Pages:
Author

Topic: Dollar melemah apakah itu berarti Rupiah menguat? (Read 594 times)

member
Activity: 154
Merit: 17
Ya,menurut saya ketika dolar melemah maka itu bisa berarti bahwa mata uang lain,termasuk rupiah,menguat relatif terhadap dolar, dalam hubungan antar dua mata uang,ketika suatu mata uang melemah,yang lainnya cenderung menguat,Namun,pergerakan mata uang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik,oleh karena itu, hubungan antara dolar dan rupiah juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kebijakan moneter,data ekonomi,dan berita global,jadi meski pun dolar melemah dapat mendukung penguatan rupiah,tetapi menurut saya tidak ada jaminan bahwa pergerakan mata uang akan selalu sesuai dengan logika ini.
Ketika dolar melemah, ini berarti bahwa dolar AS tidak sekuat sebelumnya terhadap mata uang lain. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan suku bunga, ketidakpastian ekonomi, atau perubahan dalam kebijakan moneter AS. Ketika dolar melemah, mata uang lainnya dapat tampak lebih kuat karena dibandingkan dengan dolar AS, mereka memiliki daya beli yang lebih besar.
Ini dapat memiliki beberapa efek, terutama dalam perdagangan internasional. Misalnya, barang-barang yang dihargai dalam dolar dapat menjadi lebih murah bagi negara-negara yang mata uangnya menguat terhadap dolar, yang dapat mendukung ekspor. Namun, juga penting untuk diingat bahwa pergerakan mata uang tidak selalu merata, dan mata uang mungkin berepaluasi karena berbagai faktor. Sebagai hasilnya, pergerakan mata uang tidak selalu mudah diprediksi dan perlu dilakukan analisis yang cermat.
hero member
Activity: 1470
Merit: 755
Jika dolar melemah dan rupiah juga tidak naik itu berarti rupiah juga mengalami penurunan, yang artinya nilai rupiah memiliki inflasi lebih tinggi atau sama daripada dollar, karena jika  nilai tukar rupiah stabil, ketika dollar melemah maka akan ada peningkatan pada rupiah dari kurs dollar. CMIIW
Dikala nilai tukar mata uang kita mengalami peningkatkan hingga Rp. 15.700, ada penyebab terjadi pada mata uang dolar yang mengalami penurunan atau terkoreksi.
Karena kita selalu berhubungan dengan pasar kripto. Coba perhatikan harga salah satu mata uang stabil kripto yaitu USDT yang pair dengan IDR. Saat saya menulis, harga tukar ke Rupiah sebesar Rp. 15.728.

Menurut artikel katadata, mata uang kita diperkirakan akan bergerak pada 15.650-15.750.
Didalam artikel tersebut, terdapat grafik pergerakan suku bunga BI rate Januari 2018 hingga September 2023.
hero member
Activity: 2002
Merit: 555
Melemahnya dolar belum tentu naik atau mencuatnya nilai tukar rupiah, malah jika kita lihat barang-barang ekspor makin naik. sebab setiap negara pasti ada acuan tersendiri untuk manaikan suku bunganya supaya dampak pertumbuhan ekonomi tidak bergejolak dan terjadi inflasi
Jika dolar melemah dan rupiah juga tidak naik itu berarti rupiah juga mengalami penurunan, yang artinya nilai rupiah memiliki inflasi lebih tinggi atau sama daripada dollar, karena jika  nilai tukar rupiah stabil, ketika dollar melemah maka akan ada peningkatan pada rupiah dari kurs dollar. CMIIW
member
Activity: 492
Merit: 53
Tontogether | Save Smart & Win Big
- Apakah itu tergantung pada tingkat kemajuan perekonomian suatu negara atau bukan?
IMO, iya, kemajuan perekonomian sangat berpengaruh. Menguat atau melemahnya mata uang itu juga bisa dilihat dari sudut pandang investor dan politik pemerintahan. Sebagai contoh mata uang NKRI yang resmi adalah Rupiah.

Ketika Indonesia mampu memberikan supply barang (ekspor) ke luar negeri dengan skala yang lebih besar dibandingkan impor, maka akan banyak investor yang tertarik untuk memiliki Rupiah (IDR), karena bisa saja untuk membeli barang dari Indonesia pembeli harus menggunakan Rupiah (IDR) meskipun mata uang dunia adalah USD. Disini tingkat permintaan akan Rupiah akan meningkat, sehingga banyak orang mencari Rupiah dan menyebabkan nilainya menguat.

Kalau dari sisi politik, kita bisa melihatnya dari segi kepercayaan masyarakat terhadap politik yang ada di sebuah negara, misalnya di Indonesia, apakah kondisi politiknya sedang sehat-sehat saja atau tidak? Apakah masyarakat masih mempercayai pemerintah atau tidak? Jika kondisi politik sangat stabil dan terpercaya, maka investor asing tidak akan ragu untuk invest banyak di Indonesia. Datangnya investor asing menurut saya sangat berpengaruh sekali terhadap penguatan Rupiah.
Melemahnya dolar belum tentu naik atau mencuatnya nilai tukar rupiah, malah jika kita lihat barang-barang ekspor makin naik. sebab setiap negara pasti ada acuan tersendiri untuk manaikan suku bunganya supaya dampak pertumbuhan ekonomi tidak bergejolak dan terjadi inflasi. Tahun ini keadaan ekonomi kita makin kacau lebih parah seperti krisis moneter tahun 1998 dimana semua kebutuhan pokok seperti beras naik sangat tajam dan masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan
sr. member
Activity: 882
Merit: 355
Duelbits

- Apakah itu tergantung pada tingkat kemajuan perekonomian suatu negara atau bukan?


Tentu saja tingkat kemajuan perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi nilai tukar mata uang di negara tersebut.

Perlu diketahui berikut adalah hal-hal yang memungkinkan US Dollar bisa melemah.
-Perekonomian AS mengalami penurunan. Sehingga hal ini memungkinkan AS mengalami krisis keungan yang mengakibatkan US Dollar melemah.
-Melemahnya pengaruh politik AS. Hal ini sangat memungkinkan US Dollar dapat melamah karena dengan lemahnya sistem perpolitikan AS maka beberapa kebijakan ekonomi tidak dapat diberlakukan. Sehingga memungkinkan beberapa negara beralih kemata uang lain, Seperti yang akan dilakukan oleh negara Brazil, Rusia, India, China dan Afrika selatan yang akan meluncurkan mata uang baru yaitu BRICS sebagai alat tukar negara tersebut.

Maka selama perekonomian AS meningkat dan pengaruhnya masih kuat maka US Dollar akan tetap menguat.

Jika kembali ke topik awal "Dollar melemah apakah itu berarti Rupiah menguat"
Hal ini bisa saja terjadi jika Indonesia dapat memanfaatkan situasi tersebut dengan terus meningkatkan perekonomian untuk menguatkan Rupiah selag Dollar melemah. Adapun beberapa hal yang dapat menguatkan Rupiah.
-Pertama, naiknya harga komoditas ekspor. seperti yang kita ketahui bahwa indonesia merupakan salah satu negara yang menggantungkan ekonominya dari ekspor komoditas, jika harga komoditas mengalami kenaikan maka neraca perdagangan akan terus naik sehingga rupiah dapat menguat.
-Kedua, menurunnya niali impor, jika Indonesia mampu memenuhi kebutuhan didalam negri tanpa melalui impor selain perputaran rupiah cepat tetapi rupiah juga akan menguat. Namun hal ini masih sulit untuk dilakukan yang dimana masyarakatnya lebih memlih produk impor daripada lokal selain itu masih tingginya impor BBM ditengah naiknya harga minyak duni sehingga subsidi yang diberikan pemerintah terus meninglkat. Dengan besarnya impor untuk memenuhi kebutuhan didalam negeri maka kebutuhan terhadap Dollarpun kian meningkat dan hal tersebut dapat menyebabkan melemahnya nilai Rupiah.

Maka selama perekonomian Indonesia tidak mengalami peningkatan dan harga komoditas tidak mengalami kenaikan serta kebutuhan impor semakin tinggi maka Rupiah akan terus melemah.
hero member
Activity: 546
Merit: 583
menurut pendapat saya negara indonesia ini sebenarnya tidak terlalu bergantung ke pada USD, nilai ekspor impor di asean saja kita masih tergolong rendah setidaknya itulah yang saya baca di buku "Ekspor itu mudah". Pengaruh nilai mata uang satu terhadap mata uang lain tentu bergantung pada aktifitas transaksi internasional pada negara-negara tersebut.
Kalau menurut saya, Indonesia itu sangat bergantung dengan USD, karena AS [1] merupakan pemberi utang terbesar no.1 (US$ 21,082 miliar) Indonesia. Selain itu, ketika Indonesia bayar utang, standar currency-nya bukan kepada mata uang si negara penghutang, tapi pakai US Dollar. Misal, ketika Indonesia bayar utang kepada negara penghutang No.2 dan No.3, Jepang dan Jerman, Indonesia akan bayar berstandar pada nila USD saat itu.

Kalau dihitung-hitung tiap tahun indonesia bayar utang sekitar 1000 trilun rupiah [2]. tentu transaksi sebesar itu bukan receh atau kecil kalau mau sampeyan compare dengan nilai ekspor impor tadi.

