Sepenuhnya untuk saat ini kembali kepada orang tua si anak, karena mereka yang memiliki akses secara langsung membatasi penggunaan handphone, dan ane sangat setuju dengan apa yangg di katakan bitleap bahwa dampak positif dan negatifnya itu tergantung penggunaannya, sama seperti barang lainnya akan jauh lebih bermanfaat tergantung bagaimana memanfaatkannya dengan baik.
Di media sosial saat ini memang banyak sekali konten yang tidak jelas dan unfaedah, tetapi tidak sedikit pula konten yang bermanfaat untuk kita, banyak sekali edukasi yang bisa kita akses untuk menambah pengetahuan, namun jika fyp agan selalu berdatangan konten yang tidak jelas itu menunjukan seberapa lama pada waktu sebelumnya agan menonton konten yang sama.
Pola asuh memang penting tetapi pada akhirnya kita juga perlu menyadari bahwa ada faktor lingkungan yang pada akhirnya bisa membuat situasi tidak terkontrol meskipun pola asuh orang tua itu sangat bagus. Saat ini berbicara tentang pola asuh juga kita tidak bisa terlalu mengekang dan membebaskan karena bagaimanapun juga pola asuh yang terlalu ketat juga itu akan membuat anak stress dan terlalu di longgarkan juga pada akhirnya akan ngelunjak sehingga sebenarnya sedikit bingung dengan pola asuh yang diterapkan sekarang karena semua memiliki porsi yang pada akhirnya akan ada akibat yang ditimbulkan.
Sebagai contoh dalam hal ini ada orang tua yang menerapkan pola asuh yang baik dimana mereka memberikan pemahaman yang hak dan batil, serta mendidik dengan baik tetapi pada akhirnya ketika anak dilepas diluaran dengan lingkungan yang tidak sehat maka hal itu juga akan sedikit banyak terdampak dan hal seperti ini saya rasakan sendiri untuk anak saya sekarang. Dirumah saya tidak pernah memberikan pelajaran tentang bahasa kasar atau sebagainya bahkan untuk media sosial saat ini saya masih mencoba untuk memberikan pemahaman tentang beberapa konten guna untuk memfilter anak tetapi pada akhirnya ketika anak dilepas diluar dengan lingkung yang tidak terlalu sehat pada akhirnya selalu saja ada perubahan yang terjadi dan yang kentara adalah bahasa dan konten yang dilihat dari media sosial dan itu jelas terjadi untuk sebagian besar anak yang ada di Indonesia saat ini.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa pada akhirnya ini tergantung kepada algoritma dan bukan berarti dalam hal ini setiap orang selalu membuat konten yang tidak berguna karena banyak sekali yang berguna tetapi pada akhirnya ketika perbandingan konten yang faedah dan unfaedah akan terlihat jelas perbandingan yang mencolok sebenanrya apalagi untuk Gen Milenial atau Gen Z bahkan mungkin Gen Alpha.
Saya pikir kita semua disini akan sepakat ketika membicarakan pola asuh, sebab itu pondasi dasar bagi seorang anak dan memang rumah atau lingkungan keluarga menjadi sekolah pertama bagi mereka. Namun ada banyak faktor yang pada akhirnya itu akan menjadi sebuah kontradiktif, maksudnya ketika di rumah di ajarkan tentang sesuatu yang baik namun kita juga tidak bisa mengontrol ketika mereka berada di lingkungan luar, termasuk juga di lingkungan sekolah. Saya tidak bermaksud untuk mengatakan lingkungan sekolah buruk, akan tetapi di negara kita sepertinya sekolah juga bisa menjadi salah satu lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk, seperti misalnya tawuran juga berasal dari sekolah.
Ya saya juga setuju bahwa ini ada sisi positif dan ada sisi negatif tergantung penggunanya, namun saya sedikit tidak setuju pada poin ketika kita memberikan mereka ponsel karena takut atau tidak tega ketika melihat teman sebayanya banyak yang membawa ponsel, sebab menurut saya ada beberapa titik sebagai orang tua harus menghapuskan rasa kasihannya. Ya ini pasti akan ada pro kontra, akan tetapi ini baik agar kita sebagai orang tua bisa lebih peduli lagi terhadap anak.
Mengenai algoritma, anak anak memiliki rasa penasaran yang tinggi, memang mungkin algoritma konten yang mereka tonton akan menyesuaikan, namun ketika mereka mulai mendengar dari temannya tentang sebuah konten pastinya mereka tidak ingin ketinggalan dan pada akhirnya mereka mencari dan mengubah dari algoritma sebelumnya.
Ini saya lihat dari algoritma ponsel keponakan saya, sebelumnya saya melihatnya masih baik baik saja, akan tetapi setelah viralnya konten tauran yang terjadi beberapa waktu lalu seperti misalnya Katak, Bokir (kalau saya tidak salah), itu mengubah algoritma konten yang keponakan saya tonton, dan setelah saya cari tahu itu karena mereka mencari konten tersebut yang mereka dengar dari teman temannya.
Kalau ga salah ini pernah dibahas ama salah satu penghuni grup Discord yang ane ikuti. Dia tinggal dan besar di Australia dan konteksnya ini bukan sekedar anak kecil lihat orang kaya pamer, tapi sampe ke masalah jaringan narkoba dkk. Bayangin aja di SMP udah ada yang jadi kurir. Jadi beda banget konteksnya sama masyarakat Indo, setidaknya saat ini. Ane ga tahu sih sevalid apa cerita orang itu, apalagi dia udah lama lulus dan sekarang udah kerja, tapi dia ga kaget kalau kondisinya jauh lebih buruk sekarang karena penetrasi teknologi jauh lebih tinggi.
Wah ternyata lebih mengerikan dari apa yang saya pikirkan, untuk cerita tersebut saya sebenarnya belum pernah mendengar hal ini terjadi di Indonesia, saya tidak bisa membayangkan jika itu terjadi di Indonesia.
Saya rasa itu menjadi salah satu alasan terkuat kenapa pemerintah disana mengeluarkan kebijakan seperti itu, terlebih ketika dalam cerita tersebut anak anak sudah ada yang jadi kurir atau pengedar.
Namun untuk kasusnya sendiri di Indonesia juga banyak kasus seorang pelajar menggunakan narkoba dari salah satu sumber yang saya baca.
https://www.rri.co.id/internasional/780910/hani-2024-narkoba-ancam-generasi-muda-indonesia