Dan seperti itulah politik, kita harus memahami pada prakteknya politik adalah usaha-usaha untuk mendapatkan tujuan tercapai, segala apapun cara yang pada jalannya tidak melanggar hukum itu sah-sah saja dalam berpolitik.
Politik Identitas sebenarnya tidak dilarang jika dipergunakan dengan tepat, namun yang terjadi sekarang adalah mereka yang menggunakannya adalah orang orang yang ingin memang menyerang pihak lawan dengan menjatuhkan dan membunuh karakter secara personal, itu yang menjadi masalah. Seperti yang dikatakan oleh Menkopolhukam Mahfud MD.
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20230301103238-617-919203/mahfud-md-sebut-politik-identitas-boleh-digunakan-dengan-syarat
Dan itu juga seperti apa yang dikatakan oleh Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro yang menyebut, politik identitas tidak bermakna buruk bila diterapkan dengan baik. Bahkan, politik identitas justru bisa mempererat persatuan.
https://www.metrotvnews.com/read/koGCV244-pakar-politik-identitas-tak-salah-bila-penggunaannya-tepatLogikanya, jika calon terpilih dengan cara kotor, maka mereka akan menjadi pemimpin yang kotor juga.
Andi Widjajanto (Gubernur Lemhannas RI) pernah memberikan sebuah pernyataan dimana ada beberapa tantangan terbesar dalam politik di Indonesia yang memang harus di waspadai menjelang pesta politik di Indonesia tahun ini dan tahun 2024 mendatang dan salah satu diantaranya adalah politik identitas ini.
“Tantangan terbesarnya secara eskalasi isu itu ada tiga, pertama politik identitas, yang kedua misinformasi, misinformasi yang terkait dengan hoaks, yang ketiga adalah tentang hate speech, ujaran-ujaran kebencian terutama yang terkait dengan politik identitas,” kata Gubernur Lemhannas RI saat memberikan Pernyataan Akhir Tahun 2022 di Lemhannas RI pada Kamis, (21/12/2022).
Politik identitas selalu menjadi musuh dalam perhelatan pesta demokrasi di Indonesia dan memang hal tersebut sepertinya sudah dianggap lumrah bagi mereka yang ingin terpilih sebagai elit politik sehingga segala cara mereka lakukan demi meraih apa yang mereka inginkan.
Hoaks juga adalah musuh nyata, namun masalahnya masyarakat Indonesia masih mudah untuk mempercayai apa yang beredar di media sosial terutama tanpa mereka mencari tahu dari sumber sumber yang kredibel tentang kebenaran informasi yang beredar.
dilain sisi, Wawan Mas'udi (salah satu pakar politik UGM) juga pernah memberikan sebuah prediksi dimana memang politik identitas ini masih akan dilakukan sebagai salah satu strategi untuk Pemilu 2024 nanti.
'Jangankan satu dua persen, satu suara saja itu akan jadi penentu kemenangan atau tidak. Oleh karena itu saya melihat politik identitas nampaknya masih akan dipakai sebuah skenario atau strategi,"
Sehingga memang dalam hal ini tidak akan aneh jika pada akhirnya ketika pesta politik semakin dekat maka akan ada saling serang baik itu secara personal maupun secara keseluruhan kepada partai yang diusung yang nantinya ini akan menjadi sebuah perpecahan antara beberapa pihak terkait.
Semua punya caranya masing-masing dan saya cukup yakin mereka sudah mempersiapkan segala cara untuk pentas ini karena memang ini hanya tentang bagaimana merebut suara dari rakyat biasa seperti kita. Terlepas dari caranya seperti apa, mereka tidak akan terlalu peduli apakah itu cara yang bersih atau cara yang kotor.
Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam juga membuka suara akan hal ini, dia mengatakan bahwa politik identitas adalah alat yang murah meriah untuk dilakukan.
"Di 2024 saya berkeyakinan masih ada kelompok-kelompok tertentu yang mencoba untuk menggunakan narasi politik identitas sebagai alat politik yang efektif dan murah meriah untuk mereka," kata Umam dalam diskusi Paramadina Democracy Forum, Selasa (19/4/2022).
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/19/15243491/pemilu-2024-diprediksi-masih-diwarnai-politik-identitas?page=allItu artinya memang ini adalah salah satu cara ampuh untuk membuat citra buruk pada lawan mereka dalam pemilihan.
Pada dasarnya, AD/ART partai itu membawa kepentingan masyarakat, pada pemilu 5 tahunan, partai menjual produknya ke masyarakat dengan ideologi dan perubahan bangsa, Jika masyarakat tertarik, mereka bisa memilih partai tersebut supaya suaranya itu diwakilkan calegnya di DPR untuk menyambung suara mereka. Jadi, kewajiban partai itu mengontrol anggota mereka di DPR supaya sejalan dengan jualan mereka tempo hari, realnya, kepentingan partai adalah kepentingan masyarakat, karena suara mereka diwakilkan oleh partai.
Jika melihat dari itu, ya mungkin benar, selama Partainya memang menjalankan apa yang telah tercantum dalam AD/ART mereka, namun pada kenyataannya tetap saja saya melihat mereka menyalahgunakan kekuasaan mereka setelah rakyat menitipkan suara kepada mereka. Setelah mereka terpilih mereka memiliki kewenangan untuk mengatur itu semua dan kepentingan mereka berada di depan daripada kepentingan rakyat.
Saya tahu tidak akan semuanya begitu, namun menurut saya pribadi di negara kita orang yang memang mengedepankan kepentingan kepentingan rakyat kalah dengan orang orang yang hanya memikirkan kepentingan kelompoknya.