[1]. https://www.cnbcindonesia.com/news/20230414155401-4-430057/bukan-china-ini-negara-pemberi-utang-terbesar-ke-ri
[2]. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230523141657-128-439818/kata-jk-ri-bayar-utang-rp-1000-triliun-cek-faktanya

Apa yang Om Chikito sampaikan sepertinya memang sangat benar. tapi dari sini sekarang menjadi lebih faham kenapa negara seperti China dari sejak beberapa tahun silam begitu aktif memberikan pinjaman kepada negara-negara lain. Dan jawabannya tahun ini kita lihat bahwa China sepertinya ingin membuat mata uangnya menjadi menyaingi dollar. Bahkan China dan beberapa negara yang tergabung dalam BRICS telah secara terang-terangan tentang Dedollarisasi.

Dan beberapa negara bahkan telah membuat transaksi antar negara dengan menggunakan yuan China.

Setelah membaca penjelasan dari Om Chikito tentang hutang negara maka sekarang saya menjadi faham apa yang sebenarnya direncanakan oleh China.
hero member
Activity: 1582
Merit: 689
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
Saya setuju dengan yang agan sampaikan. Tetapi pemikiran nyeleneh saya. Dengan kata lain jika dollar itu terus melemah dan rupiah terus menguat, maka pembayaran hutang akan lebih murah, karena standar nilai pembayarannya adalah dollar (layaknya saya melakukan peminjaman BTC harus di bayar dengan jumlah BTC yang sama), maka jika demikian dedolarisasi akan sangat banyak sekali yang mendukung, seperti halnya indonesia dengan china bertransaksi menggunakan mata uangnya di dalam perdagangan luar negeri.
Apakah jika dollar melemah maka secara otomatis rupiah akan menguat, itu juga belum pasti dapat di jamin? karena jika dipelajari mengenai masalah pertumbuhan ekonomi khususnya penguatan rupiah di pengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi ketika negara maju mencoba menaikan suku bunga katakanlah seperti Fed maka nilai mata uang kita akan melemah, sehingga ada banyak faktor pendukung lain yang mungkin dapat membawa kondisi menguat atau melemahnya rupiah.

Sisi keuntungannya mungkin benar ketika rupiah menguat dan dollar melemah maka untuk membayar hutang akan jauh lebih murah dari biasanya. Menurut saya kebijakan mengenai hutang yang mengikuti pembayaran menggunakan mata mata USD sangat merugikan negara kita, akan tetapi apa dayanya negara kita yang mengikuti sistem mereka dan mau atau tidak itu sudah menjadi keputusan.
Saya curiga bahwa ketika The Fed menaikan suku bunga disana menandakan bahwa dollar akan naik harganya, maka dari itu akan banyak yang membeli dollar, yang bisa di katakan bahwa di pasar dollar akan mendapatkan banyak permintaan karena indikator menaikan suku bunga.
Tetapi memang untuk naik dan turunnya nilai tukar tidak bisa di lihat dari hanya satu atau dua indikator, pasti ada banyak sektor lain juga yang mempengaruhi nilai tukar.


Setidaknya jika kita pelajari ada empat sektor yang membuat rupiah menguat atau melemah dan banyak teori yang kita temukan yang telah dibahas oleh para ahli. Inflasi dan resesi juga dapat mempengaruhi rupiah melemah yang di sebabkan oleh tidak adanya stabilitas keuangan secara nasional dan mungkin ada banyak hal lainnya juga berpengaruh.
Tentu Inflasi dan Resesi sudah pasti akan menurunkan nilai pada rupiah, seperti halnya pada tahun 1963 dan 1998 nilai rupiah kian merosot secara masif.
hero member
Activity: 1302
Merit: 714
Saya setuju dengan yang agan sampaikan. Tetapi pemikiran nyeleneh saya. Dengan kata lain jika dollar itu terus melemah dan rupiah terus menguat, maka pembayaran hutang akan lebih murah, karena standar nilai pembayarannya adalah dollar (layaknya saya melakukan peminjaman BTC harus di bayar dengan jumlah BTC yang sama), maka jika demikian dedolarisasi akan sangat banyak sekali yang mendukung, seperti halnya indonesia dengan china bertransaksi menggunakan mata uangnya di dalam perdagangan luar negeri.
Apakah jika dollar melemah maka secara otomatis rupiah akan menguat, itu juga belum pasti dapat di jamin? karena jika dipelajari mengenai masalah pertumbuhan ekonomi khususnya penguatan rupiah di pengaruhi oleh suku bunga, akan tetapi ketika negara maju mencoba menaikan suku bunga katakanlah seperti Fed maka nilai mata uang kita akan melemah, sehingga ada banyak faktor pendukung lain yang mungkin dapat membawa kondisi menguat atau melemahnya rupiah.

Sisi keuntungannya mungkin benar ketika rupiah menguat dan dollar melemah maka untuk membayar hutang akan jauh lebih murah dari biasanya. Menurut saya kebijakan mengenai hutang yang mengikuti pembayaran menggunakan mata mata USD sangat merugikan negara kita, akan tetapi apa dayanya negara kita yang mengikuti sistem mereka dan mau atau tidak itu sudah menjadi keputusan.

Saya pikir taraf memperhitungkan bukan hanya pada aktivitas transaksi internasional saja seperti ekspor dan impor, yang mendepresiasi pada harga nilai tukar, tetapi pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan atau peningkatan PDB dari aktivitas ekonomi domestik lebih dominan, sehingga investor membeli rupiah, yang membuat permintaan meningkat pada rupiah yang berdampak pada nilai tukar.
Setidaknya jika kita pelajari ada empat sektor yang membuat rupiah menguat atau melemah dan banyak teori yang kita temukan yang telah dibahas oleh para ahli. Inflasi dan resesi juga dapat mempengaruhi rupiah melemah yang di sebabkan oleh tidak adanya stabilitas keuangan secara nasional dan mungkin ada banyak hal lainnya juga berpengaruh.
hero member
Activity: 1582
Merit: 689
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
menurut pendapat saya negara indonesia ini sebenarnya tidak terlalu bergantung ke pada USD, nilai ekspor impor di asean saja kita masih tergolong rendah setidaknya itulah yang saya baca di buku "Ekspor itu mudah". Pengaruh nilai mata uang satu terhadap mata uang lain tentu bergantung pada aktifitas transaksi internasional pada negara-negara tersebut.
Kalau menurut saya, Indonesia itu sangat bergantung dengan USD, karena AS [1] merupakan pemberi utang terbesar no.1 (US$ 21,082 miliar) Indonesia. Selain itu, ketika Indonesia bayar utang, standar currency-nya bukan kepada mata uang si negara penghutang, tapi pakai US Dollar. Misal, ketika Indonesia bayar utang kepada negara penghutang No.2 dan No.3, Jepang dan Jerman, Indonesia akan bayar berstandar pada nila USD saat itu.

Kalau dihitung-hitung tiap tahun indonesia bayar utang sekitar 1000 trilun rupiah [2]. tentu transaksi sebesar itu bukan receh atau kecil kalau mau sampeyan compare dengan nilai ekspor impor tadi.

[1]. https://www.cnbcindonesia.com/news/20230414155401-4-430057/bukan-china-ini-negara-pemberi-utang-terbesar-ke-ri
[2]. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230523141657-128-439818/kata-jk-ri-bayar-utang-rp-1000-triliun-cek-faktanya

Saya setuju dengan yang agan sampaikan. Tetapi pemikiran nyeleneh saya. Dengan kata lain jika dollar itu terus melemah dan rupiah terus menguat, maka pembayaran hutang akan lebih murah, karena standar nilai pembayarannya adalah dollar (layaknya saya melakukan peminjaman BTC harus di bayar dengan jumlah BTC yang sama), maka jika demikian dedolarisasi akan sangat banyak sekali yang mendukung, seperti halnya indonesia dengan china bertransaksi menggunakan mata uangnya di dalam perdagangan luar negeri.

Saya pikir taraf memperhitungkan bukan hanya pada aktivitas transaksi internasional saja seperti ekspor dan impor, yang mendepresiasi pada harga nilai tukar, tetapi pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan atau peningkatan PDB dari aktivitas ekonomi domestik lebih dominan, sehingga investor membeli rupiah, yang membuat permintaan meningkat pada rupiah yang berdampak pada nilai tukar.
sr. member
Activity: 868
Merit: 456
menurut pendapat saya negara indonesia ini sebenarnya tidak terlalu bergantung ke pada USD, nilai ekspor impor di asean saja kita masih tergolong rendah setidaknya itulah yang saya baca di buku "Ekspor itu mudah". Pengaruh nilai mata uang satu terhadap mata uang lain tentu bergantung pada aktifitas transaksi internasional pada negara-negara tersebut.

Saya sependapat dengan bang chikito, dengan estimasi hutang yang besar ke US maka Indonesia memerlukan banyak USD untuk membayar bunga/pengembalian utang. Selain itu, semua transaksi internasional juga menggunakan USD sebagai mata uang dunia. Saya pikir hampir seluruh negara untuk saat ini masih memerlukan USD, itulah mengapa meski Amerika ugal-ugalan dalam mencetak uang tapi nilai mata uang mereka tetap kuat.

Berbicara hutang juga saya pikir tidak seserhana yang banyak di bicarakan orang. Utang RI memang besar secara jumlah, tetapi secara rasio masih baik, bahkan Amerika dan jepang memiliki hutang dengan rasio yang buruk. Hutang RI juga dibagi menjadi 2, yakitu hutang Negara dan hutang Swasta. Jadi negara itu tidak bisa "nyauri" semua hutangnya kalo hutang tsb dilakukan oleh pihak swasta.

Lebih lanjut, Apakah hutang itu boleh dilunasi? Saya termasuk orang yang "agak" percaya bahwa hutang ke luar negeri itu "jangan-jangan dipaksakan" atau "jangan-jangan tidak boleh dilunasi". Ibaratnya begini, Jika agan punya banyak uang kan maunya invest ke orang, nah jika invest anda memiliki keuntungan maka ada kemungkinan yang anda investasikan tidak mau dikembalikan karena jika dikembalikan maka anda tidak akan mendapatkan keuntungan lagi. Dalam praktiknya ketika RI hutang ke negara lain, pasti ada deal-deal khusus, misal "ya dikasih hutang, tapi kilang minyak itu digarap perusahaan negara kami"

Ah tapi itu rumit, Saya pikir kebanyakan negara tidak bisa untuk benar-benar berdikari, selalu ada tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak luar, mungkin itu yang tidak pernah disampaikan ke publik. Apalagi Amerika yang jika sedang punya kepentingan akan "mendekatkan" kapal-kapal induknya untuk membuat intimidasi agar apa yang mereka mau bisa mudah terjadi "deal"
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
menurut pendapat saya negara indonesia ini sebenarnya tidak terlalu bergantung ke pada USD, nilai ekspor impor di asean saja kita masih tergolong rendah setidaknya itulah yang saya baca di buku "Ekspor itu mudah". Pengaruh nilai mata uang satu terhadap mata uang lain tentu bergantung pada aktifitas transaksi internasional pada negara-negara tersebut.
Kalau menurut saya, Indonesia itu sangat bergantung dengan USD, karena AS [1] merupakan pemberi utang terbesar no.1 (US$ 21,082 miliar) Indonesia. Selain itu, ketika Indonesia bayar utang, standar currency-nya bukan kepada mata uang si negara penghutang, tapi pakai US Dollar. Misal, ketika Indonesia bayar utang kepada negara penghutang No.2 dan No.3, Jepang dan Jerman, Indonesia akan bayar berstandar pada nila USD saat itu.

Kalau dihitung-hitung tiap tahun indonesia bayar utang sekitar 1000 trilun rupiah [2]. tentu transaksi sebesar itu bukan receh atau kecil kalau mau sampeyan compare dengan nilai ekspor impor tadi.

[1]. https://www.cnbcindonesia.com/news/20230414155401-4-430057/bukan-china-ini-negara-pemberi-utang-terbesar-ke-ri
[2]. https://www.cnbcindonesia.com/research/20230523141657-128-439818/kata-jk-ri-bayar-utang-rp-1000-triliun-cek-faktanya
full member
Activity: 784
Merit: 176
menurut pendapat saya negara indonesia ini sebenarnya tidak terlalu bergantung ke pada USD, nilai ekspor impor di asean saja kita masih tergolong rendah setidaknya itulah yang saya baca di buku "Ekspor itu mudah". Pengaruh nilai mata uang satu terhadap mata uang lain tentu bergantung pada aktifitas transaksi internasional pada negara-negara tersebut. Saat ini yang paling sedih kalau mata uang USD turun adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dalam bentuk USD, kalau YEN turun tentu pekerja indonesia yang kerja di Jepang yang sedih. Begitu juga dengan kita yang mendapatkan gaji dalam bentuk BTC jika btc naik ya senang kalau turun ya sedih. kalau masalah rupiah menguat atau menurun mungkin lebih ke seberapa rupiah itu di butuhkan. jika ekspor impor di asean pakai mata uang lokal maka faktor penguat mata uang rupiah adalah seberapa banyak negara asean butuh barang indonesia. inilah hukum permintaan dan penawaran, itu sebabnya pemerintah punya kebijakan yang disebut fiskal. walaupun nilai rupiah menguat kalau barang juga makin mahal ya menurut saya percuma saja.
sr. member
Activity: 868
Merit: 456
Yang dipelajari di bangku sekolah itu kan Monetarist & Keynesian... ya itu dulu sih (mungkin agan belom lahir), ga tau sekarang.

Bau bau anak ekonom nih, maaf om kita beda haluan, saya eksakta soalnya.. pas dulu di sekolah juga ga sempet makan bangku sekolahan jadi otak masih pentium 4 intel celeron...  Gara-gara bosman mardigu jadi saya sempat baca keynesian.

Quote
Ya "mencetak" karena tidak dalam wujud fisik, tapi ya tiba-tiba punya uang buat beli SBN.
Jadi kan Pemerintah butuh duit banyak nih yang katanya buat menangani COVID, dapat duitnya dari mana? Ya pemerintah jual obligasi (surat utang, kek pinjol, dikasih duit di awal, mbalikin nyicil). Tapi jual obligasi belum tentu ada yang mau beli (belum tentu ada yang mau ngutangin). Dalam kasus ini, BI mau beli dengan jumlah yang besar, sedangkan duit yang ada di BI yg real = cadangan devisa yang jumlahnya hanya 145 milyar dollar ~ 2175 trilyun IDR, dan hanya berkurang sedikit. Lalu duitnya dari mana?

Kalau pembahasan ini udah next level yak om. SBN Obligasi udah masuknya uang di tier M3 ya? Sebenernya sistem keuangan juga ga jelas. Uang M1 jumlahnya ga seberapa, tetapi bisa jadi banyak kalo sudah masuk M2, apalagi kalo dihitung di tier M3, terlebih lagi di M4 yang tidak ada data resminya. Termasuk para pemegang asset crypto ini juga masuk di tier M4 kayaknya. Ah uang emang rumit... tapi tidak apa-apa, kemiskinan di Indonesia berhasil menurun, ya... menurun ke anak cucu Cool


Yang mau baca ulasan M1 M2 bisa lihat referensi
jangan tanya saya sudah baca apa belum, karena pasti belum.. referesi cuma buat gagah-gagahan aja... wwwkwkw
copper member
Activity: 2310
Merit: 2133
Slots Enthusiast & Expert
Anjay baday... Ini orang tau kenysian juga dong. Aku udah lupa, tapi pernah baca keneysian dan itu rumit,
Yang dipelajari di bangku sekolah itu kan Monetarist & Keynesian... ya itu dulu sih (mungkin agan belom lahir), ga tau sekarang.

Waduh  link yang kata data tidak bisa di akses, mungkin server down. Ada artikel yang mirip di kompas : https://money.kompas.com/read/2022/11/22/131000726/selama-3-tahun-bi-beli-sbn-di-pasar-perdana-rp-1.144-triliun.
Bisa diakses kalo di PC ane, tapi sama aja intinya.

Tapi saya ga mudeng tentang SBN. tapi mungkin ini bisa dibilang cetak uang juga ya bos @mu_erico? cuma dengan model yang lebih halus..
Ya "mencetak" karena tidak dalam wujud fisik, tapi ya tiba-tiba punya uang buat beli SBN.
Jadi kan Pemerintah butuh duit banyak nih yang katanya buat menangani COVID, dapat duitnya dari mana? Ya pemerintah jual obligasi (surat utang, kek pinjol, dikasih duit di awal, mbalikin nyicil). Tapi jual obligasi belum tentu ada yang mau beli (belum tentu ada yang mau ngutangin). Dalam kasus ini, BI mau beli dengan jumlah yang besar, sedangkan duit yang ada di BI yg real = cadangan devisa yang jumlahnya hanya 145 milyar dollar ~ 2175 trilyun IDR, dan hanya berkurang sedikit. Lalu duitnya dari mana?

Efeknya dengerin bapak ini: https://www.youtube.com/watch?v=1ZA6lbbW6C0
sr. member
Activity: 868
Merit: 456
Tetap ada dong, materinya di "Keseimbangan Pasar Uang" meskipun ini juga membahas bunga (interest) karena Keynesian. Kalau mau lebih direct, kek Austrian, maka hubungannya direct juga, semakin banyak supply uang maka harga barang naik / nilai uang turun (ceteris paribus).

Memang pemerintah bisa saja (kalau udah ga waras) "mencetak uang" seenaknya, tapi ujung-ujungnya bakal kayak Zimbabwe yang hiperinflasi. Terkait AS yang "mencetak uang" gila-gilaan, saat ini mereka juga mengalami masalah inflasi, makanya suku bunga dinaikkan.

Jadi ya tetap hukumnya berlaku.

Tapi kok nilai tukarnya segitu-gitu aja dibandingkan dengan rupiah, ya kita "cetak uang" juga...

Anjay baday... Ini orang tau kenysian juga dong. Aku udah lupa, tapi pernah baca keneysian dan itu rumit, bukan konsep yang mudah. Padahal udah males balesin si om @mu_erico karena terlalu banyak meng-quote komentar ini orang. Tapi kok pengetauhannya warr biyasahhhh... Angkat aku jadi muridmu mastahhh...

Sepakat, pencetakan dolar secara gila-gilaan tanpa mempertimbangkan supply cadangan emas akan membuat amerika lama-lama jatuh, fase itu sudah di prediksi jauh-jauh hari oleh para pengamat. Hanya karena dollar US adalah mata uang dunia sehingga kejatuhannya tidak instant seperti yang terjadi di zimbahwe. Selain itu, mata uang dollar yang tersebar di setiap negara juga menjadi penghambat kejatuhannya, karena dollar tidak berderas semuanya di satu tempat (amerika). Kemungkinan gagal bayar utang amerika sudah semakin dekat dan suku bunga sudah di naikan, itu bukan pertanda bagus untuk stabilitas perekonomian. Belum lagi Dominasi Chinna, rusia, yang mulai terlihat dan sepertinya tinggal tunggu waktu saja untuk bersitegang langsung dengan amerika.

Waduh  link yang kata data tidak bisa di akses, mungkin server down. Ada artikel yang mirip di kompas : https://money.kompas.com/read/2022/11/22/131000726/selama-3-tahun-bi-beli-sbn-di-pasar-perdana-rp-1.144-triliun. Tapi saya ga mudeng tentang SBN. tapi mungkin ini bisa dibilang cetak uang juga ya bos @mu_erico? cuma dengan model yang lebih halus..
copper member
Activity: 2310
Merit: 2133
Slots Enthusiast & Expert
Kalau dalam fiat ya, tidak ada hukum dasar ekonomi (demand dan supply)* karena supply fiat itu unlimited atau tanpa batas. Pada event covid-19 kemaren, justru supply (fiat) Dollar melimpah ruah karena mereka mencetak atau ngeprint dollar seenak udel mereka demi stimulus. Jadi bukan karena dollar itu sebagai safe haven currency tapi karena banyak yang menukar Dollar AS untuk beli vaksin, masker, hand sintiser, obat, senjata dll dari Amerika dan bahkan dari luar Amerika pun sebagian bayarnya pakai Dollar AS.

*demand dan supply itu berlaku pada produk terbatas kayak emas dan bitcoin. Karena menyangkut real atau perdagangan secara nyata, permintaannya juga terdesentralisasi antara penjual dan pembeli.
Tetap ada dong, materinya di "Keseimbangan Pasar Uang" meskipun ini juga membahas bunga (interest) karena Keynesian. Kalau mau lebih direct, kek Austrian, maka hubungannya direct juga, semakin banyak supply uang maka harga barang naik / nilai uang turun (ceteris paribus).

Memang pemerintah bisa saja (kalau udah ga waras) "mencetak uang" seenaknya, tapi ujung-ujungnya bakal kayak Zimbabwe yang hiperinflasi. Terkait AS yang "mencetak uang" gila-gilaan, saat ini mereka juga mengalami masalah inflasi, makanya suku bunga dinaikkan.

Jadi ya tetap hukumnya berlaku.

Tapi kok nilai tukarnya segitu-gitu aja dibandingkan dengan rupiah, ya kita "cetak uang" juga...
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Sesuai hukum demand dan supply Akibatnya mata uang dollar naik atau menguat.
Kalau dalam fiat ya, tidak ada hukum dasar ekonomi (demand dan supply)* karena supply fiat itu unlimited atau tanpa batas. Pada event covid-19 kemaren, justru supply (fiat) Dollar melimpah ruah karena mereka mencetak atau ngeprint dollar seenak udel mereka demi stimulus. Jadi bukan karena dollar itu sebagai safe haven currency tapi karena banyak yang menukar Dollar AS untuk beli vaksin, masker, hand sintiser, obat, senjata dll dari Amerika dan bahkan dari luar Amerika pun sebagian bayarnya pakai Dollar AS.

*demand dan supply itu berlaku pada produk terbatas kayak emas dan bitcoin. Karena menyangkut real atau perdagangan secara nyata, permintaannya juga terdesentralisasi antara penjual dan pembeli.
full member
Activity: 406
Merit: 140
- Dan fokus utama dalam topik ini adalah apakah jika dollar melemah berarti Rupiah menguat?
Iya tentunya begitu kalau dollar menguat rupiah akan melemah begitu juga sebaliknya. Karena mata uang berbagai negara itu kan diperjual belikan. Misalnya, dalam konteks rupiah dan dolar Ada yang mau nukar rupiah menjad jadi dollar, begitu pula sebaliknya, kegiatan tukar menukar mata uang itulah, yang akhirnya tuh menentukan menguat atau melemah.

Itu karena konsep klasik ekonomi demand dan supply. Misalnya nih, ada banyak banget orang yang mau nuker Rupiah mereka ke Dollar Otomatis permintaan dollar jadi tinggi. Dollar akan terapresiasi terhadap rupiah Simpelnya, dollar akan  menguat. kalau orang yang pegang rupiah berbondong-bondong pengen nukerin rupiah yang mereka punya jadi dollar.  Kalau pemilik dollar pengen nuker dollar mereka jadi rupiah,  rupiah yang akan menguat terhadap dollar jadi turun. Hal ini tidak berlaku cuma buat rupiah dan dollar aja, tapi juga berlaku untuk semua transaksi jual-beli mata uang negara-negara lainnya juga.

