Pages:
Author

Topic: Sulitnya Mengedukasi Masyarakat Untuk Menolak Amplop Para Calon! - page 3. (Read 854 times)

full member
Activity: 1008
Merit: 141
Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?
bisa shock terapy nya ya hukum pelaku sogok suap amplop pemilu dengan pidana
baik pemberi maupun penerima nya dan harus tegas ke semua orang bukan tebang pilih kalau orang nya ini partai nya ini tidak di tindak
dengan penindakan tegas dan pidana secara perlahan amplop pemilu money politic akan hilang dengan sendiri nya.

tapi korupsi yang besar aja penindakan nya lemah kok yang kasus remeh temeh di tindak tegas ya tidak fair saja.
korupsi sudah mendarah daging pada hampir semua warga indonesia dan parah nya hal itu terjadi sering kali di saat pemilu akan berlangsung, saat ini hampir semua calon pejabat yang sedang mengadakan kampanye melakukan praktek uang atau istilah nya money politik.

di lingkungan saya, salah satu peserta pemilu sebut saja dari partai A mendatangi tempat kami dia menjanjikan uang 250 ribu rupiah kepada warga yang mencoblos calon anggota DPR ddari partainya, istilah nya paket (pemilih di wajibkan memilih 3 pasangan DPR kota, provinsi dan pusat) hal hal seperti ini tentu saja sulit untuk di tolak oleh warga apalagi yang ekonomi nya rendah, mau gak mau mereka wajib menerima ini, cara validasinya adalah wajib memberikan foto bukti saat sedang mencoblos nanti.
sr. member
Activity: 1358
Merit: 268
Graphic & Motion Designer
~~
~
pertama sangat susah om, karena parpol tau sasaran. mereka sudah tau target dari calon pemilihnya. apalagi yang dibidik SDM dan perekonomian orang memang rata-rata menengah kebawah, segi ekonomi.


Iya saya sepakat memang inilah masalah utamanya, bukan mental atau etika masyarakat, sebelum membicarakan masalah itu, yang harus diatasi adalah kondisi ekonomi masyarakatnya, kalau masyarakatnya diberikan kemudahan mencari uang 50-100rb tentu mereka tidak akan menerima amplop pemilu dengan mudah, buat apa mempermalukan diri demi uang yang bisa mereka dapatkan dengan mudah. Rakyat menengah kebawah juga sebenarnya malu menerima uang tersebut namun karena memang kebutuhan mau bagaimana lagi, pun yang terjadi dilapangan banyak yang menerima amplop tapi bahkan pergi ke bilik suara untuk mencoblos saja tidak, mereka memilih untuk bekerja karena memang sesulit itu untuk memenuhi kebutuhan. Memberi tahu orang yang kesulitan mencari uang untuk tidak menerima amplop pemilu itu sama saja menyruh orang lapar untuk tidak makan makanan yang sudah dihidangkan untuk mereka.

sr. member
Activity: 1316
Merit: 324
#SWGT PRE-SALE IS LIVE

Di kalangan menengah kebawah yang SDM nya biasa saja, uang bener-bener jadi senjata ampuh untuk mendapatkan suara.

Sebenarnya ini juga kekurangan dari sistem demokrasi terutama dengan masyarakat indonesia yang seperti ini. Saya ingat kata-kata abdur di suci 4 yang mengatakan "dalam pemilu, suara seorang profesor dan suara seorang yang buta huruf, sama-sama dihitung satu" . Hal ini yang menyebabkan politik uang ini marak sekali terjadi adalah karena masih banyak sdm kita ini yang bodo amat seperti yang agan sampaikan ini.

Saya pernah mendengar seseorang pernah berkata di tongkrongan orang-orang tua di pos ronda. Mereka mengatakan toh mau siapapun nanti calon yang dipilih, nasib kita tetap gini-gini saja. Jadi lebih baik suara kita dilelang saja buat calon-calon tersebut. Siapa yang ngasih paling banyak dialah yang kita pilih. Lebih baik dapat 200ribu daripada tidak dapat sama sekali. Dari sini saja kita dapat melihat bahwa kepercayaan masyarakat kita dengan politisi sudah sampai di level terendahnya.
full member
Activity: 644
Merit: 155
Eloncoin.org - Mars, here we come!
~~

Saya penasaran, mengapa begitu sulit untuk mengedukasi masyarakat agar menolak uang yang nilainya hanya untuk sehari belanja demi 5 tahun?

Apakah ada solusi untuk mengedukasi warga agar menolak segala bentuk uang yang ditawarkan?

Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?
pertama sangat susah om, karena parpol tau sasaran. mereka sudah tau target dari calon pemilihnya. apalagi yang dibidik SDM dan perekonomian orang memang rata-rata menengah kebawah, itu yang dimanfaatkan oleh parpol untuk melayangkan serangan fajar. pasti gool dan mau-lah karena mereka orang yang memang kesusahan dalam segi ekonomi. pra pemilih pasti punya pemikiran "hanya coblos ini tidak merugikan saya sama sekali" pasti gitu mikirnya.

yang kedua saya gak bisa mejawab. karena itu dari kesadaran masing-masing om.

yang ketiga, sangat bisa kalau perekonomian negara kita sudah baik. dalam artian tidak ada yang kesusahan untuk membeli nasi, lauk-pauk tiap harinya. kalau masyarakat indonesia sudah sejahtera, yakin saya tidak akan ada lagi yang mau nerima serangan fajar, kasarannya cuman uang 50 ribu.
hero member
Activity: 770
Merit: 505
Eloncoin.org - Mars, here we come!

Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?


bisa shock terapy nya ya hukum pelaku sogok suap amplop pemilu dengan pidana
baik pemberi maupun penerima nya dan harus tegas ke semua orang bukan tebang pilih kalau orang nya ini partai nya ini tidak di tindak
dengan penindakan tegas dan pidana secara perlahan amplop pemilu money politic akan hilang dengan sendiri nya.

tapi korupsi yang besar aja penindakan nya lemah kok yang kasus remeh temeh di tindak tegas ya tidak fair saja.
member
Activity: 125
Merit: 10
#SWGT PRE-SALE IS LIVE
kalau kata pak prabowo kalau ada yang nyodorin kek gitu ambil aja, soal nyoblosnya ya pakai hati nurani sendiri. ane sendiri juga gitu pas pilihan kades, kalau dapat serangan fajar pasti ane ambil, pas nyoblos milih dia ? ya kalau semuanya jelek pilihlah yang jeleknya paling sedikit wkwkkw
jangan begitu juga, masyarakat jangan selalu ditipu oleh duit receh yang disodorkan oleh para calon jika saja masyarakat mulai memberanikan diri untuk menolak uang receh dari para calon lama -kelamaan mereka tidak berani lagi menyogok masyarakat. Ingatlah bahwa uang yang kita terima tidak sebanding dengan kibijakan yang akan kita rasakan dari para mereka yang menduduki jabatan pemerintahan selama mereka memimpin. Oleh karena itu pilihlah pemimpin yang jujur dan memiliki rekam jejak yang baik dan tidak menyogok rakyat dengan uang seratus-dua ratus ribu karena yakinlah pemimpin yang lahir dengan cara seperti itu ujungnya juga rakyat yang menderita.

Justru pada musim-musim seperti ini, masyarakatlah yang menipu para caleg. Dimana masyarakat mengambil semua uang yang diberikan oleh setiap caleg yang diberikan melalui timsesnya masing-masing.

Masyarakat hanya mencoba untuk memanfaat kesempatan ini agar bisa mendapatkan keutungan demi bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Saya setuju bahwa tidak ada pembenaran dalam prilaku ini dan tidak satupun alasan yang dapat membenarkannya. Akan tetapi, selama kesejahtraan masyarakat masih belum juga tercapai, maka yang namanya "Money Politik" sudah tidak dapat dihindarkan lagi.

Dan perlu kita ketahui, bahwa dalam permainan "Money Politik" itu, tidak ada yang namanya sebuah sistem yang mengikat dan tidak ada sebuah peraturan yang mendasar bahwa ketika dirinya sudah bayar, maka ia diharuskan memilih calon tertentu. Dalam sistem "Money Politik" itu hanya berupa kesepakatan dan kepercayaan. Sehingga hal tersebut masih dapat memungkin seseorang untuk memilih calon yang lain walaupun ia telah dibayar oleh calon tertentu.

iya, karna udah setiap tahun pesta demokrasi pasti para para caleg menghambur hamburkan uang untuk memenuhi suara mereka, pola itu udah menjadi darah daginh di setiap para caleg, maupun calon kepala daerah, tapi bagi masyarakat ambil trus uangnya tapi jangan pilih dia, biar nantinya gak akan ada lagi pola pola money politik, efek dari itu juga akan membuat para caleg caleg berpikir keras terhadap money politik, uang habis suara tidak ada, masyarakat sekarang sudah tidak bodoh lagi dan tidak gampang di tipu daya lagi oleh para para caleg, sekarang yang harus di ubah adalah pilihlah caleg maupun kepala daerah yang punya gagasan dan perubahan kedepan, jangan memikirkan diri sendiri dan kelompok tertentu, jika mereka terpilih yang sejahtra bukan masyarakat tetapi diri sendiri dan kelompok tertentu.
hero member
Activity: 1582
Merit: 689
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
kalau kata pak prabowo kalau ada yang nyodorin kek gitu ambil aja, soal nyoblosnya ya pakai hati nurani sendiri. ane sendiri juga gitu pas pilihan kades, kalau dapat serangan fajar pasti ane ambil, pas nyoblos milih dia ? ya kalau semuanya jelek pilihlah yang jeleknya paling sedikit wkwkkw
jangan begitu juga, masyarakat jangan selalu ditipu oleh duit receh yang disodorkan oleh para calon jika saja masyarakat mulai memberanikan diri untuk menolak uang receh dari para calon lama -kelamaan mereka tidak berani lagi menyogok masyarakat. Ingatlah bahwa uang yang kita terima tidak sebanding dengan kibijakan yang akan kita rasakan dari para mereka yang menduduki jabatan pemerintahan selama mereka memimpin. Oleh karena itu pilihlah pemimpin yang jujur dan memiliki rekam jejak yang baik dan tidak menyogok rakyat dengan uang seratus-dua ratus ribu karena yakinlah pemimpin yang lahir dengan cara seperti itu ujungnya juga rakyat yang menderita.

Justru pada musim-musim seperti ini, masyarakatlah yang menipu para caleg. Dimana masyarakat mengambil semua uang yang diberikan oleh setiap caleg yang diberikan melalui timsesnya masing-masing.

Masyarakat hanya mencoba untuk memanfaat kesempatan ini agar bisa mendapatkan keutungan demi bisa memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Saya setuju bahwa tidak ada pembenaran dalam prilaku ini dan tidak satupun alasan yang dapat membenarkannya. Akan tetapi, selama kesejahtraan masyarakat masih belum juga tercapai, maka yang namanya "Money Politik" sudah tidak dapat dihindarkan lagi.

Dan perlu kita ketahui, bahwa dalam permainan "Money Politik" itu, tidak ada yang namanya sebuah sistem yang mengikat dan tidak ada sebuah peraturan yang mendasar bahwa ketika dirinya sudah bayar, maka ia diharuskan memilih calon tertentu. Dalam sistem "Money Politik" itu hanya berupa kesepakatan dan kepercayaan. Sehingga hal tersebut masih dapat memungkin seseorang untuk memilih calon yang lain walaupun ia telah dibayar oleh calon tertentu.
member
Activity: 728
Merit: 48
kalau kata pak prabowo kalau ada yang nyodorin kek gitu ambil aja, soal nyoblosnya ya pakai hati nurani sendiri. ane sendiri juga gitu pas pilihan kades, kalau dapat serangan fajar pasti ane ambil, pas nyoblos milih dia ? ya kalau semuanya jelek pilihlah yang jeleknya paling sedikit wkwkkw
jangan begitu juga, masyarakat jangan selalu ditipu oleh duit receh yang disodorkan oleh para calon jika saja masyarakat mulai memberanikan diri untuk menolak uang receh dari para calon lama -kelamaan mereka tidak berani lagi menyogok masyarakat. Ingatlah bahwa uang yang kita terima tidak sebanding dengan kibijakan yang akan kita rasakan dari para mereka yang menduduki jabatan pemerintahan selama mereka memimpin. Oleh karena itu pilihlah pemimpin yang jujur dan memiliki rekam jejak yang baik dan tidak menyogok rakyat dengan uang seratus-dua ratus ribu karena yakinlah pemimpin yang lahir dengan cara seperti itu ujungnya juga rakyat yang menderita.
hero member
Activity: 1358
Merit: 538
paper money is going away
Ada sedikit cerita ketika nongkrong sama temen-teman ane dan bahas soal politik dan uang beberapa hari lalu ketika jam malam tiba.
Jadi, beberapa temen ane ada yang ga peduli sama pemilu dan lebih suka liburnya ketika pemilu diadakan karena dalam seminggu artinya dia libur bisa 3x termasuk sabtu dan minggu. Temen ane yang ga peduli sama pemilu ini benar-benar bodo amat sama calon dan ga pernah riset siapa yang bakal dia pilih.

Dia sendiri cerita bahwa dia pernah dapat duit dari partai A 50rb dan partai B 50rb+minyak goreng. Ya karena emang sikapnya bodo amat dan ga mau golput, dia cerita sendiri kalau pilihannya jatuh kepada partai yang ngasih lebih banyak duid, yaitu partai B. Menurut ane, masih banyak orang Indonesia yang belum melek politik dan dengan adanya money politik ini, parpol sepertinya sukses banget menjaring orang-orang yang 'bodo amat' sama calon yang maju.

Di kalangan menengah kebawah yang SDM nya biasa saja, uang bener-bener jadi senjata ampuh untuk mendapatkan suara.
sr. member
Activity: 2324
Merit: 362
★Bitvest.io★ Play Plinko or Invest!

saya juga di tawari jadi koordinator saksi untuk pemilu nanti dan anggota DPR yang telah 3 periode terpiliha itu yang langsung datang ke lingkungan kami untuk mencari siapa siapa saja yang bersedia menjadi saksi dan koordinator saksi di bawah partainya, jujur saya saya bingung untuk menolak tawaran yang dia berikan karena uang nya cukup lumayan, itu sekitar 400 ribu, saya yakin dia akan kembali terpilih maka itu mau saya tolak juga sebenarnya sama saja sih, saya menerima tawarannya dan bersedia menjadi koordinator saksi di bawah dia.
Beda mas, menjadi koordinator saksi dengan membantu bagi-bagi amplop. karena tidak ada gotong-royong untuk bekerja, dan tak mungkin menjadi relawan yang benar-benar rela untuk membantu calon termasuk sebagai saksi. Ibaratnya, menjadi koordinator saksi atau posisi terendah sebagai saksi, itu memang perlu diberikan honor. anggap saja sebagai uang capek jaga TPS untuk memastikan suara calon tersebut tidak disabotase. sedangkan amplop yang saya sebutkan adalah sejumlah uang yang diberikan untuk mendapatkan suara. dan posisi inilah yang pernah ditawarkan kepada saya, saya disuruh ngedata nama, nik dan no kk, yang mau nerima 50k asal memilih calon tersebut. tawaran tersebut yang saya tolak, karena jika saya terima, saya menjadi ikut membuat warga nerima uang dari money politic tersebut.

sama juga gan, hanya ada beberapa koordinator saksi untuk dapil wilayah saya dan meskipun pemilu belum di mulai namun calon dewan tersebut menegaskan kepada kami semua bahwa kami juga adalah bagian dari timses nya dan kami semua juga di arahkan untuk mengumpulkan suara sebanyak banyaknya termasuk memberikan serangan fajar berupa sembako dan uang berisi 20k di dalam amplop kepada warga yang berada di dapil tempat dia mencalonkan diri, dari yang saya perhatikan, cara seperti di atas sangta efektif mencuri hati para pemilih apalagi para pemilih di dapil tempat saya bertugas dan tempat anggota dewan tersebut mencalonkan diri bisa di katakan dalam kondisi ekonomi menengah kebawah (mayoritas), saya sebagai petugas nanti hanya di wajibkan untuk menjalankan mandat sesuai dengan yang di arahkan, kalo saya menolak pastilah fee 400 ribu nya bakal gak nyampe ke saya lol.
legendary
Activity: 2226
Merit: 1086
Free Bitcoins Every Hour!
Menurut warga "ambil uangnya, jangan pilih orangnya", tapi seandainya yang memberi itu tetap menang, bukankah sudah dipastikan memiliki potensi korupsi 99% agar bisa balik modal? sedangkan modal awal saja sudah lebih dari 2M. Jangankan DPRD yang konsepnya sudah luas, untuk menjabat perangkat desa pun calon perlu mengeluarkan uang untuk bisa mendapatkan suara. Di sisi lain, melaporkan pun tidak menjadi solusi sejauh ini!
Mindset masyarakat seperti itu karena mereka paham semua calon pun melakukan hal yang sama. Jadi siapapun yang terpilih, hampir bisa dipastikan tetap bakal korupsi juga. Hanya saja mungkin bedanya di besaran atau persentase potensi korupsinya. Selain itu, dengan komitmen untuk pelaksanaan program yang pro masyarakat. Karena ada yang walaupun korupsi tetapi tetap membuat program-program yang pro rakyat.

Melapor ke mana Om? Sekalipun bisa membuat laporan, diragukan untuk diproses. Terutama jika yang bermain curang oknum dari parpol-parpol yang berkuasa.

Saya penasaran, mengapa begitu sulit untuk mengedukasi masyarakat agar menolak uang yang nilainya hanya untuk sehari belanja demi 5 tahun?
Itu karena masyarakat saking frustasinya. Karena mereka sudah mengalami berkali-kali memberikan suara demi untuk negara ini lebih maju. Faktanya negara makin hari makin terpuruk. Bahkan pemerintah yang berkuasa makin memperberat masa depan bangsa dengan hutang dan hutang lagi. Mereka yang sudah tidak punya keyakinan, tidak  mau peduli siapa yang terpilih. Jadi siapapun yang kasih uang, mereka ambil terlepas nanti mau pilih siapa pada hari H.

Apakah ada solusi untuk mengedukasi warga agar menolak segala bentuk uang yang ditawarkan?
Sebenarnya masyarakat tidak perlu diedukasi. Yang perlu diedukasi itu parpol-parpol yang mengajukan calon-calon mereka. Kan yang bermain uang itu dari timses parpolnya. Kalau tidak ada yang bermain dengan bagi-bagi uang, maka masyarakat tidak akan mendapat uang dari siapapun.

Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?
Kuncinya harus ada perubahan dari sistem pemilihannya dan regulasi harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Selama regulasi hanya formalitas, maka politik uang tidak akan pernah berakhir. Tapi kalau ada yang ketahuan bermain uang langsung otomatis dieliminasi, pasti tidak akan ada yang berani. Namun masalahnya siapa yang mampu menegakkan regulasi tersebut? KPU dan Polisi? Sayangnya kredibilitas keduanya tidak lagi bisa dipercaya karena dua-duanya sudah tidak independen.

sr. member
Activity: 364
Merit: 272
Saya penasaran, mengapa begitu sulit untuk mengedukasi masyarakat agar menolak uang yang nilainya hanya untuk sehari belanja demi 5 tahun?

Apakah ada solusi untuk mengedukasi warga agar menolak segala bentuk uang yang ditawarkan?

Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?

Karena sebagian besar masyarakat tidak tahu apa yang akan mereka dapat jika memilih calon pemimpin. Mereka tidak tahu apa imbas dari pergantian pemimpin bagi negara dan diri mereka sediri. Yang masyarakat tahu adalah bagaimana agar bisa dapat bantuan atau pembagunan di daerahnya dan seringnya mereka yang memilih juga dilupakan begitu saja, yang di pedulikan hanya konstituennya saja.
Iya benar. Kebanyakan masyarakat bodo amat dengan siapa yang akan memimpin kedepannya karena mereka berfikir pemimpin siapa pun tidak akan berdampak langsung kepada mereka siapapun yang terpilih mereka hidup juga seperti itu lagi kalau petani ya tetap jadi petani dll. Makanya mereka tidak ambil pusing ada amplop ya di ambil. Ini karena karena mereka masih banyak yang kurang edukasi soal politik, masih kurang paham kebijakan-kebijak pejabat padahal sangat berpengaruh langsung kepada mereka. Mungkin ini yang harus di edukasi lagi di tahun politik tahun depan agar mereka lebih bijak menggunakan hak suara mereka.

Quote
Jadi dari pada tidak dapat apapun mending terima amplopnya, minimal itu adalah kompensasi untuk perjalanan ke TPS
Sekarang sudah ada kemajuan dikit sih, karena ada sebagian menerima amplop tapi yang di pilih calon lain. Cheesy

Quote
Solusinya? Ada tapi sulit..... waktu yang akan menjawabnya dan mungkin generasi Z sudah cukup muak dengan politik amplop, kemudian generasi seterusnya pun akan berpikir seperti itu
Solusinya emang sulit tapi harus pelan-pelan dan ada itikad yang baik dari pemerintah uintuk membrantal politik amplop. Selain edukasi ke masayaraat secara masif tapi pemerintah harus membuat undang-undang dengan tegas siapapun calon yang memberi amplop akan di sanksi atau secara otomatis didiskuafikasi dari pencalonan.
member
Activity: 93
Merit: 22
kalau kata pak prabowo kalau ada yang nyodorin kek gitu ambil aja, soal nyoblosnya ya pakai hati nurani sendiri. ane sendiri juga gitu pas pilihan kades, kalau dapat serangan fajar pasti ane ambil, pas nyoblos milih dia ? ya kalau semuanya jelek pilihlah yang jeleknya paling sedikit wkwkkw
Yah begitulah kebanyakan orang dinegeri ini, ane juga sama sih gan, aji mumpung lah, kan kata pak haji yang penting tidak minta Grin
Meskipun begitu, kebanyakan masyarakat salah kaprah dalam menghadapi penomena "Serangan Pajar". Ada yang jaim lah, panatik lajh, mending apa adanya ajalah, yang penting cuan boss. Dan ketika pemilihan gunakan lah hati nuraninya.
member
Activity: 184
Merit: 10
I will write anything for you
kalau kata pak prabowo kalau ada yang nyodorin kek gitu ambil aja, soal nyoblosnya ya pakai hati nurani sendiri. ane sendiri juga gitu pas pilihan kades, kalau dapat serangan fajar pasti ane ambil, pas nyoblos milih dia ? ya kalau semuanya jelek pilihlah yang jeleknya paling sedikit wkwkkw
sr. member
Activity: 1274
Merit: 423
Ditahun politik seperti ini maka sudah bukan hal yang aneh ketika ada tim sukses ataupun relawan untuk membagi bagikan uang demi kemenangan calon yang berpartisipasi dalam kontestasi pemilihan umum.Namun disini saya akan mengemukakan pandangan saya dari sudut pandang lain, jika agan mengemukakan pendapat dan bertanya kenapa warga kita sangat sulit untuk di edukasi tentang penolakan uang yang diberikan oleh calon, saya akan melihat dari sudut pandang lain.

Menurut pendapat saya masyarakat tidak sepenuhnya salah akan hal ini, terlebih target mereka adalah masyarakat menengah kebawah yang kita tahu sulit untuk mendapatkan uang, jadi ketika mereka diberi uang dengan "cuma-cuma" maka mereka akan dengan senang hati untuk menerimanya. Bagi saya edukasi bukan hanya harus disampaikan kepada masyarakat saja, akan tetapi calon yang harus diberikan edukasi lebih terhadap hal hal seperti ini. Karena uang berasal dari mereka, dan masyarakat juga jika tidak ada uang dari mereka maka tidak akan menerimanya juga kan?

Namun disisi lain ini juga sulit untuk dihentikan, karena praktek seperti ini bisa dikatakan sudah menjadi budaya di perpolitikan kita. Dan juga hal seperti ini bukan hanya terjadi dalam politik saja, akan tetapi sudah di pupuk sejak dini,  saya  mengatakan ini suap dan dengan tidak bermaksud merendahkan, namun kita tahu suap adalah salah satu ciri khas masyarakat kita.
Sebenarnya tidak sulit jika semua bergerak dan para penyelengara pemilu serius menindak lanjuti para politisi yang membagi bagikan amplop tersebut, di Indonesia sudah menjadi rahasia umum untuk menduduki sebuah jabatan semua mengunakan amplop sehingga orang-orang yang berkompeten membangun negri ini sulit sekali, sehingga putra putri terbaik bangsa lebih suka berkarir di luar negeri. Untuk menolak dalam pembagian amplop harus diawali dari hal kecil seperti saat pencalonan lurah, dan pemerintah harus banyak mensosialisasikan di setiap moment, serta lewat mimbar-mimbar dakwah ke agamaan
Menindak lanjuti dengan cara apa? karena pada akhirnya hal seperti ini selalu memiliki jaringan lebih besar bahkan untuk para penyelenggaranya sendiri terkadang ikut tergabung dalam jaringan tersebut sehingga bagaimana bisa menindak lanjuti sedangkan mereka saja berada di golongan yang sama.

Kita harus sadar bahwa politik saat ini semuanya tidak terlepas dari kata "uang" karena bagaimanapun juga dari mulai pengajuan sebagai bakal calon itu membutuhkan uang, promosi dengan datang ke beberapa daerah atau hanya sekedar memasang baligo itu juga membutuhkan uang dan pada akhirnya dalam pemilihan maka pasti akan ada uang yang berbicara sehingga jangan salahkan jika pada akhirnya kita hanya terjebak di lingkaran setan yang orientasinya hanya kepada uang.
Menyingkirkan itu tidak akan bisa karena seperti yang saya katakan sebelumnya ketika para petinggi dan penyelenggara juga tidak sedikit yang berada di pihak yang sama dengan mereka yang menjadikan uang sebagai kekuatan utama dalam kontestasi politik sekarang ini.
member
Activity: 98
Merit: 21
Tontogether | Save Smart & Win Big
Ditahun politik seperti ini maka sudah bukan hal yang aneh ketika ada tim sukses ataupun relawan untuk membagi bagikan uang demi kemenangan calon yang berpartisipasi dalam kontestasi pemilihan umum.Namun disini saya akan mengemukakan pandangan saya dari sudut pandang lain, jika agan mengemukakan pendapat dan bertanya kenapa warga kita sangat sulit untuk di edukasi tentang penolakan uang yang diberikan oleh calon, saya akan melihat dari sudut pandang lain.

Menurut pendapat saya masyarakat tidak sepenuhnya salah akan hal ini, terlebih target mereka adalah masyarakat menengah kebawah yang kita tahu sulit untuk mendapatkan uang, jadi ketika mereka diberi uang dengan "cuma-cuma" maka mereka akan dengan senang hati untuk menerimanya. Bagi saya edukasi bukan hanya harus disampaikan kepada masyarakat saja, akan tetapi calon yang harus diberikan edukasi lebih terhadap hal hal seperti ini. Karena uang berasal dari mereka, dan masyarakat juga jika tidak ada uang dari mereka maka tidak akan menerimanya juga kan?

Namun disisi lain ini juga sulit untuk dihentikan, karena praktek seperti ini bisa dikatakan sudah menjadi budaya di perpolitikan kita. Dan juga hal seperti ini bukan hanya terjadi dalam politik saja, akan tetapi sudah di pupuk sejak dini,  saya  mengatakan ini suap dan dengan tidak bermaksud merendahkan, namun kita tahu suap adalah salah satu ciri khas masyarakat kita.
Sebenarnya tidak sulit jika semua bergerak dan para penyelengara pemilu serius menindak lanjuti para politisi yang membagi bagikan amplop tersebut, di Indonesia sudah menjadi rahasia umum untuk menduduki sebuah jabatan semua mengunakan amplop sehingga orang-orang yang berkompeten membangun negri ini sulit sekali, sehingga putra putri terbaik bangsa lebih suka berkarir di luar negeri. Untuk menolak dalam pembagian amplop harus diawali dari hal kecil seperti saat pencalonan lurah, dan pemerintah harus banyak mensosialisasikan di setiap moment, serta lewat mimbar-mimbar dakwah ke agamaan
hero member
Activity: 2002
Merit: 633
Your keys, your responsibility
Itu berarti voters di indo realistis gan. Lol
Mereka bukannya mau menolak edukasi, tapi mereka terutama masyarakat miskin dengan realita kehidupan mereka yg serba sulit. Ibarat kata: saat perut lapar, otak gak dapet nutrisi buat nyerap edukasi. Maka pilihan yg rasional adalah, dapet makan dulu, baru edukasi.
DI tambah lagi, janji kampanye belum tentu terealisasi, tapi amplop itu jelas dapat "mensejahterakan" mereka setidaknya beberapa hari kedepan. Dan kelemahan emosional orang-orang kita yg "tidak enakan" sehingga amplop semacam itu dianggap hutang suara.
hero member
Activity: 1582
Merit: 689
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
Saya penasaran, mengapa begitu sulit untuk mengedukasi masyarakat agar menolak uang yang nilainya hanya untuk sehari belanja demi 5 tahun?

Apakah ada solusi untuk mengedukasi warga agar menolak segala bentuk uang yang ditawarkan?

Adakah kemungkinan Money politic ini berakhir di Indonesia?

Karena sebagian besar masyarakat tidak tahu apa yang akan mereka dapat jika memilih calon pemimpin. Mereka tidak tahu apa imbas dari pergantian pemimpin bagi negara dan diri mereka sediri. Yang masyarakat tahu adalah bagaimana agar bisa dapat bantuan atau pembagunan di daerahnya dan seringnya mereka yang memilih juga dilupakan begitu saja, yang di pedulikan hanya konstituennya saja.

Sebagian besar daftar pemilih tetap pada pemilu 2024 nanti akan di dominasi oleh kaum milenial. Maka konstalasi pemilu pada 2024 nanti akan berbeda dengan  pemilu sebelumnya dan sebuah persepsi yang salah jika anda menganggap bahwa "sebagian besar masyarakat tidak tahu apa yang akan mereka dapat jika memilih calon pemimpin."
menurut saya pribadi saya berasumsi bahwa sebagian besar masyarakat kita paham akan dampak yang diberikan ketika mereka salah memilih seorang pemimpin ataupun memilih pemimpin karena uang. Mereka tahu akan dampaknya, akan tetapi kebutuhanlah yang memaksakan mereka untuk berbuat demikian yang dimana walaupun hal tersebut sedikit bertentangan dengan hati nuraninya.

Quote from: Tuturtinular
Solusinya? Ada tapi sulit..... waktu yang akan menjawabnya dan mungkin generasi Z sudah cukup muak dengan politik amplop, kemudian generasi seterusnya pun akan berpikir seperti itu

Untuk solusinya sendiri sudah ada tertuang dengan jelas pada sila ke-lima dalam pancasila yaitu "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" hanya saja dalam pengimplentasian dan dalam pelaksanaanya belum tercapai dengan maksimal sehingga pereokonomian masyrakat tidak dapat berjalan dengan lancar yang menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang hidup diangka garis kemiskinan. Karena jika saja perekonomian masyarakat itu lancar dan mereka bisa hidup dengan mapan, mungkin mereka tidak akan pernah tergoda dengan yang namanya serangan fajar dan tidak akan ada yang namnya jual beli suara.

member
Activity: 154
Merit: 17
bukan masalah amplop nya, yang jadi tergiur adalah isi dalam amplop nya (uang).
walau isi dalam amplopnya gak seberapa,menurut saya dalam hal politik dinegeri kita ini karna sudah menjadi kebiasaan tentang suap menyuap bisa dikatakan sudah turun temurun apa lagi tentang uang wah masyarakat kita ini sudah tidak bisa menolaknya.
member
Activity: 492
Merit: 53
#SWGT PRE-SALE IS LIVE
Yang sedang dibahas di Thread ini sudah lama dilakukan oleh seorang  intelektual yang ada di desa saya, beliau sangat dihormati karena kedermawanannya dan ilmu pengetahuan yang dimiliki diatas rata-rata.
Beliau selalu mengedukasi masyarakat ketika tahun pemilu datang agar tidak salah memilih pemimpin atau wakil rakyat, beliau selalu mengatakan ambil amplopnya, tapi jangan coblos calonnya, tidak apa-apa karena kita tidak meminta amplop sama mereka.

Beliau selalu berada di barisan terdepan dalam mengedukasi masyarakat untuk berhati-hati dalam menjatuhkan pilihan, pemimpin yang baik akan memberi dampak baik pada masyarakat, sedangkan pemimpin yang terlalu berambisi mendapat kekuasaan dengan menghalalkan segala cara akan mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat.

Politik uang akan berakhir di Indonesia selama masyarakat terbuka hatinya atau dengan kata lain tidak mudah dibeli suaranya dengan sejumlah uang. Di desa saya tidak ada lagi caleg yang berani menjalankan politik uang karena misi mereka tidak pernah berhasil akibat masyarakat sudah pinter dalam menentukan pilihannya.

Perlu adanya kebaikan jamaah dalam hal mengatasi ini, kencah perpolitikan di Negara kita dari masa ke masa susah dicegah yang namanya Amplop atau money politik, dikarnakan sistem perpolitikan yang dibangun presidensial, tanpa kita pungkiri siapa yang banyak uang maka orang tersbut akan mendapatkan jatah duduk di parlemen, terkadang saat H2 Pencoblosan adanya pembagian uang hampir tiap pelosok, kehadiran penyelengara dan pihak keamanan terkesan pembiaran bagitu saja, padahal jelas jika ada money politik akan akan kenak sanksi sesuai dengan pkpu akan tetapi itu jarang berlaku, sampai ke mahkamah konstitusi
Pages:
Jump to: