Pedagogi Ira Shor
Kebiasaan berpikir, membaca, menulis, dan berbicara yang berada di bawah makna permukaan, kesan pertama, mitos dominan, pernyataan resmi, klise tradisional, kebijaksanaan yang diterima, dan opini belaka, untuk memahami makna yang mendalam, akar, konteks sosial, ideologi, dan konsekuensi pribadi dari setiap tindakan, peristiwa, objek, proses, organisasi, pengalaman, teks, pokok bahasan, kebijakan, media massa, atau wacana. (Empowering Education, 129)
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan sesorang untuk bertanya, mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu masalah (Facione,1990).
Berpikir kritis adalah proses kognitif yang aktif dan terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe, 2002).
Dari sekelumit petikan di atas bisa kita simpulkan bahwa berpikir kritis bisa mengenali hubungan antara peninjauan masalah masing-masing dengan pengalaman dan Konteks Sosial di mana mereka berada
Mantap, banyak sekali ilmu yang bisa kita ambil dari petikan di atas, dan juga kalo boleh saran gan tulisannya supaya dibuat lebih dimengerti aja gan , biar banyak yang makin paham akan pentingnya berfikir kritis.
simple sebenarnya jika bisa bertindak dan berpikir dgn cepat dan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi dalam pemecahan suatu masalah, itu sudah berpikir kritis.
Atau bisa juga keluar dari zona nyaman, pemikiran kita. Out of the box... di luar kemahfuman orang biasa dalam berpikir.
Misal dalam trading:
Kita senantiasa akan bertahan dengan keputusan kita menghold suatu koin walaupun rugi. Padahal ada hukum yg yg harus diterapkan di situ, ada cut lose yg meminimkan kerugian kita. Harus berpikir kritis untuk berani cutlose... mending rugi sedikit karena kesalahan analisa daripada rugi banyak mempertahankan sebuah kesalahan prediksi apa analisa. Berani untung nggak boleh takut rugi. Harus rasional dan terukur.