Sangat disayangkan, jika kata-kata tersebut terucap dari mulut seorang putra dari sang proklamator sekaligus salah satu tokoh pendiri bangsa ini. Sebuah perktaanyang cukup menyayat hari dan bisa saja menimbulkan sebuah kebencian dari beberapa kelompok, terlebih lagi para pendukung dan relawan jokowi. Tetapi jika kita menilik kebelakang, tentunya pernytaan tersebut terucap bukan tanpa sebab, akan tetapi ada beberap faktor yang melatar belakangi akian pernyataan tersebut, yang diantaranya yaitu perubahan arah sikap politik pakjokowi yanglebih condong pada paslon dengan nomor urut 02 dan adanya beberapa percobaan penjegalan yang dilakukan oeh pak jokowi dalam beberapa perjalan kampanye pasangan Ganjar-Mahfud. Belum lagi ditambah dengan sikap membangkang jokowi terhadap partai yang telah ikut membesarkannya dan mengantarkannya menjadi seorang presiden, yang walaupun sebagian orang berpendapat bahw tanpa PDIP pun pak jokowi tetap besar. Tetapi dengan pembangkangan tersebut, hal ini berhasil membersihkan dirinya dari sebuah tudiangan dan pandangan yang menyebutkan bahwa dirinya itu adalah seorang boneka partai. dan lebih menariknya lagi, disaat ibu mega meminta bahwa dalam kabinet Indonesia maju itu harus lebih banyak di isi oleh kader-kader partai PDIP, Jokowi justru melakukan langkah sebaliknya yaitu dengan menarik 22 mentri berasal dari non-parpol.
Menarik apa yang anda sampaikan, dinamika politik akan terus berjalan dengan latar belakang yang sudah di rencanakan jauh hari sebelumnya. Bagi PDIP Pak Jokowi adalah seorang pengkhianat, mereka merasakan kesakitan setelah di tinggal, dan mereka akan terus mengungkit apa yang sudah di berikan. Tidak hanya untuk Pak Jokowi saja sebenarnya, untuk anak dan menantunya juga, bisa di mengerti pernyataan Guntur Sokarno adalah reaksi atas pengkhiatan Politik saat ini. Apa boleh buat, kepentingan akan menuntut banyak hal, sebagai Presiden mungkin Pak Jokowi melihat masa depan Indonesia dengan cara berbeda, jelas informasi yang di dapatkan oleh seorang Presiden jauh lebih baik ketimbang Ketua Partai dan anggotanya. Jika di ingat, memang banyak sekali perlakuan yang tidak masuk akal yang di lakukan oleh PDIP terhadap Pak Jokowi, seperti pernyataan petugas Partai yang menurut saya sangat tidak pantas. Secara pribadi saya tidak memiliki kepentingan apapun untuk membela Pak Jokowi, namun sebagai masyarakat biasa yang memandang politik ini sebagai wadah yang sarat kepentingan, dinamika yang terjadi adalah sebuah hal yang sudah terencana jauh sebelumnya.
Ya, dan kita juga sebagai masyarakat biasa tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi antara PDI dan Presiden hingga terjadi hal seperti ini.
Pasti ada sebab musababnya dan itu mungkin bukan untuk konsumsi publik.
"Tidak ada kawan abadi dan lawan abadi, yang ada hanya kepentingan abadi"
Ada duet Mega-Pro di tahun 2009, dan muncul isu ada perjanjian bagi PDI untuk mendukung Prabowo di tahun 2014.
PKS selalu mendukung Prabowo di pilpres 2014 dan 2019, tahun ini tidak.
Nasdem, PDI dan PKB itu selalu bersatu di tingkat nasional, sekarang tidak.
Tahun ini untuk pertama kalinya PKS dan PKB bisa bersatu di tingkat nasional.
Jadi kesimpulannya, apapun bisa terjadi di dunia politik Indonesia ini.
Kalau soal apa yang dibilang Guntur, saya sih tidak ambil pusing. Kita bisa menilai orang dari tata bahasanya, dan andaikan 03 menang pun dia tidak akan bisa apa-apa.
Tapi setidaknya mungkin bisa mengamankan kasus yang menjerat beliau saat ini.