Inflasi moneter (supply uang bertambah) menyebabkan melemahnya nilai mata uang, ketika pemerintah bagi-bagi uang -> inflasi moneter -> harga barang naik / inflasi harga. Ceteris paribus (apabila konsumsi tetap).
Hanya saja naiknya harga-harga barang ini umumnya terlambat (lagging). Coba cek video kuliah Milton Friedman dan grafik-grafiknya.
Mungkin investor yang merupakan golongan yang "informed" lebih cepat merespon hal ini, coba tengok S&P 500, DJIA, dan emas yang berada pada level tertinggi meskipun tidak seekstrim BTC.
banyak uang baru di sirkulasi. Namun, setiap uang digunakan lebih sedikit dari sebelumnya(Velocity turun). inilah kenapa pas 2008 walaupun Federal Reserve cetak uang banyak(Naik ~100% jumlah uang peredaran), Inflasinya di tahun berikutnya gak gila-gilaan. bahkan 2015 masih sempat deflasi, ane baca2 umumnya lag ke inflasi sekitar 3 tahunan
[source]. Bunga yang menurun (hampir 0%) dan kondisi ekonomi yang cukup buruk pada saat itu menyebabkan para investor menyimpan asetnya dalam bentuk kas. jadinya kebanyakan uang yang baru dicetak gak kemana-mana (investasi/konsumsi)
[Penjelasan lebih lanjut]. ekspektasi ane 2020 ini gak beda jauh sama 2008 untuk kasus ini, karena 2 faktor yang menjadikan setelah tahun 2008 gak inflasi besar2an juga ada saat 2020 ini.
momen terbaik untuk beli saham adalah pas resesi. Saat resesi kebanyakan saham undervalued, walaupun ada resiko kalau perusahaannya bangkrut, bisa diatasi dengan diversifikasi. sudah ada penelitian yang membandingkan antara harga saham dengan Expected Future Value dari Dividen saham terkait. Hasilnya harga saham saat resesi undervalued, Bagi yang tertarik baca :
https://www.nber.org/system/files/working_papers/w2511/w2511.pdf
Bagaimanapun juga investasi atau perdagangan aset kripto semisal Bitcoin memiliki resiko tinggi, meskipun nilai tukarnya saat ini sedang naik, namun tidak menutup kemungkinan bisa turun juga, karena memang harganya yang sangat fluktuatif dan bisa berubah secara signifikan; Bagi sebagian pelaku usaha yang saya amati (yang saya kenal dan pernah berinteraksi dengan mereka) itu mereka lebih memilih investasi (jangka panjang) dalam bentuk barang real semisal membeli tanah di daerah yang masih berpotensi untuk berkembang; dan lagi tidak semua pelaku usaha memahami apa itu Bitcoin atau cryptocurrency lainnya.
Mungkin Dianya gak invest ke saham/crypto gara2 kurang melek teknologi/dianggap terlalu risky/alasan religius. jadi masih mengikuti zaman dulu, kalau invest ke tanah. menurut ane sih investasi tanah bukan hal-hal yang buruk juga, apalagi kalo tempatnya strategis. Tanah mungkin satu-satunya metode investasi yang bisa dimanfaatkan dan nilainya masih terapresisasi. Tanah bisa dibuat rumah anak-anaknya atau ekspansi bisnis dia. Coba saham? mana bisa? Tanah juga bisa disewakan dan nilainya masih terapresiasi. jadi hasil investasinya ada 2 sumber, Sewa+Apresiasi. mungkin juga karena faktor umur teman anda jadinya ada kecenderungan untuk menghindari risky investment. BTW kalo harga naik turun semua aset juga bisa, Real estate bubble sudah pernah terjadi lho
.