Namun lambat laun ketika peristiwa 212 terjadi dan tabiat mereka (Riziq Sihab, Bahar Smith, dan konconya) tidak mencerminkan sifat Rasulullah SAW yang lemah lembut, sabar, dan mulia, akhirnya ada keraguan kalau mereka (klan baalawi ini) sebagai keturunan Rasulullah SAW.
Makin tidak percaya ketika KH Imadudin Ustman membeberkan Tesis soal nazab mereka di sini: https://www.youtube.com/watch?v=UrOuPeNvFQ8
terlihat jelas kalau Ubaidillah, nenek moyang klan Ba'alawi ini putus di Ahmad bin Isa, tidak ada nama Ubaidillah di keturunan Ahmad bin Isa. Kaum Ba'alawi mengklaim sendiri, dan bikin nazab sendiri.
Ketika di tes DNA pun hasilnya haplogroup-nya G, jauh sekali dengan Rasulullah SAW yang haplogroup-nya J1. : https://www.daulat.co/polhukam/123881821/kiai-imad-habib-nasab-baalawi-ternyata-dari-india-ini-penjelasannya
jangankan keturunan Rasulullah SAW, keturunan arab pun tidak ada sama sekali, jauh di atas 40 ribu tahun, malah lebih dekat ke DNA kita orang indonesia.
Angkat tangan Gan kalau untuk masalah nasab habaib, karena :
1. Minim ilmunya untuk membicarakan ini. Berapa banyak kitab yang harus dibaca, dikhatamkan dan dipahami untuk menelusuri ini.
2. Selain itu bahaya urusan akhirat untuk diri sendiri. Bisa bayangin kalau kita yang miskin ilmu trus membicarakan, mengolok ahlul bait Rasulullah. (In case ternyata beliau benar2 Habaib) Allah yang memerintahkan kita untuk menghormati dan mencintai Ahlul bait Rasulullah.
3. Sepengetahuanku, amplop itu hadiah kepada habaib, karena Rasul dan ahlul bait diharamkan menerima zakat atau sedekah. Pemberi hadiah mengharapkan keberkahan dari hadiah yang diberikan.
4. Kita banyak yang belum belajar atau memahami ilmu hakikat. Jadi analoginya seperti kisah ketemunya Nabi Musa dan Mabi Khidir yang diabadikan di Al Quran. Nabi Khidir bicara dan praktek ilmu hakikat sedangkan Nabi Musa berfikir dan berbicara bahasa syariat. Jadi ketika seorang habaib atau orang alim melakukan sesuatu yang kadang kita tidak pahami atau tidak bisa diterima akal kita. Cukup diam dan minta petunjuk sama Allah.