Quote
- Dan apakah alasan di balik penguatan dan pelemahan suatu mata uang?
Alasannya ada tiga
1. prospek investasi, yang mana itu mencakup kestabilan ekonomi dan tingkat suku bunga.
2. perdagangan ekspor-impor antar negara.
3. konsensus bersama, di mana banyak pihak yang beralih ke safe haven currency, Terutama saat kondisi ekonomi sedang tidak stabil. Contoh kenapa bikin nilai tukar dollar Amerika melambung tinggi beberapa tahun terkahir. ini karena penyebaran virus corona Seperti yang kita tahu pada awal tahun 2020 Wabah Corona meraja-lela dan dampak ekonomi yang diakibatkan corona besar. Sehingga  mengakibatkan gejolak ekonomi di berbagai negara dalam kondisi tersebut Banyak investor, yang milih untuk nyimpen dollar ketimbang mata uang lainnya. Karena dollar Amerika dianggap sebagai safe haven currency yang relatif aman terhadap gejolak ekonomi. karena banyak pihak yang nuker mata uangnya ke dollar Tak terkecuali di Indonesia Maka permintaan dollar meningkat. Sesuai hukum demand dan supply Akibatnya mata uang dollar naik atau menguat.

Quote
- Apakah itu tergantung pada tingkat kemajuan perekonomian suatu negara atau bukan?
Tentu saja kemajuan perekonomian suatu negara sangat berpengaruh dalam menguatkan mata uang.

Sumber : https://bincangfinansial.com/kenapa-nilai-tukar-sebuah-mata-uang-tuh-bisa-naik-turun/
full member
Activity: 770
Merit: 116
Haduh maaf nih om saya agak kurang bisa menjelaskan maksud yang saya ungkapkan diatas.
Tapi intinya maksud saya diatas itu yang seperti ini om. Tapi ini hanya contoh bukan diambil dari harga asli. Ini hanya harga contoh saja.
Contoh :
1. Ketika kurs Dollar ke Rupiah masih 1 usd = Rp.15.500,-
Maka saat itu 1 Btc = 26000USD = Rp.403.000.000,-

Nah kemudian kurs Dollar kan melemah terhadap Rupiah menjadi 1 usd = 15.000
Tapi Ternyata saat itu nilai 1 BTC tetap di 26000USD.
(1 BTC = 26000USD = Rp.390.000.000,-)

Dalam bayangan saya ketika USD melemah maka nilai BTC seharusnya menguat terhadap dollar yang asalnya 26000USD per BTC akan sedikit bertambah menjadi
1 Btc = 26.866USD = Rp.403.000.000,-

Tapi mungkin saya keliru saat itu. Karena ternyata harganya memang ikut bergerak melemah dan menguat mengikuti kurs masing-masing mata uang hanya saja tidak terlalu saya perhatikan. Jadi contoh saya diatas mungkin hanya kekeliruan saya saat itu menganggap ketika dollar turun tapi kurs BTc ke USd dirasa masih tidak ada perubahan. Padahal setelah saya perhatikan lagi mungkin sebenarnya ikut berubah juga.
Jangan mikir terlalu jauh om, coba ambil poinnya.

Pernyataan&pertanyaan yang perlu diurainkan,

apakah BTC/USD ?? atau lebih tepatnya BTC/USDT, BTC/USDC, BTC/BUSD, dan seterusnya??
apakah USD=USDT/USDC/BUSD/... adalah 1 banding 1??

Pertanyaannya berapa total supply semua stablecoin tersebut?
Dari banyaknya stable coin tersebut terkadang ada namanya lag perbedaan harga USD asli dengan USD stablecoin.

Jadi mereka sebenarnya bilang 1 USD = 1 USDT,,, eh bentar dulu buktinya mana? Grin Grin
copper member
Activity: 2310
Merit: 2133
Slots Enthusiast & Expert
1 Btc = 26000USD = Rp.403.000.000,-
1 BTC = 26000USD = Rp.390.000.000,-
1 Btc = 26.866USD = Rp.403.000.000,-
Perlu dipahami kalau harga BTC yang di coinmarketcap itu adalah harga aggregat, yang sebenarnya berbeda-beda di masing-masing market, contohnya harga denominasi USD misalnya ngambil dari Binance, dan kemudian harga denominasi IDR ngambil dari Indodax, dan sebagainya. Kurs USD/IDR pun berbeda-beda tergantung market dan ada spread jual-beli, sehingga asumsi harga 1 USD = 15.500 atau 15.000 itu pada praktiknya akan berbeda.

Dalam kasus di atas IDR menguat terhadap USD, ini tidak akan memengaruhi pasar BTC denominasi USD. Harganya ya tetep di ~26.000 USD di Binance, tapi harga BTC di Indodax akan turun karena arbit dan sebagainya. Nilainya ya tidak bisa dihitung IDR 15.000 x USD 26.000 karena pada praktiknya di pasar harganya berfluktuasi. Tp yang bisa dilihat jelas adalah harga di Indodax umumnya akan turun, nah turunnya seberapa ya tergantung pedagang yang di sana. Semakin efisien pasar tersebut, semakin akurat nanti harganya.

Kalau liat di coinmarketcap ya ga gerak karena aggregat.
Pages:
Jump to: