Jika beralasan karena melanggar TOS maka bukannya hanya USDT atau stable coin saja yang dibekukan tapi semua aset yang dimiliki juga ikut dibekukan walaupun lebih dominan banyak kasus pada stable coin. Untuk lebih amannnya sih menyimpan dalam wallet pribadi karena pengelolaannya kita sendiri yang pegang hanya akan bermasalah apabila ada kendala pada smartcontractnya saja.
Kan sudah saya jelaskan sebelumnya .. Pilihan akan gampang saat menempatkan posisi aset bukan sebagai object trading, yakni menggunakan wallet pribadi. Dan untuk investor yang memiliki kekhawatiran terhadap volatilitas maka bisa memilih stablecoin yang mempunyai status "issuer can't freeze" (Dai-ETH dan USDT-Liquid).
Tetapi pilihan untuk menyimpan aset didalam wallet pribadi akan menjadi kendala tersendiri buat para pelaku pasar yang memang menggunakan aset tersebut sebagai object trading. Kita semua tahu munculnya momen dalam suatu pasar bisa saja terjadi tiba-tiba, sehingga buat para trader yang tidak ingin kehilangan momen tersebut maka akan lebih memilih untuk menyimpan asetnya pada exchange yang bersangkutan.
Mungkin alternatif pilihan buat para trader adalah melirik DEX (decentralized exchange), meskipun untuk saat ini pilihannya tidak akan sebanyak Centralized Exchange (dari segi pair trading maupun jumlah exchange-nya).
Situasi market saat ini berbanding terbalik karena Tether sudah menguasai posisi raja koin padahal harga bitcoin dan altcoin lagi meningkat maka tidak mungkin tehter digunakan hanya sebagai persinggahan, namun apakah situasi ini karena banyaknya transaksi konvensional sudah mulai beralih ke crypto stable coin?
Masih jauh buat tether untuk disebut sebagai raja koin, karena jika dilihat dari nilai market capitalization ($10,010,783,176) hanyalah sekitar 5% dari nilai market capitalization Bitcoin ($205,552,660,512), bahkan untuk saat ini posisi Tether masih dibawah ETH ($37,888,059,471) dan XRP ($11,009,332,978).
ref
https://coinmarketcap.com/