Hai bung, Selamat Pagii... Apakah anda sudah minum kopi di pagi hari ini..?
Siang gan, ane kalau pagi minum teh rosella, udah ga boleh banyak minum kopi
Pertanyaan saya cukup sederhana. Kalau misalkan pada kondisi dan kulturnya sangat mendukung, lalu kenapa kok yang namanya PKI bisa bubar.? Apakah ini hanya karena tindakan pemborontakan yang dilakukan oleh mereka.? Saya rasa itu hanyalah salah satu faktor mengapa mereka dibubarkan. Dan alasan pastinya karena ideologi komunisme ini hanya menganut sebuah sistem politik satu partai dan tidak ada oposisi, yang dimana hal itu tidak sesuai dengan sistem politik negara kita sebagai salah satu negara yang menganut sebuah sistem demokratis dalam perpolitakannya. Ditambah lagi, bahwa ajaran komunisme ini bersifat atheis (tidak percaya akan adanya tuhan) yang dimana tentunya hal ini juga sangat bertentangan dengan dasar negara kita, yakni pancasila.
PKI = partainya, sedangkan Komunis = ideologinya.
Ketika itu ideologi komunis ini sangat diterima masyarakat*, kemudian bisa menjadi besar, bahkan partainya pun besar. Kalau ga besar, ga mungkin berani melakukan kudeta.
Bahkan pada masa itu muncul istilah
tiga pilar utama Demokrasi Terpimpin, yaitu Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) Jadi menurut
Bung Karno (yang juga tokoh perumus Pancasila) bisa lho mereka berdampingan.
Yang membuat dibubarkan itu karena partainya ngawur, kemudian berhimbas pada pemberantasan partai dan kemudian diberantas juga ideologinya. Misalnya pada waktu itu tidak ada kudeta dsb apakah partai ini akan bertahan sampai sekarang? Sayangnya tidak ada yang bisa jawab kalau berandai-andai seperti ini.
*Nah kenapa kok sangat diterima masyarakat? Karena seksi untuk rakyat yang kala itu miskin dan tidak punya wawasan luas. Siapa yang ga tertarik dengan jargon "kesetaraan" (
equality of outcome), tidak ada si kaya dan si miskin, dsb.
Ya, saya mengetahui itu dan saya tidak menafikan hal tersebut, namun yang saya pahami tentang sistem ekonomi kafitalis itu memiliki dampak negatif yang dapat menibulkan kesenjangan sosial dan individualisme yang tinggi.
Apakah kesenjangan sosial adalah dampak negatif, ataukah konsekuensi dari sumber daya yang terbatas, sedangkan kebutuhan/keinginan manusia yang tak terbatas?
Misalnya kita berandai-andai semua penghasilan sama sehingga tidak ada kesenjangan sosial, yaitu Rp. 6.000.000 per bulan (pendapatan per kapita 2023). Tentu yang menerima yang berpenghasilan lebih rendah dari 6 juta. Kalau ini terjadi Deddy Corbuzier, Raffi Ahmad, @roycilik, dan sultan-sultan lainnya bakal teriak.