Kalau direnungkan sebetulnya agak miris ketika calon yang terpilih hanya berdasarkan popularitas semata. Ini juga mengindikasikan kalau sistem perpolitikan di Indonesia (secara umum) masih kacau, ketika pemilih tidak bisa mendapatkan informasi keseluruhan tentang calon-calon tsb.
Alasan bapak-bapak di tongkrongan warung kampung, cukup sederhana.. yang penting dari segi penampilan ga berpotensi korupsi dulu. Realitanya apa kata belakangan. Daripada banyak-banyak visi misi kampanye diawal, ntar (setelah jadi) dapat banyak dana program dari negara, ntar banyak juga celah korupsinya. Hehee...
Menurut ane jika hanya melihat dari segi penampilan, banyak sekali caleg-caleg yang memakai atribut keagamaan yang identik dengan dekat dengan tuhan yang memungkinkan tidak merugikan orang namun faktanya banyak sekali yang melakukan korupsi, kita tidak bisa di sandarkan pada apa yang di tampilkan dalam pakaiannya, terlalu miris jika hanya berdasarkan hal itu.
Sejujurnya ane agak kecewa dengan hal semacam ini, tetapi mungkin karena beberapa warga cukup bingung siapa yang di pilih dan mereka gak kenal dengan kandidat lain, komeng lebih familiar di telinga merika makanya memilih komen. tapi jujur ane cukup penasaran kedepannya seperti apa, dengan tingkah komeng yang slengean berdiskusi atau rapat dan sedemikian rupa dalam mengupayakan aspirasi masyarakat yang lain karena aspirasi tidak hanya tentang komedi seperti apa yang telah dia sampaikan pada wawancara.