Pages:
Author

Topic: [Diskusi] Kasus Kopi Sianida Mencuat Kembali (dengan Poll) (Read 304 times)

legendary
Activity: 3066
Merit: 1312
Yang "Saat pemerikasaan 70 menit setelah kematian, katanya tidak diketemukan sianida ditubuh korban" ini barang bukti yang mana?

Ini saya cuma denger2 dari podcast karena saya cuma ngikutin dari podcast2 yang berhubungan dengan kasus ini, yang katanya ini adalah hasil yang dikeluarkan oleh puslapfor Polri yang sepertinya emang ada di BB4 yang dipipet.

Kalau ane cuma ga suka aja sama cara penyampaian dari pihak terutama kuasa hukum si Jess, jadi nalar ane agak tersentil ketika banyak orang mengucapkan sesuatu yang sebenarnya ceritanya lengkapnya berbeda.

Kalau saya malah terbalik karena saya malah lihatnya dari penyampaian saksi2 ahli dari pihak jaksa, jaksanya sendiri dan hakimnya. Jujur saja dulu saya ga ngikutin kasus ini karena saya anggap tidak penting  Cheesy mungkin karena saya juga jarang nonton tv. Sekarang jadi ke blow up lagi gara2 sosial media yang sangat luas jadi lebih terekspose dan mau ga mau saya jadi ngikutin di tiktok. BTW, kayaknya semakin saja ramai kasus ini dengan adanya aliansi advocat pendukung Jessica. Semakin menarik untuk diikuti apakah akan ada PK lagi atau tidak.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Bukan saya membela Jesika ya om, saya cuma merasa banyak hal yang janggal dikasus ini dan saya cuma berharap keadilan benar-benar ditegakkan dikasus ini dan kasus2 hukum yang lain.
Membela atau condong percaya pihak Jessica juga ga masalah, itu kan hak masing-masing.
Kalau ane cuma ga suka aja sama cara penyampaian dari pihak terutama kuasa hukum si Jess, jadi nalar ane agak tersentil ketika banyak orang mengucapkan sesuatu yang sebenarnya ceritanya lengkapnya berbeda.

Saya sendiri juga cuma orang awam saja yang mengikuti kasus ini dari podcast-podcast yang belakangan ini ramai jadi saya juga ga tau salah benarnya tentang pengertian apa itu otopsi. Saya cuma ngeliat dari kesaksian dokter yang jadi saksi ahli yang mengambil sampel lambung itu, beliaunya mengatakan tidak melakukan otopsi jadi saya menyimpulkan sampel dan otopsi adalah 2 hal yang berbeda. Saat pemerikasaan 70 menit setelah kematian, katanya tidak diketemukan sianida ditubuh korban tapi 3 hari kemudian ditemukan sianida. Secara sudut pandang awam, kok bisa gitu? Ini juga yang menurut saya agak aneh.
Jadi ada 7 Barang Bukti (BB):
- BB 1: Satu gelas es kopi vietnam TKP -> ada 7400 mg/l ion sianida, 7857 mg/l ion natrium, dan ada kafein
- BB 2: Satu botol es kopi vietnam TKP -> ada 7900 mg/l ion sianida, 9152 mg/l ion natrium, dan ada kafein
- BB 3: Satu botol es kopi vietnam pembanding yang dibuat di kafe -> tidak ada ion sianida, ada 22 mg/l ion natrium dan ada kafein
- BB 4: Satu buah pipet berisi kurleb 0.1 ml -> tidak ada ion sianida, natrium, dan kafein; ini katanya karena tidak bisa dilakukan pemeriksaan (jumlahnya terlalu sedikit)
- BB 5: Satu buah toples berisi lambung -> ada 0.2 mg/l ion sianida, 950 mg/l ion natrium, dan ada kafein
- BB 6: Satu buah toples berisi empedu dan hati -> tidak ada sianida, ada natrium 500 mg/l, dan ada kafein
- BB 7: Dua buah spuit berisi urine ->  tidak ada sianida, ada natrium 2300 mg/l, dan ada kafein
Sumur.

Jadi yang dimasukkan adalah Natrium Sianida (NaCN), yang natrium (Na) tidak mudah hilang, dan sianida (CN) mudah hilang. Ketika melihat es kopi pembanding jumlah natriumnya cuma dikit 22 mg/l sedangkan yang di lambung, empedu & hati, urine kok kadarnya tinggi sekali ini sudah tidak wajar. Apalagi ditemukan sisa-sisa 0.2 mg/l ion sianida di lambung padahal sudah berhari-hari dan sudah dilakukan penyuntikan formalin. Kemudian semua ada kafein kecuali BB 4 yang tidak bisa dilakukan pemeriksaan.

Yang "Saat pemerikasaan 70 menit setelah kematian, katanya tidak diketemukan sianida ditubuh korban" ini barang bukti yang mana?
legendary
Activity: 3066
Merit: 1312

Saya sendiri juga cuma orang awam saja yang mengikuti kasus ini dari podcast-podcast yang belakangan ini ramai jadi saya juga ga tau salah benarnya tentang pengertian apa itu otopsi. Saya cuma ngeliat dari kesaksian dokter yang jadi saksi ahli yang mengambil sampel lambung itu, beliaunya mengatakan tidak melakukan otopsi jadi saya menyimpulkan sampel dan otopsi adalah 2 hal yang berbeda. Saat pemerikasaan 70 menit setelah kematian, katanya tidak diketemukan sianida ditubuh korban tapi 3 hari kemudian ditemukan sianida. Secara sudut pandang awam, kok bisa gitu? Ini juga yang menurut saya agak aneh.

Selain dari masalah ini hal2 yang janggal lain adalah soal cctv yaitu tidak adanya BAP pengambilannya dari DVR ke flashdisk. Tentang jumlahnya juga, yang saya dengar dicafe tsb ada kurang lebih 16 titik, tapi yang dibawa ke pengadilan cuma 9. Bukan saya membela Jesika ya om, saya cuma merasa banyak hal yang janggal dikasus ini dan saya cuma berharap keadilan benar-benar ditegakkan dikasus ini dan kasus2 hukum yang lain.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Masih ada perdebatan soal ini. Satu pihak mengatakan itu cuma sampel (bukan otopsi) karena dipihak satunya mengatakan bahwa otopsi itu harus menyeluruh. Dokter (bukan yg dokter jaja) yang disidang pun mengatakan itu bukan otopsi tapi cuma sampel aja. Yang ada cuma surat visum, yang mana itu beda dengan otopsi kalau menurut orang2. BTW, yang bikin saya tertarik ngikutin kasus ini sekarang ini karena podcast2 yang melibatkan si profesor yang mana bisa dibilang melakukan banyak blunder.
Kalau dari materi yang ane baca, mohon dikoreksi karena ane juga bukan ahli:
- Otopsi itu pemeriksaan luar dalam untuk orang yang sudah mati, hasilnya dituliskan di visum et repertum.
- Pemeriksaan untuk orang yang masih hidup, hasilnya dituliskan di visum et repertum, biasa disebut visum hidup.
- Pemeriksaan untuk orang yang sudah mati, hasilnya dituliskan di visum et repertum, biasa disebut visum mati.
- Pemeriksaan luar, hasilnya dituliskan di visum et repertum, biasa disebut visum luar.
- Pemeriksaan dalam (tentunya untuk orang yang sudah mati), hasilnya dituliskan di visum et repertum, biasa disebut visum dalam. Nah ini katanya juga sama dengan otopsi, meskipun mungkin tidak semuanya dicek.

Quote
Perihal istilah visum luar dan visum dalam, Edy menyebut visum dalam sebenarnya merupakan autopsi atau hanya masalah sebutan.
Sumur: https://jakarta.tribunnews.com/2019/11/16/penjelasan-dokter-forensik-rs-polri-kramat-jati-perbedaan-visum-dan-autopsi.

Semua versi VeR itu adalah bukti yang sah. Dan ketika Mirna dicek lambung, dsb itu adalah visum dalam. Meskipun tidak semuanya dicek, tapi cukup menjadi barang bukti. Itu sepemahaman ane.

Meskipun demikian, dalam hasil-hasil banding, disebutkan kalau tanpa ada otopsi, sebab mati masih bisa ditentukan melalui circumstantial evidence jadi bukan berarti tanpa otopsi tidak bisa ditentukan sebab mati.

Quote
Bahwa, pada pokoknya Penuntut Umum dalam Kontra Memori bandingnya
menyimpulkan hal – hal sebagai berikut :
1. Bahwa benar, korban Mirna meninggal dunia disebabkan karena racun
sianida.
2. Bahwa benar, penyebab kematian korban Mirna dapat ditentukan melalui
Circumstancial Evidence walaupun tidak dilakukan otopsi.
Sumur: https://putusan3.mahkamahagung.go.id/direktori/download_file/83085ff01d6994edaf6c9ab72d2b2f94/pdf/1d1b2805908fce745665abf6e76bbe7a
sr. member
Activity: 1638
Merit: 339
Nah kalau pelaku dianggap sakit jiwa, harusnya kan "no case" ya om karena yang saya tau orang sakit jiwa itu tidak bisa dipidana. Harusnya kalo orang sakit jiwa dimasukkan ke rumah sakit jiwa, bukan penjara.
Ini bukan sakit jiwa gan, tapi sekayak psikopat begitu dan menurut hukum di indonesia jika seorang psikopat melakukan suatu tindak pidana maka ia dihukum seperti orang yang memiliki kejiwaan yang normal karena psikopat itu bukan penyakit kegilaan.

Dan memang kasus ini sudah kembali mencuat dan banyak media yang kembali membicarakannya dengan para pakar, sehingga menimbulkan bebrapa asumsi dari masyarakat, dan yang menurut saya yang paling di rugikan adalah hukum di indonesia yang mendapat banyak respon negatif dari masyarakat sehingga membuat masyarakat indonesia semakin tidak percaya terhadap penegak hukum di indonesia.

Secara pribadi terlepas dari Jessica pelakunya ataupun bukan, namun ada beberapa hukum yang memang tidak adil ketika di ambil, seperti barang bukti yang tidak jelas dan hakim seoalah meyakini kalau Jessica sebagai pelaku lalu menghukum tanpa ada bukti bukti yang kuat.
Sampai sampai Hotan Paris (pengacara paling terkenal di indonesia) kemabli mengomentari permasalahan ini, berarti kan ada yang menjanggal.
legendary
Activity: 2324
Merit: 1604
hmph..

Masih ada perdebatan soal ini. Satu pihak mengatakan itu cuma sampel (bukan otopsi) karena dipihak satunya mengatakan bahwa otopsi itu harus menyeluruh. Dokter (bukan yg dokter jaja) yang disidang pun mengatakan itu bukan otopsi tapi cuma sampel aja. Yang ada cuma surat visum, yang mana itu beda dengan otopsi kalau menurut orang2. BTW, yang bikin saya tertarik ngikutin kasus ini sekarang ini karena podcast2 yang melibatkan si profesor yang mana bisa dibilang melakukan banyak blunder.
Itulah yang membuat kasus ini jadi rancuh, satu pihak mengatakan sudah diautopsi sedangkan dokter yang pertama kali nanganin mengatakan kalau itu bukan autopsi. Ini yang mempersulit untuk menemukan titik terangnya saat ini apalagi kasus sudah terlalu lama, dengan dokumen untuk bukti dan olah tkp yang simpang siur seperti ini, maka jessica akan tetap menjadi pelaku. Karena netizen yang mencurigai orang tuanya si mirna pun rasanya juga terlalu lemah tuduhannya. Apakah ada yang punya info soal si ayahnya mirna ini?
legendary
Activity: 3066
Merit: 1312
Paling ringan itu 20 thn, tapi itu juga kalau menilik si Jessica ga mau ngaku, harusnya kena lebih dari itu.
Ini satu-satunya yang aneh kalau menurut ane. Mungkin pelaku dianggap sakit jiwa... tp tetep kalau orang sakit jiwa keluar setelah 20 thn bisa bakal ada korban lagi.

Nah kalau pelaku dianggap sakit jiwa, harusnya kan "no case" ya om karena yang saya tau orang sakit jiwa itu tidak bisa dipidana. Harusnya kalo orang sakit jiwa dimasukkan ke rumah sakit jiwa, bukan penjara.


Masih ada perdebatan soal ini. Satu pihak mengatakan itu cuma sampel (bukan otopsi) karena dipihak satunya mengatakan bahwa otopsi itu harus menyeluruh. Dokter (bukan yg dokter jaja) yang disidang pun mengatakan itu bukan otopsi tapi cuma sampel aja. Yang ada cuma surat visum, yang mana itu beda dengan otopsi kalau menurut orang2. BTW, yang bikin saya tertarik ngikutin kasus ini sekarang ini karena podcast2 yang melibatkan si profesor yang mana bisa dibilang melakukan banyak blunder.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Harusnya hukuman mati atau setidaknya seumur hidup kalau pasalnya adalah pembunuhan berencana.
Paling ringan itu 20 thn, tapi itu juga kalau menilik si Jessica ga mau ngaku, harusnya kena lebih dari itu.
Ini satu-satunya yang aneh kalau menurut ane. Mungkin pelaku dianggap sakit jiwa... tp tetep kalau orang sakit jiwa keluar setelah 20 thn bisa bakal ada korban lagi.

walaupun tidak ada otopsi
Ada

Bahkan dokter yang mengambil sampel dari tubuh mirna telah mengatakan bahwa tidak ditemukan racun sianida dalam tubuh mirna
Ada di otopsi, yang "negatif" di sampel cairan lambung itu karena tidak dites (jumlahnya terlalu kecil untuk dilakukan tes ada tidaknya sianida)

keterangan para saksi yang berada di tkp juga mereka minum kopi dari gelas yang diminum oleh mirna tetapi mereka tidak mati tapi kenapa hanya mirna saja yang mati
Mereka kagak minum, cuma tes nyicip dikit dan ga ditelan. Logikanya temen agan terkapar abis minum kopi, masa agan pede minum kopinya padahal udah aneh banget warna dan baunya. Ibarat kek tes nyicip makanan udah busuk ato belon.
sr. member
Activity: 957
Merit: 278
Vave.com - Crypto Casino
Kalau mendengar dari paparan kuasa Hukumnya, Jessica tidak bersalah atas kematian mirna. justru ada rekayasa terhadap kematian mirna. Kuasa hukum Jessica memaparkan secara detail dengan bukti-bukti yang dihadirkan. walaupun tidak ada otopsi dan hanya di ambil sampel saja tetapi tidak terbukti dalam tubuh mirna mengandung sianida. Bahkan dokter yang mengambil sampel dari tubuh mirna telah mengatakan bahwa tidak ditemukan racun sianida dalam tubuh mirna, belum lagi cctv yang direkayasa dan juga dari keterangan para saksi yang berada di tkp juga mereka minum kopi dari gelas yang diminum oleh mirna tetapi mereka tidak mati tapi kenapa hanya mirna saja yang mati. logikanya jika memang gelas kopi itu mengandung racun sianida maka mereka yang minum kopi pada gelas yang sama juga ikut mati. Oleh karena itu, kasus yang yang menimpa Jessica tampaknya lebih kepada konspirasi sehingga Netflix mengangkatnya dalam film dokumenter karena mereka menganggap ada kejanggalan terhadap kasus tersebut.
legendary
Activity: 3066
Merit: 1312
Bagaimana menurut pendapat agan?
Sudah ada 3 polling, sepertinya 2 mengatakan jessica sebagai pembunuh, sedangkan 1 (aku) mengatakan tidak.

Setelah sedikit mengkuti kabar akhir2 ini, saya memutuskan untuk memvote bahwa Jessica tidak bersalah. Ya walaupun saya sendiri ga 100% yakin tapi yang saya liat masih sangat banyak kejanggalan atau fakta2 yang belum terungkap di kasus ini. Jujur saja dulu 2016 saya tidak mengikuti kasus ini, mungkin kalau ada PK lagi, bisa diungkap fakta2 yang selama ini masih tersembunyi dan bisa menghasilkan keputusan yang seadil2nya.
legendary
Activity: 3066
Merit: 1312
Susah buat ikutan jawab antara benar atau tidaknya si Jessica lah pembunuhnya karena proses hukumnya yang amburadul menurut saya. Tidak ada bukti atau saksi yang benar2 kuat yang menunjukkan bahwa si Jessica lah yang memasukkan sianida ke dalam kopi. Selain itu masih bisa diperdebatkan antara benarkan matinya karena Sianida, antara ada tidaknya otopsi yang sesuai SOP, karena harusnya kalau ga ada otopsi yang sesuai otopsi = no case. Hasil akhirnya pun sangat dipertanyakan, kenapa cuma 20th kalau si Jessica itu benar2 terbukti secara sah dan meyakinkan dan tidak ada hal yang meringankan? Harusnya hukuman mati atau setidaknya seumur hidup kalau pasalnya adalah pembunuhan berencana. Saya melihatnya lebih ke proses hukumnya saja yang mungkin bisa dibilang kacau dari awal sampai akhir, ya inilah gambaran proses hukum di negri wakanda.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
menonton versi dari tim penyidik dan versi dokter yang menangani jasad Mirna, bikin saya bingung, siapa yang jujur disini. jika dari rekaman sidang yang ditayangkan kembali di channel youtube media, dokter yang menangani seperti menjawab kurang meyakinkan. Tapi, saat di podcast richard ia seperti sangat yakin dengan apa yang ia utarakan. 
Sudah ada 3 polling, sepertinya 2 mengatakan jessica sebagai pembunuh, sedangkan 1 (aku) mengatakan tidak. Mengapa?, karena kalau berdasarkan fakta yang disodorkan oleh dokter Djaya, ahli forensik, ketika dia mengecek muntahan pertama mirna, tidak ditemukan sianida di lambungnya, padahal jelas kalau ada sianida, apa lagi itu dosis besar, pasti ada sianida dalam muntahan pertama tersebut.
Dokter yang memeriksa itu lebih dari 1 sehingga ada beberapa BAP, nah yang Dr. Djaja ini pendapatnya tidak dipakai karena tugas dia bukan memeriksa/otopsi jenasah, dia cuma disuruh ngeformalin jenasah aja AFAIK.

Btw ini debat udah terjadi di persidangan, cuma mungkin dulu agan-agan ga mengikuti.



Sepertinya ini kasus udah mereda, tipikal publik yang cuma bentar doang hebohnya. Sekarang publik udah move on ke kasus lain kek perang, bunuh diri, dsb.
Klasemen akhir:
Quote
Apakah Jessica yang membunuh Mirna?
Ya: 2
Tidak: 1
hero member
Activity: 868
Merit: 737
Bagaimana menurut pendapat agan?
Sudah ada 3 polling, sepertinya 2 mengatakan jessica sebagai pembunuh, sedangkan 1 (aku) mengatakan tidak. Mengapa?, karena kalau berdasarkan fakta yang disodorkan oleh dokter Djaya, ahli forensik, ketika dia mengecek muntahan pertama mirna, tidak ditemukan sianida di lambungnya, padahal jelas kalau ada sianida, apa lagi itu dosis besar, pasti ada sianida dalam muntahan pertama tersebut. Yang kedua, jika sianida tersebut memang ada di kopi yang disajikan, pasti orang di sekeliling cafe tersebut juga akan ikut pusing, karena uap dari sianida, apa lagi dosisnya 7.400 mg, tentu efeknya sangat terasa di sekliling kopi yang dicampur sianida. yang ketiga, sianida ditemukan ketika mayat sudah 3 hari, tentu hal ini sudah tidak meyakinkan lagi apa lagi dosis yang ditemukan itu kecil 0.2 mg, dimana menurut mereka tidak cukup untuk membunuh (takaran yg dapat membunuh itu 200-300mg). Sianida itu ada di tubuh kita walau kecil, dan karena ada sebab proses kimia kemungkinan akan bereaksi ketika hati tidak menfilternya lagi.
legendary
Activity: 2324
Merit: 1604
hmph..
menonton versi dari tim penyidik dan versi dokter yang menangani jasad Mirna, bikin saya bingung, siapa yang jujur disini. jika dari rekaman sidang yang ditayangkan kembali di channel youtube media, dokter yang menangani seperti menjawab kurang meyakinkan. Tapi, saat di podcast richard ia seperti sangat yakin dengan apa yang ia utarakan. Apakah karena ada intimidasi dari jaksa saat di pengadilan, sehingga waktu itu ia jadi sedikit gugup untuk menjawab, karena takut salah dan justru memberatkan Jessica.

Tapi, kalau Jessica sudah datang 3 hari sebelumnya, maka ini memberikan indikasi kuat kalau dia memang melakukan perencanaan dengan matang. Mungkin jika ada bukti baru dari pihak jessica ada potensi kasus ini disidangkan kembali. Walaupun memang indikasi kuat, mulai dari kedatangannya 3 hari sebelumnya, kedatangannya yang lebih awal serta pesanan yang dilakukan tanpa persetujuan. Ini mengindikasikan bahwa ia telah melakukannya. Sayangnya memang posisi cctv dan pixel kamera yang rendah kurang mendukung sebenarnya untuk memperkuat pembuktian. Sehingga netizen menganggap kalau putusan hukum yang diberikan sedikit ngawur karena bukti pada jasad antara keterangan penyidik dan dokter Djaja sepertinya bertolak belakang. Karena menurut keterangan dokter Djaja itu bukan otopsi karena pemeriksaan hanya sebatas pengambilan sampel. Namun, menurut Deddy ia memiliki bukti hasil otopsi. Dan ada pngakuan dari Deddy kalau Otto meminta Deddy untuk memotong video karena menurut Otto video yang sudah diunggah ada yang salah ngomong. apakah takut keterangannya menjadi lemah Huh


Karena penasarannya, saya juga menonton video Karni Ilyas dan Ayah Mirna, disini ia menunjukkan adanya video pergerakan tangan jessica yang dianggap memasukkan sesuatu ke kopi, tapi tetap masih ada ketutupan daun, dan berbeda dengan keterangan dokter Djaja kalau otopsi tidak dilakukan karena tidak diperbolehkan oleh keluarga Mirna, sedangkan diwawancara dengan Karni, Ayah Mirna mengatakan kalau keluarga menyetujui otopsi sejak awal bahkan yang menyuruh tim forensik untuk megambil sampel.


Asumsi netizen lagi nih, ada apa-apa dengan ayah Mirna, karena ia kenal banyak pejabat kepolisian yang mungkin menutup-nutupi sesuatu untuk menjadikan Jessica sebagai tersangka. Apakah mungkin keluarga dekat Mirna memiliki motif untuk membunuh anaknya lalu apa, apakah benar untuk klaim asuransi? saya tidak yakin dengan asumsi netizen yang satu ini.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Kemudian, barang bukti berupa kopi yang disajikan kepada Almh. Mirna, itu sempat diminum oleh manajer cafe, tapi manajer cafe seperti mengalami keracunan ringan. Bagaimana bisa? Ini saya yang juga menjadi bingung. Mengenai barang bukti yang rusak, mungkin karena minimnya pengetahuan orang Indonesia untuk tidak mengubah apapun yang ada di TKP.

Sedangkan menurut pengacara Jessica melalui podcastnya Deddy, yang membuat kasus ini menjadi janggal adalah tidak adanya hasil otopsi yang dilakukan. Jika memang ini kasus pembunuhan, seharusnya polisi melakukan otopsi saat itu. Tapi, permintaan otopsi tidak pernah dilakukan, hanya pengambilan sampel yang awalnya tidak ada indikasi sianida, namun beberapa hari kemudian setelah membongkar makam dan mengambil sampel ulang, menunjukkan sianida.

Jadi, kasus ini memang menjadi kasus yang rumit, karena 2 hal, pertama tidak adanya otopsi dan rusaknya barang bukti.
- Masalah sempat dicicip dikit karyawan kafe, otopsi, kadar sianida, dsb, udah dijelaskan di podcast Om Ded yang baru yg barusan agan post.
- Otopsi ada tapi masih menimbulkan persoalan, berarti ada yang ga bener dengan administrasi/SOP. Seharusnya standar udah jelas jadi sekali dibilang udah divisum/diotopsi ya sudah tidak ada pertanyaan lagi.
- Barang bukti bukan rusak, tapi ya itu tadi masalah 2 botol 1 gelas / 2 gelas 1 botol dsb bisa jadi persoalan, lagi-lagi tentang administrasi.

Ada yang mengatakan kalau posisi CCTV yang ada di cafe terhalang daun, apakah mungkin bagi Jessica melakukan survei posisi terlebih dahulu sebelum melakukan aksinya untuk menemukan blindspot?
Jess sudah datang ke kafe 3 hari sebelum eksekusi, mungkin dia mau survey dulu.

atau benar isu bahwa untuk proses hukum membutuhkan uang untuk menemukan fakta maupun menutupi fakta?
Ane pernah baca di twit, agak lucu... Ceritanya ada orang lapor polisi masalah pencurian (HP kalo ga salah).
Cuma dikasih minum trus disuruh ikhlas Grin
Intinya kerjaan mereka udah banyak, jadi kalau mau cepat ya pasti ada ongkosnya, soalnya jasa gratisan. Meskipun demikian, di kasus ini, karena sudah terblow-up media dan jadi sorotan, mau ga mau mereka kerjanya beneran. Terkait ini:

Saya agak bingung dimenit (28.13)
Saat para Jaksa di wawancara "kalau kita tidak memenjarakan jessica, nanti akan ada citra buruk yang melekat pada tim Jaksa"
Apa karena kasus nya alot, makan waktu lama dan capek jadi harus segera di putuskan segera mungkin?
Pada waktu itu publik udah yakin kalo yang bunuh ya si Jess, sehingga kalo dia ga bisa penjarakan ya akan dinilai ga becus kerja.

Kalo ga terungkap nanti isilop juga bakal dinilai ga becus kerja.
legendary
Activity: 2324
Merit: 1604
hmph..
Saya tidak menggunakan netflix jadi saya tidak mengerti filmnya. Cuma, saya mengikuti beberapa opini dari umum, podcastnya Deddy dan analisa-analisa lainnya. Memang, ada kemungkinan kalau si Jess adalah pelakunya, mengingat, pesanan dilakukan jauh sebelum temannya datang dan minuman sudah tersedia di meja beberapa menit sebelum temannya datang. Okelah, kalau memang itu untuk mentraktir, tapi biasanya orang nraktir pun akan nunggu dateng dulu baru pesen. Ini yang dijadikan penegak hukum sebagai alasan jessica sebagai tersangka, dan itu masuk akal. Bahwa ada jeda waktu yang cukup banyak bagi jess untuk melakukannya.

Kemudian, barang bukti berupa kopi yang disajikan kepada Almh. Mirna, itu sempat diminum oleh manajer cafe, tapi manajer cafe seperti mengalami keracunan ringan. Bagaimana bisa? Ini saya yang juga menjadi bingung. Mengenai barang bukti yang rusak, mungkin karena minimnya pengetahuan orang Indonesia untuk tidak mengubah apapun yang ada di TKP.

Sedangkan menurut pengacara Jessica melalui podcastnya Deddy, yang membuat kasus ini menjadi janggal adalah tidak adanya hasil otopsi yang dilakukan. Jika memang ini kasus pembunuhan, seharusnya polisi melakukan otopsi saat itu. Tapi, permintaan otopsi tidak pernah dilakukan, hanya pengambilan sampel yang awalnya tidak ada indikasi sianida, namun beberapa hari kemudian setelah membongkar makam dan mengambil sampel ulang, menunjukkan sianida.

Jadi, kasus ini memang menjadi kasus yang rumit, karena 2 hal, pertama tidak adanya otopsi dan rusaknya barang bukti. Ada yang mengatakan kalau posisi CCTV yang ada di cafe terhalang daun, apakah mungkin bagi Jessica melakukan survei posisi terlebih dahulu sebelum melakukan aksinya untuk menemukan blindspot?

Well ini mungkin OOT, tapi kasus njlimet tanpa pelaku yang jelas, mengingatkan saya akan pembunuhan tetangga saya beberapa tahun lalu. Hingga saat ini tidak ada informasi siapa pelakunya, karena kejadian pembunuhan terjadi malam hari di kebun dekat rumah tidak jauh mungkin sekitar 1km, minim saksi, minim barang bukti, hanya menyisakan jasad korban yang ditemukan 7 hari setelah kejadian di radius 40 km dari lokasi di desa lain. ada yang berasumsi kalau jasad disimpan pelaku sebelum dibuang. bagaimana caranya, saya juga bingung.

Sehingga hal ini menyambung dengan kasus Mirna, Apakah memang polisi kita tidak memiliki tim forensik yang mumpuni untuk melakukan pemeriksaan TKP, atau benar isu bahwa untuk proses hukum membutuhkan uang untuk menemukan fakta maupun menutupi fakta?

Update: Mungkin yang mau nonton penjelasan dari pengacara Jessica di podcast silakan ke https://www.youtube.com/watch?v=0r_4vtvcM2g
Baru diupload beberapa jam yang lalu podcast penjelasan dari tim Ahli dalam pemeriksaan kasus https://www.youtube.com/watch?v=L2307YA52OA
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
jika film hanya sebatas film harus nya cuman hiburan saja (walau di ambil dari kisah nyata)tentu tidak perlu di pikirkan lebih jauh..menurut agan apakah ini hanya film saja atau dokumenter untuk mengenang peristiwa tententu mungkin?
Kalau genre-nya di Netflix/IMDB ya tentu film dokumenter, tapi IMO itu bukan film dokumenter kalau menurut standar ane. Dokumenter harusnya memotret suatu peristiwa apa adanya, tanpa bias, dsb. Film ini kebanyakan hanya wawancara dan opini, dan misalnya adegan bapaknya Mirna punya hobby nembak itu ga ada hubungannya dengan kasus. Karena kebanyakan opini, maka jadinya bikin penonton yang dulu ga sempet menyimak kasusnya dengan full itu jadi tidak tercerahkan, malah mempertanyakan hal yang sudah dibahas di persidangan. Kek misalnya jumlah sianida yang cuma dikit, dsb., itu sudah dibahas di persidangan dan ada jawabannya (cari sendiri).

FYI ini kasus udah banding berkali-kali sampai PK satu kali, tetep hakim kekeuh dengan keputusan 20 thn penjara.

Menurut ane juga Jessica lah yang menjadi tersangka dalam pembunuhan tersebut. CCTV udah cukup lah buat jelasin orang yang paling mencurigakan IMO. Meski terbukti menjadi tersangka pada kasus pembunuhan berencana, ane sendiri ngerasa kalo rencana nya Jessica ini kurang mateng. Ga tau apakah ini efek dari sering nonton film pembunuhan berencana yang bisa rapi banget atau apa, tapi dengan CCTV doang rasa curiga ke Jessica itu udah lumayan kuat.
Kalau standar di Indo keknya udah mateng ini rencananya karena terbukti menyulitkan penegak hukum, dan saat ini masih jadi misteri. Tapi kalau pakai standar pembunuhan-pembunuhan berencana yang gila di luar negri keknya masih kalah. Sampai ketangkap CCTV itu sangat sembrono...

Apakah mungkin ada fakta baru?
Saya agak bingung dimenit (28.13)
Saat para Jaksa di wawancara "kalau kita tidak memenjarakan jessica, nanti akan ada citra buruk yang melekat pada tim Jaksa"
Apa karena kasus nya alot, makan waktu lama dan capek jadi harus segera di putuskan segera mungkin?

Kasus ini seperti nya tidak netral? Imo
Kagak ada fakta baru, dan itu bukan tujuan dokumenter si kalo nyari fakta baru.
Pada waktu itu publik udah yakin kalo yang bunuh ya si Jess, sehingga kalo dia ga bisa penjarakan ya akan dinilai ga becus kerja.
Yang harus netral adalah hakim, dia tidak boleh mendengarkan publik dalam memutus, alias hanya memakai pertimbangannya/kebijaksanaannya sendiri berdasarkan fakta yang ada. Kalau jaksa tentu ingin Jess dihukum sesuai tuntutannya (jaksa tidak netral), dan Pengacara Jess tentu ingin Jess bebas (pengacara juga tidak netral).
member
Activity: 89
Merit: 38
Setelah tidur hampir selama 7 tahun tiba-tiba sang sutradara robsixsmith membuat ragu dan gaduh.

Sebenarnya apa motif sangat sutradara mengangkat kasus ini kembali dan dijadikan dokumenter.
Apakah mungkin ada fakta baru?
Saya agak bingung dimenit (28.13)
Saat para Jaksa di wawancara "kalau kita tidak memenjarakan jessica, nanti akan ada citra buruk yang melekat pada tim Jaksa"
Apa karena kasus nya alot, makan waktu lama dan capek jadi harus segera di putuskan segera mungkin?

Kasus ini seperti nya tidak netral? Imo

Mungkin sudut pandang sutradara membuat dokumenter ini ingin menyentil sistem hukum Indonesia yang op  sebutkan ada nya ketidakprofesionalan dari instansi/penegak hukum.
Atau ada hal lain pengalihan isu mungkin?
hero member
Activity: 1470
Merit: 555
dont be greedy
Padahal kasusnya sudah ditutup, tapi baru banget ane tahu kalo ada film dokumenter ini tayang di Netflix (kudet juga ya ane).

Menurut ane juga Jessica lah yang menjadi tersangka dalam pembunuhan tersebut. CCTV udah cukup lah buat jelasin orang yang paling mencurigakan IMO. Meski terbukti menjadi tersangka pada kasus pembunuhan berencana, ane sendiri ngerasa kalo rencana nya Jessica ini kurang mateng. Ga tau apakah ini efek dari sering nonton film pembunuhan berencana yang bisa rapi banget atau apa, tapi dengan CCTV doang rasa curiga ke Jessica itu udah lumayan kuat.

Dari sudut pandang bisnis, ane ngerasa film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso ini mirip politik adu domba buat masyarakat Indonesia buat bahas sesuatu yang sebenarnya udah selesai. Ini mungkin juga strategi marketing dari sutradara yang pengen ngangkat topik "Kopi Sianida" ini rame kembali dan masyarakat Indonesia yang berjumlah lebih dari 280juta orang ini tertarik buat nonton di Netflix. Pada akhirnya mengerucut pada cuan buat Netflix dan pembuat film.
sr. member
Activity: 812
Merit: 257
PredX - AI-Powered Prediction Market
jika film hanya sebatas film harus nya cuman hiburan saja (walau di ambil dari kisah nyata)tentu tidak perlu di pikirkan lebih jauh..menurut agan apakah ini hanya film saja atau dokumenter untuk mengenang peristiwa tententu mungkin?

jika yang terjadi menurut agan demikian itu bisa saja terjadi,namun barang bukti walau cuma 1 bisa mengalihkan isu atau skenario lain dan menggoreng nya di pengadilan,saya berharap keluarga mirna legowo apalagi adanya film ini mungkin mengingatkan akan kehilangin sosok mirna nya mereka.
saya menemukan ini..



dan saya menemukan utas yang mungkin bisa jadi referensi di Twitt ini
Pages:
Jump to: