Meskipun Bitcoin memiliki limit supply 21M, namun jika menganggap sisa dari supply tersebut sudah ada Blocknya dan hanya tinggal menunggu ditemukan saja, menurutku adalah sebuah persepsi yang salah tentang bagaimana mekanisme PoW pada Bitcoin bekerja. Setiap Block baru selalu terkait dengan Block sebelumnya karena harus memiliki informasi dari hash previous block, sehingga bisa dipastikan untuk setiap Block baru hanya akan muncul setelah dibuat oleh node Mining berdasarkan salah satu variabel, yakni hash previous block. Node mining dianggap menemukan Block pada saat node mining tersebut berhasil membuat sebuah block melalui proses komputasi, dan mendapatkan insentif berupa subsidy block dan fee transaksi karena hasil kerjanya. Jadi tidak benar-benar menemukan block yang sudah ada eksistensinya.
Sekarang jika diasumsikan "block-block baru itu sebenarnya sudah ada, dan hanya menunggu waktu untuk ditemukan", maka yang jadi pertanyaannya : dimanakah block-block itu berada (tersimpan) ? dan bagaimana masing-masing dari block itu mendapatkan informasi "hash previous block" yang belum diketahui ? Sementara sesuai dengan ketentuan protokol Bitcoin, sebuah block baru haruslah mereferensikan satu (hash) Block sebelumnya.
Menurut saya juga rada keliru jika hanya karena dikatakan 'menemukan' block baru lantas diartikan kalau block tersebut sudah ada.
Lagi pula limit supply 21M itu hanya pada Bitcoin baru yang dihasilkan, sementara block pada blockchain akan terus berlanjut karena diperlukan untuk menampung transaksi-transaksi baru sekalipun Bitcoin baru habis di mining.
Dan sebagaimana disebutkan agan z@punk di atas, block berikutnya harus mendapat informasi "hash previous block" yang sesuai, karena kalau tidak, maka block berikutnya dinyatakan invalid, terkait ini bisa dilihat simulasi konsep blockchain pada link berikut:
https://github.com/anders94/blockchain-demo
https://andersbrownworth.com/blockchain/