Pages:
Author

Topic: Politik Saling Serang/Politik Indentitas (Read 1200 times)

hero member
Activity: 952
Merit: 779
January 18, 2024, 10:11:37 AM
#71
Ane denger terakhir di debat capres kemaren, banyak pengamat mengatakan kalau kedua kubu lawan (ganjar dan anis) menyerang secara personal capres prabowo. Ane jadi bingung, karena ketika ane denger dan lihat keseluruhan debat di youtube, tidak ada sekali pun mereka berdua menyerang personal atau diri prabowo baik itu fisik maupun hal-hal di luar konteks, semua dalahm hal pemerintahan dan program. Emang kalau nyerang dia sebagai menteri pertahanan itu merupakan personal atau branding diri prabowo?, Kalau iya tentu pola pikir mereka itu sudah salah, dan tidak bisa membedakan mana yang personal dan mana yang publik.

Saya juga melihat debat capres tersebut dan sebenarnya memang ada momen yang mana sebenarnya ada suatu permasalahan yang sebenarnya tidak boleh dibicarakan secara terbuka diumum. Apalagi tentang pertahanan sebuah negara. karena yang menyaksikan debat tersebut bukan hanya orang indonesia tapi pihak luar juga ada. Sehingga perihal pertahanan sebenarnya ada beberapa hal yang tidak boleh diungkapkan. Hal tersebut untuk tetap menyembunyikan titik lemah yang ada pada pertahanan NKRI itu sendiri supaya pihak luar tidak tahu.

Dan sebenarnya saya lebih suka debat yang mengedepankan pertanyataan terkait program-program untuk perbaikan dimasa depan. Saya masih ingat debat Capres di periode Jokowi dan Prabowo. saat itu debat berlangsung dengan sangat indah. Kedua belah pihak beradu argumen yang tidak berunsur saling menjatuhkan. Tapi pada debat kemarin jujur saja saya bahkan tidak begitu suka. Tapi mau dilewatkan sayang juga soalnya bagaimanapun saya melihat debat tersebur untuk melihat karakteristik dari calon presiden yang akan saya pilih. Sehingga selain kepintaran calon presiden, saya juga mempertimbangkan sikap dan etika yang dimiliki seorang calon presiden di debat tersebut. Dan dari debat tersebut saya mulai melihat kekurangan kelebihan dari semua calon. Dan yah saya menghargai semuanya. Karena setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Walaupun kita tidak tahu isi hati para calon. Tapi dari apa yang mereka sampaikan sudah cukup untuk mengungkapkan cerminan dari hati mereka masing-masing.

Kalau soal program semua orang juga bisa ngarang. Tapi yang sulit adalah soal amanah atau tidaknya si calon pemimpin tersebut.
full member
Activity: 1130
Merit: 133
January 17, 2024, 10:36:49 AM
#70
Ane denger terakhir di debat capres kemaren, banyak pengamat mengatakan kalau kedua kubu lawan (ganjar dan anis) menyerang secara personal capres prabowo. Ane jadi bingung, karena ketika ane denger dan lihat keseluruhan debat di youtube, tidak ada sekali pun mereka berdua menyerang personal atau diri prabowo baik itu fisik maupun hal-hal di luar konteks, semua dalahm hal pemerintahan dan program. Emang kalau nyerang dia sebagai menteri pertahanan itu merupakan personal atau branding diri prabowo?, Kalau iya tentu pola pikir mereka itu sudah salah, dan tidak bisa membedakan mana yang personal dan mana yang publik.

Di beberapa sesi memang ada indikasi kubu No 1 dan 3 melakukan manuver untuk menyerang Prabowo karena isu yang diangkat mengenai pertahanan sehingga hal ini dijadikan modal oleh Anis atau Ganjar dalam membuat lawan debatnya meresa terpojok. Itulah  masalahnya yang mana Ganjar dan Anis masih menempatkan Prabowo sebagai menteri pertahanan sedangkan ini kan sudah beda judul. Prabowo sebagai calon presiden yang idealnya menyerang Prabowo pada kinerjanya di pertahanan akan tidak etis sebab sudah beda tupoksinya. Kalaupun Anis atau Ganjar mau menyudutkan Prabowo maka konteksnya fokus pada persoalan  jika menjadi presiden. Tapi saya hanya mengomentari debat sesi ke 3 yang memang banyak pihak tidak setuju. Terlepas dari itu semua saya bukan timses paslon manapun, sebagai masarakat biasa yang mengutarakan pendapat. Bahwa menyerang secara personal dalam debat tingkat calon presiden sangat tidak etis baik itu Prabowo menyerang Anis atau Ganjar dan sebaliknya tetap tidak dibenarkan. Kita pun kalau sedang berdebat dengan teman fokus pada konteks dan ketika ada yang menyerang personal pasti merasa terganggu dan akan marah karena tindakan lawan bicara sudah keluar dari jalur pembahasan.

Saya pikir debat itu merupakan bagian daripada seni politik untuk menunjukkan kapasitasnya dan mencari kelemahan lawan untuk bisa membuat masyarakat menilai ketiga pasangan calon itu. Dalam debat yang kemarin itu memang dapat disimpulkan Prabowo kalah telak dengan Pertanyaan-pertanyaan dari Anis dan Ganjar. Dua pasangan itu memang betul-betul memaksimalkan  karena berkenaan dengan topik pertahanan yang notabene Prabowo yang sedang menjabat sebagai Menhan.

Saya sama sekali tak menyangkal kedua paslon itu menyerang Prabowo secara pribadi akan tetapi mereka dalam berdebat selalu menunjukkan data yang cukup valid. Seharusnya Prabowo bisa menyikapinya dengan bijak menyangkut dengan pertahanan dan sama sekali tak harus menunjukkan sikap emosinya, karena seorang negarawan harus benar-benar mampu mengelola emosi dan juga sikapnya.

Jadi terlepas dari pada debat yang telah berlangsung, maka sebaiknya KPU harus bisa melakukan terobosan baru untuk menjadikan ajang debat itu lebih baik lagi seperti tidak boleh menghadirkan para pendukung secara langsung ke arena debat karena mungkin hal itu akan sangat mempengaruhi situasi yang lebih buruk. Saya sangat berharap di acara debat selanjutnya ketiga capres itu harus betul-betul mampu menunjukkan sifat kenegarawannya dan bisa membuat debat itu sebagai pendidikan politik bagi rakyat Indonesia.
hero member
Activity: 700
Merit: 565
January 16, 2024, 05:44:12 PM
#69
Ane denger terakhir di debat capres kemaren, banyak pengamat mengatakan kalau kedua kubu lawan (ganjar dan anis) menyerang secara personal capres prabowo. Ane jadi bingung, karena ketika ane denger dan lihat keseluruhan debat di youtube, tidak ada sekali pun mereka berdua menyerang personal atau diri prabowo baik itu fisik maupun hal-hal di luar konteks, semua dalahm hal pemerintahan dan program. Emang kalau nyerang dia sebagai menteri pertahanan itu merupakan personal atau branding diri prabowo?, Kalau iya tentu pola pikir mereka itu sudah salah, dan tidak bisa membedakan mana yang personal dan mana yang publik.


misal ya pertanyaan mengenai lahan pribadi ratusan ribu hektar, yang di peropeleh secara sah dan legal sebelum jadi mentri, melalui penguasaan hak usaha melalui perusahaan nya apa ga nyerang personal. dan malah yang klarifikasi pendukung nya https://wartakota.tribunnews.com/2024/01/10/jk-akui-sarankan-prabowo-beli-ratusan-ribu-hektare-lahan-agar-tidak-dikuasai-asing
terus menilai kinerja seseorang apa ga personal. padahal yang berhak menilai mah rakyat sebagai penguasa mandat melalui pemilu bukan lawan politik nya
hero member
Activity: 1974
Merit: 586
Free Crypto Faucet in Trustdice
January 16, 2024, 07:01:12 AM
#68
Ane denger terakhir di debat capres kemaren, banyak pengamat mengatakan kalau kedua kubu lawan (ganjar dan anis) menyerang secara personal capres prabowo. Ane jadi bingung, karena ketika ane denger dan lihat keseluruhan debat di youtube, tidak ada sekali pun mereka berdua menyerang personal atau diri prabowo baik itu fisik maupun hal-hal di luar konteks, semua dalahm hal pemerintahan dan program. Emang kalau nyerang dia sebagai menteri pertahanan itu merupakan personal atau branding diri prabowo?, Kalau iya tentu pola pikir mereka itu sudah salah, dan tidak bisa membedakan mana yang personal dan mana yang publik.

Di beberapa sesi memang ada indikasi kubu No 1 dan 3 melakukan manuver untuk menyerang Prabowo karena isu yang diangkat mengenai pertahanan sehingga hal ini dijadikan modal oleh Anis atau Ganjar dalam membuat lawan debatnya meresa terpojok. Itulah  masalahnya yang mana Ganjar dan Anis masih menempatkan Prabowo sebagai menteri pertahanan sedangkan ini kan sudah beda judul. Prabowo sebagai calon presiden yang idealnya menyerang Prabowo pada kinerjanya di pertahanan akan tidak etis sebab sudah beda tupoksinya. Kalaupun Anis atau Ganjar mau menyudutkan Prabowo maka konteksnya fokus pada persoalan  jika menjadi presiden. Tapi saya hanya mengomentari debat sesi ke 3 yang memang banyak pihak tidak setuju. Terlepas dari itu semua saya bukan timses paslon manapun, sebagai masarakat biasa yang mengutarakan pendapat. Bahwa menyerang secara personal dalam debat tingkat calon presiden sangat tidak etis baik itu Prabowo menyerang Anis atau Ganjar dan sebaliknya tetap tidak dibenarkan. Kita pun kalau sedang berdebat dengan teman fokus pada konteks dan ketika ada yang menyerang personal pasti merasa terganggu dan akan marah karena tindakan lawan bicara sudah keluar dari jalur pembahasan.
legendary
Activity: 1526
Merit: 1032
Up to 300% + 200 FS deposit bonuses
January 15, 2024, 08:02:40 PM
#67
Ane denger terakhir di debat capres kemaren, banyak pengamat mengatakan kalau kedua kubu lawan (ganjar dan anis) menyerang secara personal capres prabowo. Ane jadi bingung, karena ketika ane denger dan lihat keseluruhan debat di youtube, tidak ada sekali pun mereka berdua menyerang personal atau diri prabowo baik itu fisik maupun hal-hal di luar konteks, semua dalahm hal pemerintahan dan program. Emang kalau nyerang dia sebagai menteri pertahanan itu merupakan personal atau branding diri prabowo?, Kalau iya tentu pola pikir mereka itu sudah salah, dan tidak bisa membedakan mana yang personal dan mana yang publik.
full member
Activity: 217
Merit: 115
January 15, 2024, 07:25:12 PM
#66
kalo menurut saya agama yang dibawa ke ranah pokitik itu kurang sopan ya..
ini bukan menghujat sih tapi mungkin kita semua juga sadar apa yang di katakan itu gak bener dilapangan gak kayak gitu.
sebagai pemimpin apalagi yang sudah pernah menjabat bisa dong kasih ini ini dan prestasi yang sudah saya lakukan,,selebihnya biarkan rakyat yang menilai.
dan kita juga gak bodoh bodoh amat kan hahahahaha.
salam politik damai para sahabat
Sebenarnya dalam hal ini saya sedikit bertentangan dengan apa yang anda katakan karena pada akhirnya ini bukan tentang norma yang memang harus melihat sopan atau tidak tetapi agama memang harus ada di ranah politik. tetapi tentunya kita tahu tujuannya bukan untuk menjadikan agama sebagai senjata tetapi agama dijadikan sebagai pedoman agar politik lebih baik.
Yang salah dalam hal ini adalah mereka yang menjadikan agama sebagai sarana untuk menyerang lawan politiknya sehingga penempatan agama yang harusnya menjadi pedoman itu sedikit dirubah demi kepentingan mereka yang menjabat untuk saling menjatuhkan antara satu sama lain. Inilah yang harus diperbaiki karena menghilangkan agama sebagai pondasi awal dalam perpolitikan itu bisa saja membuat politik menjadi lebih kacau karena di negara kita agama masih dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan berbeda dengan politik di negara barat karena pada akhirnya ketika agama ada dan dijadikan sebagai pondasi awal saja seperti ketika awal menjabat dijadikan sebagai sumpah itu masih banyak orang yang melanggar hal itu apalagi jika memang tidak ada agama yang membentengi politik di negara kita. cara pandang dari mereka yang memiliki kepentingan yang salah tentang agama membuat ini seolah-olah kita tidak membutuhkan agama dalam politik padahal itu adalah hal yang wajib ada menurut saya.

Dan belakangan ini beredar di media sosial akan sebuah video yang menunjukkan beberpa ibu-ibu mengamuk karena dirinya dan beberpa jemaah lainnya tidak bisa menunaikan shalat dzuhur dan juga shalat jum'at di majid Al-Akbar, Surabaya. Dan disinyalir, mereka tidak bisa masuk masjid itu, karena masjid tersebut digunakan oleh salah satu capres sebagai tempat untuk berkampanye. Yang dimana tentunya ini adalah hal yang tidak diperbolehkan, selain bertentangan dengan aturan yang ada. Akan tetapi aktivitas tersebut juga dapat mengganggu orang-orang yang beribah didalamnya.

Sumber;Anies ‘Salat Jumat’ di Masjid di Surabaya, Video Jamaah Terganggu Beredar


Dan kembali kepada pernyataan anda, saya setuju terkait apa yang anda sampaikan, karena bagaimanapun yang namanya agama dan politik itu merupakan satu kesatuan dan tidak bisa dipisahkan.  Dan jika ada yang menganggap bahwa kita sebagai umat islam tidak usah ikut serta dalam politik praktis, maka bisa diakatakan bahwa itu salah besar, karena kalau misalkan didalam susunan legislatif dan eksekutif tidak ada perwakilan dari sesama umat islam, maka siapa yang akan menyuarakan akan aspirasi umat islam. begitu pula dengan umat non islam, mereka juga harus ikut serta dalam kontestasi politik, agar mereka juga sebagai minoritas suaranya bisa tetap terdengar.

"Kita boleh berpolitik dengan menggunakan ideologinya masing-masing, tetapi ingat jangan hilangkan Pacasila dan UUD 1945 dalam diri kita, agar kita senantiasa bisa menghormati satu sama lain meskipun berbeda agama dan agar kita senantiasa menjaga keutuhan NKRI" Dan Jadikanlah agama sebagai landasan untuk berfikir, bergerak dan bertindak dalam berpolitik, tetapi jangan jadikan agama untuk menyerang satu sama lain, apalagi menyerang seseorang  yang  berbeda keyakinan dan jangan jadikan tempat ibadah sebagai tempat untuk berkampanye.
sr. member
Activity: 2016
Merit: 456
January 15, 2024, 04:41:28 PM
#65
kalo menurut saya agama yang dibawa ke ranah pokitik itu kurang sopan ya..
ini bukan menghujat sih tapi mungkin kita semua juga sadar apa yang di katakan itu gak bener dilapangan gak kayak gitu.
sebagai pemimpin apalagi yang sudah pernah menjabat bisa dong kasih ini ini dan prestasi yang sudah saya lakukan,,selebihnya biarkan rakyat yang menilai.
dan kita juga gak bodoh bodoh amat kan hahahahaha.
salam politik damai para sahabat
Sebenarnya dalam hal ini saya sedikit bertentangan dengan apa yang anda katakan karena pada akhirnya ini bukan tentang norma yang memang harus melihat sopan atau tidak tetapi agama memang harus ada di ranah politik. tetapi tentunya kita tahu tujuannya bukan untuk menjadikan agama sebagai senjata tetapi agama dijadikan sebagai pedoman agar politik lebih baik.
Yang salah dalam hal ini adalah mereka yang menjadikan agama sebagai sarana untuk menyerang lawan politiknya sehingga penempatan agama yang harusnya menjadi pedoman itu sedikit dirubah demi kepentingan mereka yang menjabat untuk saling menjatuhkan antara satu sama lain. Inilah yang harus diperbaiki karena menghilangkan agama sebagai pondasi awal dalam perpolitikan itu bisa saja membuat politik menjadi lebih kacau karena di negara kita agama masih dianggap sebagai sesuatu yang sakral dan berbeda dengan politik di negara barat karena pada akhirnya ketika agama ada dan dijadikan sebagai pondasi awal saja seperti ketika awal menjabat dijadikan sebagai sumpah itu masih banyak orang yang melanggar hal itu apalagi jika memang tidak ada agama yang membentengi politik di negara kita. cara pandang dari mereka yang memiliki kepentingan yang salah tentang agama membuat ini seolah-olah kita tidak membutuhkan agama dalam politik padahal itu adalah hal yang wajib ada menurut saya.
full member
Activity: 1190
Merit: 212
★Bitvest.io★ Play Plinko or Invest!
January 15, 2024, 11:00:55 AM
#64
politik saling serang itu ga bagus apa lagi kalau drama hanya di panggung padahal di balik panggung pada ha ha hi hi hu hu nyantai saja bahkan setelah jadi bagi2 kekuasaan.
karena politik saling serang berdampak terjadi polarisasi kubu2an yang berefek kehidupan di masyarakat saling bermusuhan,
Oleh karena itu banyak pengamat berkata kalau atmosfer politik di indonesia sekarang ini tidak bagus. Tidak ada yang benar-benar jadi lawan dan kawan, semua politisi bermain pragmatis untuk kepentingan sendiri dan golongan. Maka tidak heran yang jadi korban sekarang ini kebanyakan rakyat. Politisi sekarang pada sibuk mengemukan diri mereka sendiri di atas penderitaan rakyat. Janji-janji politik yang SBY dan Jokowi dulu kampanyekan tidak ada yang terealisasi hingga sekarang. Mereka cuma janji manis supaya bisa terpilih.

Dan sekarang gaya kampanye (yang diterapkan presiden terdahulu) pun tidak berubah, masih memberikan janji manis guna mensejahterakan rakyat, padahal kenyataannya sampai sekarang tidak ada yang sejahtera, hanya golongan (segelintir) mereka saja yang menikmati manisnya hidup di indonesia.

Dalam politik memang tidak ada lawan yang abadi dan tidak ada musuh yang abadi mereka semua hanya memikirkan diri mereka sendiri dan orang terdekat mereka tentu dalam hal ini masyarakat sangat dirugikan oleh mereka yang mengkampanyekan diri mereka dengan menampakkan kebaikan yang hanya untuk bisa mendapatkan kekuasaan dan tidak pernah memikirkan bagaimana nasib rakyat mereka.

Kampanye saat ini memang tidak jauh berbeda dengan yang sebelumnya, para politisi terus menjual janji manis yang mereka berikan pada rakyat dan ketika telah mendapatkan apa yang mereka inginkan tentu akan mengabaikan masyarakat yang telah memilih mereka dan hanya memikirkan orang terdekat mereka.
hero member
Activity: 868
Merit: 737
January 09, 2024, 09:20:03 PM
#63
politik saling serang itu ga bagus apa lagi kalau drama hanya di panggung padahal di balik panggung pada ha ha hi hi hu hu nyantai saja bahkan setelah jadi bagi2 kekuasaan.
karena politik saling serang berdampak terjadi polarisasi kubu2an yang berefek kehidupan di masyarakat saling bermusuhan,
Oleh karena itu banyak pengamat berkata kalau atmosfer politik di indonesia sekarang ini tidak bagus. Tidak ada yang benar-benar jadi lawan dan kawan, semua politisi bermain pragmatis untuk kepentingan sendiri dan golongan. Maka tidak heran yang jadi korban sekarang ini kebanyakan rakyat. Politisi sekarang pada sibuk mengemukan diri mereka sendiri di atas penderitaan rakyat. Janji-janji politik yang SBY dan Jokowi dulu kampanyekan tidak ada yang terealisasi hingga sekarang. Mereka cuma janji manis supaya bisa terpilih.

Dan sekarang gaya kampanye (yang diterapkan presiden terdahulu) pun tidak berubah, masih memberikan janji manis guna mensejahterakan rakyat, padahal kenyataannya sampai sekarang tidak ada yang sejahtera, hanya golongan (segelintir) mereka saja yang menikmati manisnya hidup di indonesia.
hero member
Activity: 1834
Merit: 720
January 09, 2024, 03:28:19 PM
#62
~
kalo menurut saya agama yang dibawa ke ranah pokitik itu kurang sopan ya..
ini bukan menghujat sih tapi mungkin kita semua juga sadar apa yang di katakan itu gak bener dilapangan gak kayak gitu.
sebagai pemimpin apalagi yang sudah pernah menjabat bisa dong kasih ini ini dan prestasi yang sudah saya lakukan,,selebihnya biarkan rakyat yang menilai.
dan kita juga gak bodoh bodoh amat kan hahahahaha.
salam politik damai para sahabat

Indonesia ini adalah negara yang beragam, walaupun memang bahwa pemeluk agama Islamlah yang menjadi mayoritasnya. Namun tetap saja yang namanya politik identitas ini kurang elok, jika dijadikan sebagai alat untuk bisa memenangkan kontestasi politik. Didalam negara yang beragam ini, yang masyarakatnya memiliki berbagai macam keyakinan alangkah baiknya jika seorang politisi itu, lebih mengedepankan politik kebangsangsaan, yang merangkul semua kalangan, baik itu mayoritas maupun minoritas.

Kita perlu merangkul minoritas dan menghargai mereka yang berbeda keyakinan dengan kita. Dengan tujuan dan harapan agar umat islam yang menjadi minoritas di luaran negara sana, juga orang indonesia yang bekerja diluar negri sana, mereka juga bisa dirangkul dan merasa dihargai oleh pemerintah dan masyarakat yang memang mayoritasnya non muslim. Ini cukup sederhana, tetapi efeknya sangat luar biasa.

Dan memang kita sebagai masyarakat biasa juga, harus sedikit melek mengenai politik, karena yang namanya keputusan dan kebijakan politik, itu dapat mempengaruhi kehidupan kita sebagai masyarakat.
newbie
Activity: 6
Merit: 0
January 09, 2024, 09:35:25 AM
#61
Anies Bawedan misalnya, pada Pilgub Jakarta saja kita tahu kegaduhan yang membuat masyarakat terpecah belah, hal ini akan sangat mungkin kembali terjadi jika Anies menjadi salah satu calon Pilpres 2024.
Karena masyarakat Indonesia ini majemuk yang diisi dari beragaman budaya dan agama, para calon presiden tentu akan membawa isu ini untuk menarik minat pemilih, namun kita sudah melihat yang terjadi bukan?, walau gaduh masyarakat tidak terpecah, isu agama bukan strategi yang jitu jika mau dipakai untuk 2024, kalau masih pakai itu, niscaya kalah telak.

Artinya bisa dikatakan bahwa yang menjadi elit elit politik saat ini memang membawa kepentingan Partai bukan kepentingan masyarakat, itu yang saya tangkap dari apa yang terjadi pada Rapat Komisi III DPR itu.
Pada dasarnya, AD/ART partai itu membawa kepentingan masyarakat, pada pemilu 5 tahunan, partai menjual produknya ke masyarakat dengan ideologi dan perubahan bangsa, Jika masyarakat tertarik, mereka bisa memilih partai tersebut supaya suaranya itu diwakilkan calegnya di DPR untuk menyambung suara mereka. Jadi, kewajiban partai itu mengontrol anggota mereka di DPR supaya sejalan dengan jualan mereka tempo hari, realnya, kepentingan partai adalah kepentingan masyarakat, karena suara mereka diwakilkan oleh partai.

Kalau elite DPR tidak membawa kepentingan partai, itu salah. karena masyarakat menitipkan suaranya ke partai, yang diwakilkan oleh anggota terpilih di DPR.

dalam kondisi yang sama bahkan yang saya lihat untuk sekarang selain hanya dari kekuatan uang didalamnya orang-orang berpangkat dan memiliki wewenang tidak akan jauh dari nepotisme atau mungkin lebih sopannya adalah turunan dari orang tua/keluarga.
AHY, Puan, Prananda, Gibran, Kaesang, dll, kalau orang tuanya bukan siapa-siapa sudah pasti jadi kroco, tidak lebih baek dari kita nulis di sini,

Politik identitas jika di lihat sisi positifnya adalah, tim lawan mengkorek runtutan perjalanan hidup lawannya dan mencari data yang lengkap sebagai strategi menurunkan elektabilitasnya.
Politik identitas itu bukan politik yang nyari data atau identitas lawan loh ya, tapi subjek politik yang berdasarkan ras, agama dan suku. Misal kayak Pilkada jakarta Anis menggunakan Agama untuk menjegal lawannya.

[1]. https://fisipol.uma.ac.id/apa-itu-politik-identitas/
kalo menurut saya agama yang dibawa ke ranah pokitik itu kurang sopan ya..
ini bukan menghujat sih tapi mungkin kita semua juga sadar apa yang di katakan itu gak bener dilapangan gak kayak gitu.
sebagai pemimpin apalagi yang sudah pernah menjabat bisa dong kasih ini ini dan prestasi yang sudah saya lakukan,,selebihnya biarkan rakyat yang menilai.
dan kita juga gak bodoh bodoh amat kan hahahahaha.
salam politik damai para sahabat
full member
Activity: 807
Merit: 150
January 09, 2024, 08:50:33 AM
#60
politik saling serang itu ga bagus apa lagi kalau drama hanya di panggung padahal di balik panggung pada ha ha hi hi hu hu nyantai saja bahkan setelah jadi bagi2 kekuasaan.
karena politik saling serang berdampak terjadi polarisasi kubu2an yang berefek kehidupan di masyarakat saling bermusuhan,
Politik saling serang memang akan memberikan dampak yang tidak bagus bagi masyarakat karena mereka tidak memberikan contoh yang baik pada warganya dengan menyerang kelemahan lawan, akan tetapi memang sudah kebiasaan yang dilakukan oleh lawan politik untuk menjatuhkan lawannya dengan mengungkit masalah yang dimiliki oleh pasangan calon yang lain dan ketika mereka telah menjatuhkan lawan dengan apa yang mereka ketahui tentu akan membuat mereka bisa mendapatkan apa yang di inginkannya.

Memang akan terjadi permusuhan antara masyarakat dengan melakukan hal yang demikian, namun ketika mereka telah mendapatkan apa yang mereka inginkan tentu mereka akan saling membutuhkan dan dalam hal ini yang sangat dirugikan yaitu masyarakat yang telah bermusuhan dengan ulah para pasangan calon yang mengikuti pesta demokrasi.
hero member
Activity: 770
Merit: 505
Eloncoin.org - Mars, here we come!
January 08, 2024, 05:10:16 PM
#59
politik saling serang itu ga bagus apa lagi kalau drama hanya di panggung padahal di balik panggung pada ha ha hi hi hu hu nyantai saja bahkan setelah jadi bagi2 kekuasaan.
karena politik saling serang berdampak terjadi polarisasi kubu2an yang berefek kehidupan di masyarakat saling bermusuhan,
sr. member
Activity: 2520
Merit: 366
Catalog Websites
November 11, 2023, 02:51:22 PM
#58
Tapi menurut ane udah gak aneh lagi sih tentang politik saling serang dan politik identitas,kalau gak saring serang ya gak rame kan😁soalnya itu udah kaya turun temurun sih adat berpolitik di Indonesia kita ini,soal identitas juga ya namanya juga politik ya yang pastinya itu cuman identitas dan akan dijadikan prioritas,segala cara dihalalkan dan di tempuh biar masing-masing kubu unggul,itu sih menurut ane.
Saling serang sih boleh-boleh saja asalkan substansial seperti misalnya membangun negatif campaign bukan black campaign. jika menyerang paslon lain dengan cara black campaign akan terjadi perpecahan. Rakyat jangan terbawa dengan cara kotor yang dibangun oleh para elit dalam menyerang paslon yang didukungnya ingatlah peristiwa pilpres 2019 dimana begitu keras pertarungan bahkan dalam satu keluarga bisa ribut satu sama lain tapi para calon yang didukung pada akhirnya bersatu juga.

benar gan, tahun politik di 2019 saya pikir sangat parah bahkan di keluarga saya sendiri sampai bermusuhan beberapa saat hanya karena beda pandangan politik dan juga pilihan capres, nah kita akan segera memasuki pemilihan lagi di tahun depan, namun dari yang saya perhatikan tampaknya sudah banyak orang yang sadar bahwa politik itu tidak pantas di bawa baper, dan saya yakin peilihan presiden di tahun depan hanya akan berlangsung 1 putaran saja, yah semoga saja apa yang saya prediksi ini bisa berjalan dengan benar supaya tidak ada lagi saudara sedarah dan juga teman seperjuangan yang pecah karena beda pandangan politik dan juga pilihan capres.
member
Activity: 728
Merit: 48
November 11, 2023, 01:10:10 PM
#57
Tapi menurut ane udah gak aneh lagi sih tentang politik saling serang dan politik identitas,kalau gak saring serang ya gak rame kan😁soalnya itu udah kaya turun temurun sih adat berpolitik di Indonesia kita ini,soal identitas juga ya namanya juga politik ya yang pastinya itu cuman identitas dan akan dijadikan prioritas,segala cara dihalalkan dan di tempuh biar masing-masing kubu unggul,itu sih menurut ane.
Saling serang sih boleh-boleh saja asalkan substansial seperti misalnya membangun negatif campaign bukan black campaign. jika menyerang paslon lain dengan cara black campaign akan terjadi perpecahan. Rakyat jangan terbawa dengan cara kotor yang dibangun oleh para elit dalam menyerang paslon yang didukungnya ingatlah peristiwa pilpres 2019 dimana begitu keras pertarungan bahkan dalam satu keluarga bisa ribut satu sama lain tapi para calon yang didukung pada akhirnya bersatu juga.
member
Activity: 250
Merit: 20
November 11, 2023, 07:20:35 AM
#56
Politik saling serang atau politik identitas dapat merugikan tatanan politik. Sebaliknya, pendekatan yang lebih konstruktif, seperti dialog terbuka, fokus pada isu-isu substansial, dan penyelesaian masalah, dapat memperkuat demokrasi. Penting untuk menghindari retorika yang memperdalam perpecahan dan mempromosikan kerjasama lintas spektrum politik, sehingga masyarakat dapat mencapai kesepahaman yang lebih kokoh.

Tapi menurut ane udah gak aneh lagi sih tentang politik saling serang dan politik identitas,kalau gak saring serang ya gak rame kan😁soalnya itu udah kaya turun temurun sih adat berpolitik di Indonesia kita ini,soal identitas juga ya namanya juga politik ya yang pastinya itu cuman identitas dan akan dijadikan prioritas,segala cara dihalalkan dan di tempuh biar masing-masing kubu unggul,itu sih menurut ane.
hero member
Activity: 2856
Merit: 644
https://duelbits.com/
October 27, 2023, 02:57:37 PM
#55
Untuk politik identitas sepertinya ada hal yang menarik yang perlu di bahas sekarang Cheesy
Bukan berarti saya tidak menyukai calon dan ingin menyerang para calon tetapi memang sekarang sepertinya agama masih menjadi tolok ukur sebagai salah satu penguat suara bagi para calon presiden sekarang.
Ketika melihat beberapa pemberitaan yang ramai saat ini kita sepertinya paham langkah yang dilakukan para calon karena dari semua calon saat ini memiliki cara tersendiri dalam menggaet agama sebagai elemen penting dalam meraih suara seperti ada yang selalu bersinergi dengan para habaib, ada lagi yang memang selangkah lebih cepat dekat dengan NU karena wakil nya berasal dari golongan yang sama dan satu calon lagi yang sedang ramai sekarang dimana beliau muncul sebagai dalam azan di salah satu stasiun tv Cheesy
Sekalipun memang ini juga bukan menjadi masalah yang besar tetapi tampaknya hal seperti sudah terlihat syarat dengan politik identitas meskipun itu tidak diakui seperti itu tetapi tetap saja untuk sekarang ini sangat terlihat nyata bahwa memang faktanya politik identitas itu masih sangat ada dan pengaruhnya sangat besar di negara kita.
sr. member
Activity: 434
Merit: 272
October 16, 2023, 11:11:45 AM
#54
Menyinggung soal buzzer mungkin ga si kalo semua kegaduhan ini diciptakan oleh buzzer sampai ada istilah buzzerRp.
Mendekati masa Pemilu yang tinggal hitungan bulan biasa nya jasa buzzer banyak digunakan di media sosial untuk kepentingan kampanye.
Secara visual mudah ngecheck nya, biasa nya banyak komentar nya cenderung template,  fokus terhadap tagar/isu tertentu, hit and run, dan akun kebanyakan kosong.
Kadang 1 orang bisa mengoperasikan puluhan akun.
Aktivitas buzzer yang sukses biasa nya akan menarik massa organik (orang beneran) diatas 50%.

Ada 3 jenis bentuk kampanye di media sosial. Pertama positive campaign, orang punya 1 kebaikan dan 9 keburukan, 1 kebaikan itu ditiup terus agar 9 keburukan tertutupi.

Kedua negative campaign, kebalikan dari diatas. Orang punya 1 keburukan dan 9 kebaikan, yang 1 keburukan akan digoreng terus hingga 9 kebaikan tadi ketutup.

Yang terakhir, black campaign. Biasanya ini cenderung fitnah atau rekayasa. Metodenya editing foto, editing/pemotongan teks, hingga menempatkan sesuatu tidak sesuai konteks.

Menurut hemat saya kita harus bijak dalam penggunaan media sosial biar ga kebawa arus buzzer.

Bisa dikatakan Buzzer sebagai perusak demokrasi, karena Buzzer sekarang fungsinya bukan untuk mengkonter bosnya, tapi malah menyerang dan memecah belah bangsa. Selama orang punya kepentingan buzzer akan terus ada, sekarang tinggal kitanya yang pinter-pinter memfilter sebuah informasi fitnah atau fakta.

Tapi kalau di tarik lebih jauh lagi bukan buzzer yang jadi masalah tapi hancurnya sistem pendidikan di Indonesia. Kecerdasan orang tidak berbanding lurus dengan kemajuan teknologi. Kemampuan orang-orang yang rentan terhadap buzzer dan hoakslah yang mencemaskan. Gampang sekali kemakan sama pernyataan atau isu yang di bawakan oleh para Buzzer.
sr. member
Activity: 1148
Merit: 409
Duelbits
October 16, 2023, 10:15:15 AM
#53
Menyinggung soal buzzer mungkin ga si kalo semua kegaduhan ini diciptakan oleh buzzer sampai ada istilah buzzerRp.
Mendekati masa Pemilu yang tinggal hitungan bulan biasa nya jasa buzzer banyak digunakan di media sosial untuk kepentingan kampanye.
Secara visual mudah ngecheck nya, biasa nya banyak komentar nya cenderung template,  fokus terhadap tagar/isu tertentu, hit and run, dan akun kebanyakan kosong.
Kadang 1 orang bisa mengoperasikan puluhan akun.
Aktivitas buzzer yang sukses biasa nya akan menarik massa organik (orang beneran) diatas 50%.

Ada 3 jenis bentuk kampanye di media sosial. Pertama positive campaign, orang punya 1 kebaikan dan 9 keburukan, 1 kebaikan itu ditiup terus agar 9 keburukan tertutupi.

Kedua negative campaign, kebalikan dari diatas. Orang punya 1 keburukan dan 9 kebaikan, yang 1 keburukan akan digoreng terus hingga 9 kebaikan tadi ketutup.

Yang terakhir, black campaign. Biasanya ini cenderung fitnah atau rekayasa. Metodenya editing foto, editing/pemotongan teks, hingga menempatkan sesuatu tidak sesuai konteks.

Menurut hemat saya kita harus bijak dalam penggunaan media sosial biar ga kebawa arus buzzer.
Menurut saya pikir sebagian kegaduhan memang di ciptakan oleh mereka, ya para Buzzer yang mendapatkan bayaran untuk memframing isu tertentu sesuai pesanan. Memang benar secara keseluruhan saya setuju dengan gambaran tersebut, angka yang mencapai 50%. Sebab pada dasarnya apabila angka tersebut di rincikan, akan masuk di dalamnya berbagai kalangan orang dan dari berbagai kelas sosial yang terbawa arus informasi, tanpa peduli tentang validasi atau keabsahan informasi (malas untuk mencari sumber ke aslian).

Benar kebijaksaan dalam menerima dan meneruskan berbagai informasi memang sangat di perlukan, supaya terhindar dari kesalahpahaman. Dalam sudut pandang saya, pengguna media sosial yang paling rentan adalah orang tua 45 ke atas, sebab sudah gagap dengan teknologi.


Jika kita berangkat dari pengalaman kemarin dalam pemilu 2019, memang sungguh luar biasa serangan yang dilakukan oleh buzzer melalui berita hoaxs yang mereka buat dalam sosial media. Dimana pada tahun tersebut penduduk indonesia mengalami peningkatan dalam penggunaan media sosial dan sebagian besar adalah pengguna baru media sosial sehingga pemahaman terkait media sosial pada saat itu masih kurang yang pada akhirnya berakibat buruk karena pengguna media sosial pada saat itu belum bisa memfilter akan informasi yang ia dapat. Dan sampai saat ini penggunaan media sosial terus mengalami peningkatan, namun berkat kejadian pada 2019 silam saya melihat bahwa saat ini masayarakat sudah mulai terbiasa dengan media sosial dan merekapun sudah mulai bijak dalam mengolah sebuah informasi.

Pada saat ini orang-orang yang umurnya 45 keatas umumnya mereka menggunakan media sosial facebook sementara anak-anak muda untuk saat ini beralih pada media sosial berupa Instagram. Dan perlu kita ketahui bahwa pemilih pada pemilu 2024 mendatang hampir 50% lebih adalah milenial, sehingga menurut pandangan saya terkait daripada serangan buzzer dan berita hoaxs tidak akan terlalu berpengaruh pada pemilu 2024 mendatang.
hero member
Activity: 2478
Merit: 512
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
October 15, 2023, 01:23:30 PM
#52
Menyinggung soal buzzer mungkin ga si kalo semua kegaduhan ini diciptakan oleh buzzer sampai ada istilah buzzerRp.
Mendekati masa Pemilu yang tinggal hitungan bulan biasa nya jasa buzzer banyak digunakan di media sosial untuk kepentingan kampanye.
Secara visual mudah ngecheck nya, biasa nya banyak komentar nya cenderung template,  fokus terhadap tagar/isu tertentu, hit and run, dan akun kebanyakan kosong.
Kadang 1 orang bisa mengoperasikan puluhan akun.
Aktivitas buzzer yang sukses biasa nya akan menarik massa organik (orang beneran) diatas 50%.

Ada 3 jenis bentuk kampanye di media sosial. Pertama positive campaign, orang punya 1 kebaikan dan 9 keburukan, 1 kebaikan itu ditiup terus agar 9 keburukan tertutupi.

Kedua negative campaign, kebalikan dari diatas. Orang punya 1 keburukan dan 9 kebaikan, yang 1 keburukan akan digoreng terus hingga 9 kebaikan tadi ketutup.

Yang terakhir, black campaign. Biasanya ini cenderung fitnah atau rekayasa. Metodenya editing foto, editing/pemotongan teks, hingga menempatkan sesuatu tidak sesuai konteks.

Menurut hemat saya kita harus bijak dalam penggunaan media sosial biar ga kebawa arus buzzer.
Menurut saya pikir sebagian kegaduhan memang di ciptakan oleh mereka, ya para Buzzer yang mendapatkan bayaran untuk memframing isu tertentu sesuai pesanan. Memang benar secara keseluruhan saya setuju dengan gambaran tersebut, angka yang mencapai 50%. Sebab pada dasarnya apabila angka tersebut di rincikan, akan masuk di dalamnya berbagai kalangan orang dan dari berbagai kelas sosial yang terbawa arus informasi, tanpa peduli tentang validasi atau keabsahan informasi (malas untuk mencari sumber ke aslian).

Benar kebijaksaan dalam menerima dan meneruskan berbagai informasi memang sangat di perlukan, supaya terhindar dari kesalahpahaman. Dalam sudut pandang saya, pengguna media sosial yang paling rentan adalah orang tua 45 ke atas, sebab sudah gagap dengan teknologi.
Pages:
Jump to: