Karena pemimpinnya pada rakus, jadi sulit untuk dibenahi. Ketua PSSI saja direbutkan, dan rela keluar jadi menteri hanya untuk menjadi wakit ketua PSSI, apa itu bukan suatu keanehan?. Padahal jelas, apa lagi itu menpora yang mengurusi seluruh cabang olah raga di bawahnya, pasti dapat dengan mudah untuk mengkoordinasikan dengan ketua PSSI untuk sepakbola Indonesia jadi lebih baik. Aneh saja, kalau melihat bagaimana sosok tersebut rela melepas jabatan menteri hanya untuk wakil ketua PSSI, artinya sepak bola indonesia itu ladang basah, anggarannya gede, dan gampang dimanipulasi jika dibanding jadi menteri, itu saja bisa kita lihat bagaimana pola mereka mengerogoti uang untuk sepakbola yang imposible bakal maju.
Di sepakbola banyak uang sampingannya. Mafia, pengaturan skor, sampai bandar judi semuanya ada di sepakbola. Dulu saya juga merasa aneh kenapa orang-orang berebut jadi pengurus PSSI padahal sudah punya jabatan bagus di luar sana. Kalau sekelas menteri tentu itu adalah jabatan prestisius dengan semua tunjangan mewah di dalamnya. Tapi tetap rela membuang jabatannya untuk menjadi ketua atau wakil ketua PSSI.
Berbicara ladang basah, hal itu sangat memungkinkan sekali karena banyak pihak-pihak sebagaimana yang telah saya sebutkan diatas, yang terlibat disini. Apalagi masalah penganggaran untuk PSSI yang tidak berurusan dengan publik, jadi uangnya sangat mudah untuk ditilep dan dikorupsi. Banyak mantan pesepakbola yang diwawancara dan mengakui bahwa dalam sepakbola indonesia sangat banyak sekali mafia-mafia yang terlibat, dan kebanyakannya adalah mafia judi yang mencoba mengatur skor, dan mereka dibackup sama pembesar-pembesar di PSSI.