Anies Bawedan misalnya, pada Pilgub Jakarta saja kita tahu kegaduhan yang membuat masyarakat terpecah belah, hal ini akan sangat mungkin kembali terjadi jika Anies menjadi salah satu calon Pilpres 2024.
Karena masyarakat Indonesia ini majemuk yang diisi dari beragaman budaya dan agama, para calon presiden tentu akan membawa isu ini untuk menarik minat pemilih, namun kita sudah melihat yang terjadi bukan?, walau gaduh masyarakat tidak terpecah, isu agama bukan strategi yang jitu jika mau dipakai untuk 2024, kalau masih pakai itu, niscaya kalah telak.
Artinya bisa dikatakan bahwa yang menjadi elit elit politik saat ini memang membawa kepentingan Partai bukan kepentingan masyarakat, itu yang saya tangkap dari apa yang terjadi pada Rapat Komisi III DPR itu.
Pada dasarnya, AD/ART partai itu membawa kepentingan masyarakat, pada pemilu 5 tahunan, partai menjual produknya ke masyarakat dengan ideologi dan perubahan bangsa, Jika masyarakat tertarik, mereka bisa memilih partai tersebut supaya suaranya itu diwakilkan calegnya di DPR untuk menyambung suara mereka. Jadi, kewajiban partai itu mengontrol anggota mereka di DPR supaya sejalan dengan jualan mereka tempo hari, realnya, kepentingan partai adalah kepentingan masyarakat, karena suara mereka diwakilkan oleh partai.
Kalau elite DPR tidak membawa kepentingan partai, itu salah. karena masyarakat menitipkan suaranya ke partai, yang diwakilkan oleh anggota terpilih di DPR.
dalam kondisi yang sama bahkan yang saya lihat untuk sekarang selain hanya dari kekuatan uang didalamnya orang-orang berpangkat dan memiliki wewenang tidak akan jauh dari nepotisme atau mungkin lebih sopannya adalah turunan dari orang tua/keluarga.
AHY, Puan, Prananda, Gibran, Kaesang, dll, kalau orang tuanya bukan siapa-siapa sudah pasti jadi kroco, tidak lebih baek dari kita nulis di sini,
Politik identitas jika di lihat sisi positifnya adalah, tim lawan mengkorek runtutan perjalanan hidup lawannya dan mencari data yang lengkap sebagai strategi menurunkan elektabilitasnya.
Politik identitas itu bukan politik yang nyari data atau identitas lawan loh ya, tapi subjek politik yang berdasarkan ras, agama dan suku. Misal kayak Pilkada jakarta Anis menggunakan Agama untuk menjegal lawannya.
[1].
https://fisipol.uma.ac.id/apa-itu-politik-identitas/kalo menurut saya agama yang dibawa ke ranah pokitik itu kurang sopan ya..
ini bukan menghujat sih tapi mungkin kita semua juga sadar apa yang di katakan itu gak bener dilapangan gak kayak gitu.
sebagai pemimpin apalagi yang sudah pernah menjabat bisa dong kasih ini ini dan prestasi yang sudah saya lakukan,,selebihnya biarkan rakyat yang menilai.
dan kita juga gak bodoh bodoh amat kan hahahahaha.
salam politik damai para sahabat