- Tetap bertahan dengan menggunakan dana yg tersisa dan berharap customer bisa menerima proses penggantian aset yg dilakukan secara berkala
Sebab utama exchange di titik nadir sepertinya karena dana operasional yang terlalu besar dan fee yang didapat gak bisa menutupi. Kalau exchange Indonesia, dengan relatif sedikitnya pengguna bursa kripto dibandingkan pasar yang lain, maka akuisisi pasar adalah hal yang wajib dan tidak boleh berhenti.
Kalau sampai pada posisi dana operasional melebihi atau mepet-mepet dengan profit perusahaan, maka ada beberapa opsi yang bisa dilakukan juga (selain yang sekilas disebut diatas oleh om abhi) agar menaikkan keuntungan sementara:
- Menaikkan fee withdraw baik kripto atau fiat
- Menerapkan fee deposit untuk fiat
- Perampingan staff atau pengurangan kantor operasional agar tidak nambah biaya
Exchange" yang bangkrut sepertinya sulit melakukan hal-hal di atas karena kompetitor diluar udah terlalu kuat. Mereka berhadapan dengan Binance, Coinbase, Bitfinex dst yang tentunya sokongan dana jauh lebih besar dari mid-tier exchange yang keunggulannya ada pada pair yang lebih banyak tapi likuiditas rendah. Sementara di Indonesia, sepertinya ga sekuat itu karena pemain pasar masih belum begitu banyak dan fitur"nya juga masih perlu ada peningkatan.
Misalnya, dari segi UI, exchange L lebih bagus daripada exchange IDX menurut ane, tapi sayangnya si L withdraw dan quick sell/buy feenya bikin kaget. Jadi sebagai user, ane sendiri masih merasa belum ada player yang bener-bener sempurna di Indo. Kalau nanti Binance bisa masuk Indo, dengan dukungan fiat dan layanan wd / depo ekstra cepat, bisa jadi IDX tertekan.
Apakah ini dampak market yg semakin berkurang?
Dalam artian pengguna Bitcoin dan crypto lainnya mulai meninggalkan dunia crypto.
Exchanger Poloniex yg sering saya gunakan, sekarang juga saya lihat fee untuk withdraw juga mengalami kenaikan. Biasa sy wd pakai doge feenya 1 doge, skrg hingga 100 doge.
Selain itu saya lihat beberapa coin di Polo jg pada sepi tradernya.