Stablecoin (terjemahan: koin stabil) tadinya adalah koin yang di-peg (dikaitkan) dengan aset di dunia nyata seperti misalnya USD. Mekanismenya pun sederhana dengan proses mint dan burn. Misalnya si penerbit (issuer) menerima dana 100.000 USD, mereka kemudian menyimpan 100.000 USD tersebut di brankas, lalu menerbitkan (minting) 100.000 USDX apabila dijamin peg 1:1. Sebaliknya, ketika konsumen hendak menarik 100.000 USD, dana tersebut dikeluarkan dari brankas, lalu dilakukan burn 100.000 USDX. Proses ini menjamin kestabilan nilai USDX di pasar, karena pengguna percaya kalau 1 USDX bisa ditarik menjadi 1 USD sewaktu-waktu.
Belakangan ini sedang ramai stablecoin "gaya" baru, yaitu dengan menggunakan algoritma untuk menjaga kestabilan nilai stablecoin di pasar. Sayangnya, ramainya bukan karena sukses, tapi karena gagal. Tentu saja koin yang ane maksud adalah TerraUSD (UST) dari Terraform Labs.
Bagaimana Algoritma UST bekerja? [1]Protokol Terra terdiri dari dua token, yaitu:
- Terra, yang memantau harga dari mata uang fiat, sebut saja USD sehingga disebut TerraUSD (UST).
- Luna, merupakan token native yang digunakan untuk menyerap volatilitas Terra, untuk staking, dan governance.
Caranya adalah dengan ekspansi dan kontraksi:
- Ekspansi adalah ketika harga UST relatif lebih tinggi dari peg-nya (misal 1,01). Protokol akan burn LUNA dan mint UST sehingga harga UST kembali ke nilai peg (1,00). Karena LUNA diburn, maka supply LUNA semakin kecil dan harganya naik.
- Kontraksi adalah ketika harga UST relatif lebih rendah dari peg-nya (misal 0,99). Protokol akan burn UST dan mint LUNA sehingga harga UST kembali ke nilai peg (1,00). Karena LUNA dimint, maka supply LUNA bertambah dan harganya turun.
Kenapa mekanisme ini bisa gagal? [2]Ini bermula ketika hari Sabtu, 7 Mei 2022 ketika ada 2 milyar UST yang diunstake lalu kemudian dijual ke pasar. Karena tekanan jual yang kuat, harga UST kemudian turun ke 0,91. Nah tentu ini adalah skenario kontraksi (burn UST dan mint LUNA). Sialnya, sistem hanya memperbolehkan burning UST senilai $100 juta per hari, padahal sudah digelontor 2 milyar UST. Ketika UST sudah kehilangan harga stabilnya, holder panik lalu ikutan menjual UST sehingga nilainya semakin longsor. Holder LUNA juga ikutan panik jual, ditambah dengan digelontor supply koin LUNA yang baru diminting, membuat harganya terjun bebas.
Kesimpulannya, algoritma ini gagal mengantisipasi fenomena bank rush, ketika holder berbondong-bondong menarik uangnya. Seharusnya ada batasan berapa jumlah UST yang bisa distake/unstake dalam periode tertentu. Kemudian kolateral nilainya tidak boleh fluktuatif, dalam hal ini kolateral adalah LUNA tapi memiliki nilai USD yang terlalu volatil.
Referensi:[1]
https://docs.terra.money/docs/learn/protocol.html[2]
https://www.cnet.com/personal-finance/crypto/luna-crypto-crash-how-ust-broke-why-it-matters-and-whats-next/