Pemikiran seperti ini tidaklah salah karena memang mindset ini terbentuk karena dari awal di negara kita KKN sudah menjadi rahasia umum sekalipun memang hal seperti ini masih cukup tabu untuk dibahas secara luas tetapi untuk masalah korupsi yang sudah mendarah daging maka pasti akan muncul mindset dimana pemilu ini akan dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan secara pribadi karena pada akhirnya sekalipun kita membenci situasi seperti ini tetap saja ini tidak akan bisa di berantas sehingga mereka lebih baik tercebur sekalian kedalamnya karena bagaimanapun juga ini adalah kesempatan meskipun masih ada juga orang yang pasti melawan arus dan menolak segala bentuk korupsi di negeri kita ini.
Sangat sulit untuk bisa meminimalisir tindak pidana korupsi dan money politi yang terjadi di negara kita ini, papalagi mengahupskan-nya. Namun jika secara sadar kita mengatahui dan meyakini bahwa itu adalah perbuatan yang salah, maka jangan pernah melakukaknnya. Semua ini harus dimulai dari pribadi masing-masing
Inilah yang menjadi sesuatu yang salah dan harus diperbaiki karena bagaimanapun juga sekalipun yang anda katakan benar tetapi azas kita sebenarnya kuat karena masih berlandaskan kepada agama sebagai patokan tetapi memang kekuasaan yang sangat ingin didapat membuat mereka lupa akan hal itu sehingga menghalalkan segala cara agar tujuan yang mereka inginkan tercapai karena pada akhirnya politik di Indonesia itu seperti hukum rimba dimana yang kuat dari segi sumber daya (uang) dan kekuasaan maka mereka bebas untuk menginjak yang lebih lemah.
Benar atau tidaknya itu kembali kepada pribadi masing-masing, karena memang saya tidak bisa memkasa orang lain untuk sependapat dengan saya dan memaksa orang lain untuk menerima pemikiran saya dan mengakui akan kebenarannya.
Dan yang menjadi landasannya itu bukan hanya agama saja, tetapi budaya, adat istiadat dan budi pekerti luhur juga merupakan landasan yang harus kita pegang dan harus kita terapkan dalam setiap perpolitikan dan demokrasi di negara tercinta ini. Namun keserakahan dan rasa haus akan kekausaan telah membutakannya, sehingga mereka melupakan semuanya. Yang dimana seharusnya agama dijadikan sebagai landasan dalam berpolitik, tetapi pada kenyaatnya sebagian dari mereka berprilaku sebaliknya, mencoba memanfaatkan agama untuk kepentingan dirinya sendiri dan mecoba memanfaatkan agama untuk menyerang lawan politiknya. Dan ini sungguh berbahaya jika menjadi konsumsi publik, apalagi kalau sampai mengahalakan yang haram dan mengaramkan yang halal, ataupun mengkafirkan seseorang dengan sengaja hanya karena tidak memilih calon yang ia pilih.
Masalahnya bukan dari segi nominal tetapi dari segi kebutuhan pada akhirnya. Sekalipun memang hak pilih ditukar dengan 50k itu terkesan sangat murah tetapi kita tahu tingkat perekonomian di negeri kita apalagi untuk daerah yang masih terbelakang dan masih dalam perkembangan nominal itu sudah cukup untuk membungkam mulut sebagian besar orang dan bisa dikendalikan dari segi hak pilih mereka.
Saya tidak mengingkari hal tersebut, karena memang ketika sudah diahapkan dengan sebuah kebutuhan. Sulit untuk seseorang bisa berpikir panjang akan hal yang dilakukannya, karena yang terpenting bagi dirinya adalah tetang bagaimana kebutuhannya bisa terjawab dan terpenuhi, walaupun tidak sepenuhnya.