sepengalaman ane jadi pekebun sawit yang agan sebutin diatas cuma terjadi pada awalnya saja, setelah sawit ditanam dan beberapa tahun kemudian, fungsi hutan balik lagi ke semula, di kebun ane sering banget ane liat hewan hewan kayak tupai, kera, tikus, burung ikut makan buah sawit yang dah matang.
Kalau hutam alami kan pohonnya macam-macam gan, satwa bisa mendapatkan sumber makanan dari berbagai pohon. Kalau hanya ada sawit entah itu bagus atau tidak buat diet mereka, dan lalu bagaimana dengan yang makanannya bukan sawit? Ilang dah.
kalau kita bicara kerusakan lingkungan, saya kira ini kurang tepat. coba kita kutip beberapa sumber :
obert Henson, seorang penulis asal Oklahoma City, Amerika Serikat merilis The Rough Guide to Climate Change pada tahun 1999. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa satu hektare kebun kelapa sawit dalam satu tahun mampu menyerap 64,5 ton karbondioksida dan menghasilkan 18,7 ton oksigen.
Angka ini lebih besar dibandingkan kemampuan satu hektare hutan tropis dalam satu tahun yang hanya mampu menyerap karbondioksida sebanyak 42,4 ton dan menghasilkan 7,09 ton oksigen. Jika dilihat dari data lahan sawit Indonesia yang seluas 16,381 juta hektare, 1,056 miliar ton karbondioksida akan terserap dan 306,3 juta ton oksigen akan dihasilkan per tahunnya.
SUMBER-- walaupun sawit terus di tuduh sebagai biang kerok kerusakan lingkungan, tapi serapan co2 nya lebih bagus daripada huatan dalam jumlah hektaran yang sama.
Ini sepertinya kutipannya cocok logi gan, tidak menggambarkan keseluruhan ceritanya.
Argumen lain bisa dibaca di
https://news.mongabay.com/2007/11/oil-palm-does-not-store-more-carbon-than-forests/Headline-nya cukup menyentil "Oil palm does not store more carbon than forests -
Indonesian palm oil industry tries disinformation campaign"
Sitasinya juga banyak, yang bisa dibaca sendiri kalau mau riset.
Inti ceritanya adalah:
1. Ketika hutan dibabat dan diubah ke kebun sawit, ada CO2 yang dikeluarkan:
"Forest conversion on mineral soils to promote continued oil palm mono-cropping causes a net release of approximately 650 Mg carbon dioxide equivalents per hectare"
2. Penyerapan karbondioksida yang lebih besar dari hutan alami itu tidak terjadi terus menerus. Itu terjadi terutama ketika tanaman masih usia muda dan bertumbuh.
"So while a new oil palm plantation may grow faster — and sequester carbon at a higher annual rate — than a naturally regenerating forest, in the end, the oil plantation will still store less carbon (50-90 percent less over 20 years) than the original forest cover"
3. Kalau menimbang poin 1 + poin 2, maka tentu saja mengubah hutan alam menjadi kebun sawit itu nambahin CO2. Isu lingkungan ini belum termasuk polusi tanah dan air, dst.
https://en.wikipedia.org/wiki/Social_and_environmental_impact_of_palm_oilTapi ane kurang tertarik dengan membahas sesuatu yang dinalar juga bisa dan sudah banyak jurnal penelitiannya, hutan alami vs kebun sawit. Permasalahannya bukan di sana (QED), tetapi terkait ekonomi masyarakat dan solusi komunitas internasional akan hal ini. Eropa sudah duluan babat hutan dengan bebas lalu jadi negara maju yang ga punya hutan, lalu sekarang mau ngatur-ngatur Indo.