail kartu kredit kita ke perusahaan online atau penjual online tanpa nama baik sebelumnya melalui jaringan yang tidak aman. Lingkungan dan situasi inilah yang membuat munculnya berbagai macam dorongan untuk mengembangkan sebuah sistem atau arsitektur pihak ketiga sebagai perantara antara pembeli dan penjual.
Sebuah perusahaan yang bernama
FirstVirtual adalah salah satu perusahaan pembayaran perantara yang dimulai pada tahun 1994. Kebetulan, mereka juga termasuk salah satu dari perusahaan yang pertama kali membuat sebuah kantor virtual dengan pekerja yang bersebaran di berbagai negara dan berkomunikasi melalui Internet.
Sistem
FirstVirtual adalah sebagai berikut. Sebagai pengguna, kamu harus mendaftar pada mereka dan memberikan detail kartu kreditmu. Ketika kamu ingin membeli sesuatu dari seorang penjual, penjualnya akan menghubungi FirstVirtual terlebih dahulu dengan permohonan pembayaran.
FirstVirtual kemudian akan mengonfirmasi detail permintaan pembayaran ini denganmu, dan apabila kamu mengizinkan, maka kartu kreditmu akan diberikan tagihan baru.
Ada dua detail yang menarik, pertama yaitu komunikasi-komunikasi di atas terjadi melalui email. Web browser pada saat itu baru mulai mendukung protokol terenkripsi seperti
HTTPS, dan protokol pembayaran menambah rumit lagi kompleksitas sebuah web browser. Kedua, konsumen memiliki 90 hari untuk mengajukan gugatan terhadap tagihan yang mereka dapatkan, sementara penjual hanya akan menerima uang yang dibayarkan oleh konsumen setelah waktu 3 bulan tersebut! Dengan sistem saat ini, penjualnya akan dibayar langsung, akan tetapi masih ada risiko konsumen akan mengajukan gugatan terhadap biaya tagihan yang mereka miliki.
Di pertengahan 1990an, sebuah pendekatan yang menjadi kompetitor dari arsitektur pihak ketiga sebagai perantara telah dikembangkan, yang bernama arsitektur
SET.
SET juga membuat konsumen tidak perlu menyerahkan detail kartu kredit ke penjual, akan tetapi sebagai tambahannya
SET juga membuat konsumen tidak perlu mendaftar pada sistem pihak ketiga. Dalam sistem
SET, ketika kamu siap untuk membuat suatu pembelian, browsermu akan memunculkan detail transaksimu pada sebuah aplikasi belanja di komputer. Aplikasi tersebut mengenkripsi detail transaksi tersebut dengan detail kartu kredit yang kamu miliki sehingga hanya pihak ketiga yang bisa mendeskripsinya, dan tidak ada pihak lain yang bisa, termasuk si penjual. Setelah kamu mengenkripsi data ini, maka kamu bisa mengirimkannya ke penjual. Penjual secara langsung memforward data terenkripsi tersebut pada pihak ketiga, yang diikuti dengan mengirimkan pandangan mereka terhadap detail transaksi tersebut. Pihak ketiga ini akan mendeskripsi data dan mengizinkan transaksi dilakukan apabila hasil dekripsimu sesuai dengan sudut pandang dari si penjual.
SET adalah standar yang dikembangkan oleh
Visa dan
MasterCard, bersama dengan perusahaan teknologi terkemuka saat ini:
Netscape,
IBM,
Microsoft,
Verisign, dan
RSA.
SET menjadi sebuah spesifikasi yang memayungi dan menyatukan berbagai macam proposal yang saat itu ada.
Salah satu perusahaan yang mengimplementasikan
SET adalah
CyberCash.
CyberCash adalah sebuah perusahaan yang menarik dalam berbagai macam sudut pandang. Selain memiliki sistem pembayaran kredit, mereka memiliki sebuah sistem uang digital bernama
CyberCoin. Sistem ini adalah sebuah sistem pembayaran mikro yang ditujukan untuk pembayaran dalam jumlah kecil seperti misalnya membayar artikel koran online yang hanya memerlukan beberapa sen untuk membacanya. Hal ini berarti kamu mungkin tidak akan memiliki lebih dari $10 pada akun
CyberCoinmu pada waktu apapun. Walaupun begitu, menariknya, mereka berhasil mendapatkan asuransi dari pemerintah Amerika Serikat (FDIC) untuk setiap akun dengan jumlah insuransi mencapai $100,000.
Pada waktu
CyberCash beroperasi, ada sebuah restriksi oleh pemerintahan Amerika Serikat terhadap ekspor kriptografi, yang dinilai sebagai suatu senjata. Hal ini berarti sebuah aplikasi yang memiliki sistem enkripsi yang menarik tidak dapat diberikan melalui download pada pengguna yang berada di negara yang lain. Akan tetapi,
CyberCash berhasil mendapatkan sebuah pengecualian spesial terhadap aplikasi mereka. Argumen pemerintah adalah melakukan ekstraksi teknologi enkripsi dari aplikasi
CyberCash akan lebih sulit daripada membuat kriptografi dari awal.
Pada akhirnya,
CyberCash bangkrut pada tahun 2001 karena mereka merupakan salah satu perusahaan yang terkena bug
Y2K, yang membuat aplikasi pembayaran mereka mengirimkan tagihan dua kali pada beberapa pelanggan. Properti intelektual mereka diakuisisi oleh Verisign, yang kemudian menjualnya ke
PayPal.
Mengapa
SET tidak bekerja? Masalah fundamental adalah karena masalah sertifikasi. Sebuah sertifikat adalah suatu jalan untuk dengan aman mengasosiasikan sebuah identitas kriptografis, yaitu sebuah public key, dengan sebuah identitas di dunia nyata. Itulah yang perlu didapatkan oleh suatu website dari perusahaan seperti Verisign, yang disebut sebagai otoritas sertifikasi agar bisa diidentifikasi sebagai “aman” di web browsermu (biasanya ditandai dengan ikon kunci). Mendahulukan keamanan daripada penggunaan,
CyberCash dan
SET memutuskan tidak hanya prosesor dan penjual di sistem mereka harus mendapatkan sertifikat, akan tetapi semua pengguna juga harus mendapatkannya pula. Mendapatkan suatu sertifikat sama halnya dengan membayar pajak, oleh karena itulah sistem tersebut menjadi suatu hal yang merepotkan. Dalam puluhan tahun ini, pengguna pada umumnya tidak menyukai adanya sistem yang memerlukan sertifikasi penggunanya.
Bitcoin dalam hal ini membuat langkah sertifikasi ini tidak perlu dilakukan dengan cara membuat tidak perlu ada identitas di dunia nyata yang diperlukan. Dalam
Bitcoin,
public key itu sendirilah yang menjadi identitas yang membuat suatu pengguna diketahui.
Dalam pertengahan 1990an, ketika
SET sedang berusaha di standarisasi,
World Web Consortium juga sedang mencari cara untuk menstandarisasi pembayaran finansial. Mereka ingin melakukannya dengan cara memperluas protokol
HTTP yang sudah ada, sehingga para pengguna tidak perlu aplikasi tambahan untuk bertransaksi, mereka bisa menggunakan browser mereka. Pada faktanya, Consortium ini memiliki sebuah proposal yang sangat umum mengenai bagaimana caranya memperluas protokol tersebut, dan salah satu aspek yang akan disentuh adalah mengatur pembayaran. Hal ini tidak pernah terjadi, tidak pernah ada browser yang menerapkan ekstensi ini. Pada tahun 2015, hampir dua dekade kemudian,
Consortium mengumumkan bahwa mereka ingin kembali mencoba mengintegrasikan protokol ini, dengan menggunakan
Bitcoin sebagai bagian dari standarisasi protokol tersebut.
1 Diterjemahkan dari Jeremy Clark dalam Arvind Narayanan, et. al,
Bitcoin and Cryptocurrency Technologies: A Comprehensive Introduction (Amerika Serikat: Princeton University Press, 2016), ix.
2 Ibid, x.
Changelog:
4 April 2018:
- Perbaikan typo.
- Perbaikan pemilihan diksi penerjemahan.
- Perbaikan penerjemahan gramatikal yang disesuaikan dengan konteks linguistik Bahasa Indonesia.
- Mengikuti kaidah penulisan istilah asing sesuai EBI.