Pages:
Author

Topic: [Diskusi] Dagangan Sepi, PKL & Penjual Makanan Curhat di Medsos - page 2. (Read 489 times)

sr. member
Activity: 1624
Merit: 339
https://duelbits.com/
Kalau ane melihat pengaruh besarnya itu gara-gara inflasi gan. Inflasi adalah konsekuensi dari mata uang yang tidak lagi dipatok dengan emas. Mata uang yang ane maksud di sini adalah USD. Karena mata uang negara lain pun biasanya ikutan USD. Ane lupa itu tahun berapa. Tapi bisa dikatakan semenjak dollar tidak lagi dipatok dengan emas, inflasi itu naik gila-gilaan. Orang-orang besar di dunia bisa mencetak uang sebanyak apapun yang mereka mau. Tentu saja tidak asal cetak. Ada banyak cara legal yang bisa dipakai. Terdengar seperti teori konspirasi tapi saat kita melihat jumlah utang negara-negara di dunia apalagi negara maju, bisa diliat kalau utangnya itu sangat sangat fantastis. Pertanyaan yang ada di pikiran ane adalah memangnya mereka semua negara itu mau bayar pakai apa? Ada yang bilang tidak masalah selama masih di bawah 60% gdp tapi ane berpikir kok hal-hal kayak gdp itu terdengar seperti omong kosong ya? yang ane tahu sepintas itu gdp itu kayak berapa jumlah valuasi nilai barang yang dihasilkan oleh suatu negara.

Ane pikir gdp juga yang menyebabkan orang miskin tambah miskin. Karena pertumbuhan gdp juga dibarengi dengan pertumbuhan inflasi yang mana pada dasarnya ketika seseorang menjadi seorang pekerja dan ada kenaikan gaji yang tidak lebih tinggi dari nilai inflasi kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan pekerja tersebut. Maka, kalaupun gaji semakin tinggi, tapi kebutuhan sehari-hari yang dikeluarkan untuk hidup akan lebih tinggi dari sebelumnya. Maka yang terjadi adalah semakin miskin walaupun nilai uang yang dipegang semakin besar.
full member
Activity: 784
Merit: 115
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.

Pesaing antar pedagang makanan itu sudah sangat lumrah berlomba lomba untuk bersaing dengan harga nya om, kalau pedagang kaki lima merambah ke order online itu bukannya malah menjadi beban keuangan bagi pembeli om, bertambahnya pengeluaran buat ongkos kirimnya.

Kebetulan ada kawan saya jualan ketoprak kalau beli langsung 13lebu, kalau pakai aplikasi bisa 20lebu lebih. Kawan saya sempat mengeluh kan juga dengan bahan pokok seperti beras yang naik nya seenak udelnya dewe, untuk menaikkan harga teman saya tidak berani mengambil resikonya, takut pelanggan kedepannya berkurang ,biasanya sehari hari dagangan kawan saya itu hampir rata rata habis. Langkah yang di ambil teman saya harga tetap 13lebu tapi porsinya agak sedikit berkurang. Lebih baik ambil keuntungan sedikit dari pada naik harga dagangan nya.

Mungkin sekarang apa apa serba mahal kalau saya melihat orang sudah berubah pola hidup nya. Lebih ke frugal living (hidup hemat). Dari pada beli makan di luar 17ribu sekali makan ,lebih baik beli beras sendiri 1,5L mples lauk g neko neko bisa sehari dengan pengeluaran lebih minim.

Bukannya gaji pekerja sudah naik di awal awal bulan y om, bukannya sudah ada formula penghitungan dari pemerintah kenaikan Ump tidak boleh melebihi dari 10%
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102121501-4-402053/lengkap-ini-dia-daftar-ump-terbaru-2023-di-34-provinsi-ri)
Berarti merembet kemana-mana ya. Sekarang gini om. Misalnya itu jadi beban keuangan bagi pembeli, tapi untuk pembeli loyal yang sudah biasa beli di warung itu, mereka tidak akan memikirkan bebannya karena dari order online itu juga sering memberikan gratis ongkos kirim. Coba deh om lihat di aplikasinya, pasti tiap minggu ada gratis ongkos kirimnya.

Langkah-langkah yang diambil oleh kawan om itu bisa menjadi solusi dengan asumsi tidak menaikkan harganya tapi mengurangi porsinya dan saya kira itu wajar serta sudah terjadi di beberapa warung. Tapi mereka juga bisa menaikkan harganya dan untuk para langganannya, itu masih bisa diterima selama kenaikan harganya masih normal untuk mereka dan rasa makanannya juga tidak ada yang berubah. Kalau kata Om Hao, soal rasa itu tidak bisa berbohong Grin

Pemikiran untuk beralih ke frugal living itu sudah ada dan sudah dilakukan sejak dulu tapi mungkin didengungkannya baru-baru ini sehingga masyarakat berpikir ini seperti cara baru untuk berhemat. Sebenarnya, tidak ada salahnya juga beralih ke frugal living untuk menghemat pengeluaran tapi ini juga harus diiringi dengan penghematan di bidang lainnya, misalnya jajan. Jajan ini yang tidak bisa diperkirakan, entah itu jajannya ayah, bunda, anak-anaknya atau "jajan"nya yang lainnya.

Gaji pekerja mungkin sudah naik di awal-awal bulan tapi kalau harga kebutuhan pokok naiknya bisa sampai beberapa persen, kira-kira menurut om, keadaannya tetap sama dengan yang sebelumnya ngga om?

Sebagai perbandingan ya om, ini yang saya dapat:
Code:
https://www.suarainqilabi.com/berita/benarkah-gaji-pns-naik-tapi-rakyat-gigit-jari/
https://www.kompasiana.com/melvinanurcahayani9474/6509b36f4addee1d27583614/prediksi-kenaikan-harga-gula-makanan-dan-minuman
https://jateng.solopos.com/harga-beras-naik-begini-curhat-pedagang-dan-pembeli-di-salatiga-1745312
https://mojok.co/terminal/harga-beras-hari-ini-bisa-memicu-inflasi/
https://indexbekasi.com/2023/09/18/gaji-asn-tni-polri-2024-naik-8-bagaimana-dengan-kenaikan-umk-2024/
https://kumparan.com/angga-pratama-1685113232445744615/greedflation-dan-perekonomian-indonesia-21C5ReIb8iy/4

Selain itu ya om, mungkin yang naik itu gaji ASN/TNI/POLRI, nah gimana dengan pekerja di kantor swasta atau di perusahaan, pekerja di pabrik-pabrik, apakah gaji mereka juga naik sama dengan gaji ASN/TNI/POLRI? Selain itu, gaji di setiap kota pasti berbeda-beda mengikuti UMR dari kotanya tapi harga kebutuhan pokok menyesuaikan juga.

Tapi itu jelas tidak dirasakan oleh mereka yang gajinya di atas UMR, sedangkan banyak rakyat yang terimbas dengan naiknya harga kebutuhan pokok.
sr. member
Activity: 812
Merit: 257
PredX - AI-Powered Prediction Market
ya om,saya pernah cerita di utas om beberapa minggu lalu yang ini memang saya mengalami lebih dulu tentang kesulitan bertahan(usaha di desa) sejak itu saya mencoba untuk membuka jasa lain seperti ojek dan titip bibit tanaman,walau pangsa pasar nya belum terlihat secara signifikan yang mayoritas mereka lebih menggunakan jalan kaki dan membudidaya bibit sendiri.

9 bahan pokok pun memang ada kenaikan om dari beberapa pekan lalu di beberapa pasar yang saya jumpai,saya mengganggap itu tidak berasa karna memang saya beli eceran,sebalik nya akan terasa bagi mereka yang menggunkan bahan bahan untui berjualan seberti nasi goreng,nasi padang,dan warung utama yang menjual nasi(jualan utama nya nasi dan 9 bahan pokok lain nya),yang menjual kesulitan dengan harga demikian untuk modal serta yang membeli untuk kebutuhan sehari hari pun mulai terasa biatpun mahal harus tetap di beli.

saya pun sudah membiasakan diri dengan hiduo hemat ala desa yang di ambil dari kebun sendiri dan proses penyajian rebus tapi tetap saja minyak dan bumbu yetao di gunakan walau dalam takaran kecil menurut saya lebih memangkas pengeluaran dan lebih sehat di tubuh kita,namun jika di kota mengingta tidak semua bebas financial dengan oengeluaran yang ada bahkan lahan mungkin tidak semua orang punya itu akan menyulitkan jika berkebun sayuran sendiri untuk menyambung pengeluaran harian (untuk beberapa hari saja)

saya berharap kesulitan ini bisa di dengar pemerintah,sulit nya lapangan kerja jangan di bebani dengan sulit nya bahan pokok,akan lebih baik jika dengan harga yang lebih merakyat dan memudahkan ekonomi bawah.
jr. member
Activity: 47
Merit: 25
Nosey Papa 🧑🏻‍🦱
Menurut saya, fenomena ini seperti momentum dagang yang engga bisa diprediksi kapan waktunya rame dan kapan waktunya sepi. Terkadang rame secara serentak dan juga kadang sepi secara serentak itu sering banget terjadi. Orang-orang mengeluhnya pas sepi doang dan mereka punya spekulasi masing-masing yang sebenernya ga bisa dibuktiin, meskipun itu logis.

Dulu waktu masih kerja di pecel lamongan, saya sering banget ketemu fenomena ini. Beberapa pedagang punya spekulasi macam-macam setiap ada fenomena ini, mulai dari tanggal tua, krisis ekonomi, musim kondangan, musim anak sekolah, banyak phk dll. Kalau di logika, itu semua emang masuk akal, tapi yang sering terjadi masih ada warung yang rame dan mereka tutup mulut kalau dagangan udah abis. Keluhan mereka itu keluar kalau sepi saja.

Kalau emang bener frugal living jadi penyebab gelombang sepi pembeli kali ini, kira-kira berapa persen sih orang yang udah nerapin hidup frugal living ini?

Atau kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah keluhan pedagang ini kebetulan FYP di sosmed, jadi dapet sorotan lebih dari publik dan terkesan ini merata di semua pedagang dari sudut pandang netizen, padahal pedagang di sekitar saya masih rame aja (buat warung makan yang punya langganan karena enak dan harganya wajar).
sr. member
Activity: 616
Merit: 274
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.

Pesaing antar pedagang makanan itu sudah sangat lumrah berlomba lomba untuk bersaing dengan harga nya om, kalau pedagang kaki lima merambah ke order online itu bukannya malah menjadi beban keuangan bagi pembeli om, bertambahnya pengeluaran buat ongkos kirimnya.

Kebetulan ada kawan saya jualan ketoprak kalau beli langsung 13lebu, kalau pakai aplikasi bisa 20lebu lebih. Kawan saya sempat mengeluh kan juga dengan bahan pokok seperti beras yang naik nya seenak udelnya dewe, untuk menaikkan harga teman saya tidak berani mengambil resikonya, takut pelanggan kedepannya berkurang ,biasanya sehari hari dagangan kawan saya itu hampir rata rata habis. Langkah yang di ambil teman saya harga tetap 13lebu tapi porsinya agak sedikit berkurang. Lebih baik ambil keuntungan sedikit dari pada naik harga dagangan nya.

Mungkin sekarang apa apa serba mahal kalau saya melihat orang sudah berubah pola hidup nya. Lebih ke frugal living (hidup hemat). Dari pada beli makan di luar 17ribu sekali makan ,lebih baik beli beras sendiri 1,5L mples lauk g neko neko bisa sehari dengan pengeluaran lebih minim.

Bukannya gaji pekerja sudah naik di awal awal bulan y om, bukannya sudah ada formula penghitungan dari pemerintah kenaikan Ump tidak boleh melebihi dari 10%
(Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/news/20230102121501-4-402053/lengkap-ini-dia-daftar-ump-terbaru-2023-di-34-provinsi-ri)



full member
Activity: 784
Merit: 115
Gimana kalau misalnya itu karena persaingan antar pedagang yang semakin keras. Maksudnya gini om. Sekarang kan semakin banyak makanan kekinian yang bisa di cari oleh anak-anak muda ataupun yang di atasnya. Nah,dengan semakin banyaknya tipe makanan yang bisa mereka beli dan juga dengan adanya order online, itu menambah persaingan.

Sekarang dengan adanya order online, orang-orang tidak perlu pergi ke warungnya dan bisa menunggu di rumah saja (seperti saya Grin). Mungkin pedagang-pedagang itu perlu mengikuti tren seperti mendaftarkan warungnya ke order online (bisa salah satu atau semuanya).

Faktor-faktor yang om sebutin itu bisa menjadi faktor yang membuat lesunya dagangan mereka. Tapi mereka harus bisa membuat inovasi yang berbeda dari yang lainnya. Ya, contohnya seperti yang saya sarankan bisa mendaftarkan warungnya ke order online. Mungkin itu bisa menjadi solusi.

Kalau untuk beralih ke frugal living (hidup hemat) bisa juga karena dengan asumsi gaji pekerja belum naik tapi harga bahan-bahan pokok sudah naik duluan terutama ketika menjelang hari-hari libur besar dll nya.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Kemaren ane sempet liat tweet ini:


Dan tadi baca artikel ini: https://food.detik.com/info-kuliner/d-6938889/banyak-penjual-makanan-curhat-di-media-sosial-dagangan-sepi-tak-laku/1

Beberapa yang ane ingat adalah curhatan penjual martabak, pecel lele, trus ayam geprek. Di kolom komentar pun banyak yang mengiyakan fenomena ini sehingga membuat ane berpikir fenomena ini tidak biasa, karena ada yang sudah berjualan x tahun (bukan usaha baru) pun ikutan terdampak.

Apakah agan merasakan hal yang sama? Banyak teori tentang ini, beberapa diantaranya adalah:
- Resesi
- Beras Mahal
- Makin banyak yang beralih ke frugal living (hidup hemat)

Gimana menurut agan?
Pages:
Jump to: