Topic: Jika punya banyak aset di kripto. Tetap jadi anonim atau ingin jadi terkenal? - page 6. (Read 2014 times)

Saya sepakat dengan asumsi anda. Memamerkan kekayaan dalam bentuk saldo crypto ke orang-orang juga bisa membahayakan diri sendiri. Selain rawan menjadi sasaran peretasan, maka saya pikir mereka juga akan rawan terhadap bentuk kekerasan fisik seperti perampokan ataupun pembegalan. Siapapun boleh kaya, punya uang banyak, punya aset crypto banyak, tapi dengan memamerkan itu keorang-orang rasanya tidak ada untungnya juga (selain pengakuan dan membahayakan diri sendiri).

Intinya berpikirlah bijak sebelum melakukan sesuatu yang motif awalnya hanya pamer tapi ujung-ujungnya membahayakan diri. Saran terbaiknya tetap jaga diri dan kekayaan tanpa perlu pamer kemana-mana. Itu jauh lebih baik untuk keselamatan diri sendiri.

Lebih baik jadi anonim aja kalau ga mau repot gan.

Ane pernah ngalamin sendiri efek dari kebanyakan show off penghasilan dari crypto dan lebih banyak efek capeknya daripada efek baik, meskipun dari ane sendiri punya niatan baik pada orang yang dateng.

Dulu ane gatel banget tangan kalau dapet duit gede dari crypto dan motif ane buat pamer lewat story WA biasanya cuma pengen ngasih tahu kalau ada peluang yang gede dari crypto ini dan berharap orang mau belajar crypto juga. Tapi dari sekian banyak yang mau belajar, hanya 1 orang doang yang memahami prosesnya, lainnya cuma paham kalau hidup ane ongkang-ongkang doang lalu dapet duit. Malah, sebagian dari mereka langsung nodong ane buat minjem duit.

Agak selektif juga sih ketika ada orang mau minjem duit, ane jual BTC dulu soalnya biar bisa jadi IDR dan dipake mereka buat kebutuhan mereka. Dari beberapa orang yang minjem ada 2 orang temen sekampung ane yang sulit banget di tagih dan sampai sekarang pertemanan agak renggang gegara hutang yang gak kunjung diusahakan untuk dilunasi tersebut.

IMO, lebih baik soal angka kekayaan itu hidden aja dari publik. Keluarga dan diri sendiri dulu aja yang diutamakan untuk menikmati omset dan aset crypto kita.

Bahkan saya juga belum tau cara top up wallet macam ovo, gopay.  . Memang tidak ada niatan sih, karena memang belum terpentok kebutuhan. Atau memang belum ada niatan untuk memakai itu om. Tentu manajemen ekonomi adalah faktor pokok, karena kadang memiliki fasilitas pembayaran seperti ini juga membuat khilaf.  . Mbanking saja kadang membuat saya jadi lebih boros .

Sejauh ini saya mencoba untuk tetap save dengan apa adanya, walu memang aset saya memang tidak banyak. Jika nantinya saya punya banyak aset crypto saya juga memilih berusaha tetap jadi anonim. Walau dorongan dunia ini (dorongan rasa memiliki barang2) terus menyerang secara bertubi-tubi.

Tidak semua anak muda di bawah umur 30 tahunan (milenial, generasi Z, dll) paham akan digitalisasi. Saya akui itu, karena beberapa junior saya di kantor yang umurnya rata-rata 20 tahunan malah gak paham bagaimana top up e-wallet, padahal itu semua lahir di zamannya mereka. Jadi, jika itu saja mereka gak paham, apa lagi jika mengenal crypto. Soalnya hampir rata-rata dari mereka itu gedenya dari game-game yang sedang tren, misal ML, FF, FN, dll. Jadi saking asyiknya bermain itu, lupa kalau ada crypto yang lagi tren saat itu.

Dan juga cekokan dari senior mereka yang kolot, dimana dikit-dikit pakai uang cash dan sebentar-bentar narik di ATM mempengaruhi juga pandangan mereka soal uang.

Orang-orang yang suka nyinyir tanda tidak mampu, tidak perlu ditanggapi omongan orang lain yang suka berasumsi sendiri tanpa mencari pembenaran terlebih dahulu, fenomena ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat awam yang tidak tahu menahu tentang perkembangan digitalisasi, padahal banyak sekali kaum milenial yang memanfaatkan perkembangan teknologi untuk mencari pendapatan seperti yang kita lakukan di forum ini.

Intinya kita mah cuek aja dengan segala omongan tetangga yang bersifat negatif,  jika mereka datang secara pribadi menanyakan darimana penghasilan kita karena ingin menghilangkan rasa penasarannya, kalau patut diceritakan atau di ajari silahkan saja, tetapi jika mereka tetap berasumsi ini itu mending tetap jadi anomin saja.

Yah saya setuju dengan pendapat agan. Karena memang benar menanggapi orang-orang yang suka nyinyir atau orang yang suka dengki memang tidak ada gunanya. Karena jika ditanggapi,pada akhirnya kita juga yang akan pusing dan konsentrasi juga pasti akan terganggu. Dan jika terus dipikirkan, mental juga pasti akan ikutan terkikis, jadi memang lebih baik di cuekin aja.

Ada sifat iri dan dengki jika kita hidup di tengah masyarakat, itu memang sudah lumrah, apa lagi kita ini hidup di tengah kesenjangan sosial yang tinggi. Kalau ane sih cuek aja, masa bodoh dengan omongan tetangga, karena ane juga tidak minta makan sama mereka. Mending tetap terus berkarya dan tutup kuping rapat-rapat, karena kalau tiap nyinyiran kita dengarkan, kita tidak bakal bisa maju. Itu saja intinya.

Jangan suka pamer atau mempublish keglamoran di media sosial dengan barang-barang mewah yang dilengkapi dengan hastag hasil trading atau investasi dari aset Crypto dan hindari juga memamerkan jumlah aset yang dipegang saat ini. Media sosial itu luas, orang-orang bisa saja mengincar anda sebagai target niat jahat mereka.

Tidak perlu memamerkan sebagian kecil kekayaan yang dimiliki demi mendapat pengakuan atau pujian dari kalangan tertentu, bisa saja tindakan tersebut dimanfaatkan orang jahat. Tetaplah menjadi anonim untuk menjaga keselamatan dari niat orang-orang jahat, tidak ada untungnya juga memamerkan jumlah kekayaan dalam bentuk aset crypto dihadapan publik, toh aset yang dipamerkan tidak bertambah jumlahnya malah yang ada akan membahayakan keselamatan anda.

Memang benar gan,privacy kita sebagai orang-orang yang bergelut di bidang kripto,memang sepantasnya harus tetap terjaga. Karena jika kita terlalu memamerkan aset ataupun kekayaan yang kita peroleh dari kripto,bisa jadi hal tersebut akan berakibat fatal terhadap kita. Yah meskipun saat ini di Indonesia, kesadaran orang-orang akan potensi yang dimiliki kripto masih belum terlalu banyak. jadi bisa dibilang untuk saat ini,misalkan kita pamer tentang kekayaan yang dimiliki dari kripto, mungkin kebanyakan orang pasti akan bereaksi biasa-biasa saja,karena mereka tidak tahu tentang mata uang kripto. Tapi untuk jaga-jaga menjadi anonim menurut saya akan lebih baik,ketimbang harus terbuka.
Jelas sangat sangat penting gan. Karena bukan hanya tentang kejahatan saja yang harus kita waspadai,tapi yang tidak kalah penting yaitu tentang asumsi dari masyarakat sekitar kita. Yah kita tahulah masyarakat +62 ini,ada yang tidak masuk akal dipikiran mereka, apalagi soal penghasilan,pasti perspektif yang keluarnya pasti akan aneh-aneh.

Pajak crypto sudah diterapkan oleh pemerintah dengan memungut ppn dan pph di setiap transaksi, jadi ya tidak ada lagi selain itu. Anggaplah kita punya 1 BTC di wallet pribadi lalu mengirimkanya ke exchange untuk ditukar lalu ditarik ke rupiah. Dari situ saja sudah ada pajaknya yang masuk ke kantong pemerintah dan exchange lewat fee.

Ya ujung-ujungnya masih tetap KYC meskipun pakai DEX. tapi itu bisa juga dimanipulasi dengan memakai KYC dan Rekening orang lain. Itu pernah dilakukan teman saya, karena dia memang benar-benar tidak mau datanya terungkap, sehingga dia bayar orang untuk KYC di CEX Exchange sekaligus membeli rekening bank yang orang lain buat.

Resikonya jika terjadi sesuatu, orang yang dia pakai KYC dan rekening akan jadi terkait jika crypto yang dia deposit itu "kotor".

ketika wede pun limit, hanya 10 juta perhari pakai ATM, karena kalau lebih dari itu semisal 50 juta, harus ke bank langsung bawa diri, buku tabungan dan KTP yang tentunya jika diperiksa akan berbeda dengan pemilik.

pentingnya data pribadi biar ga disalah gunakan pihak lain . apalagi kalau online gini kalau ga trusted2 amat platformnya saya pribadi sih ogah share data privacy . kecuali kalau platform tsb butuh untuk kebutuhan data kyc . pajak dll . masih make sense . tapi kalo ga ada relate sama hal2 tsb sih mending gausah sekalian .

Saya lihat di Indodax, Pintu,  sudah ada laporan pajak yang bisa kita sertakan ketika kita ingin melaporkan pajak ke Kantor Pajak. Dari situ Kantor Pajak bisa melihat aset-aset kita di pertukaran kripto. Tapi saya juga belum pernah mendownload laporan pajak yang ada di Indodax. Untuk Tokocrypto dan Triv, saya belum menemukan dimana fitur laporan pajaknya. Mungkin Tokocrypto dan Triv akan menyusul seperti exchange lokal lainnya.

Mungkin ada yang mau melaporkan kekayaan crypto mereka secara sukarela tapi kalaupun tidak ada yang mau, pemerintah bisa meminta data-data itu dari masing-masing pertukaran lokal. Dari situ, pemerintah bisa mendapatkan data-datanya.

Kita tidak akan tahu bagaimana Whales mensikapi pajak ini tapi sepertinya mereka juga mau membayar pajaknya.

   Semakin ke sini saya melihat bahasan di Thread ini kayak menjadi 2 arah yang beriringan tapi bersebelahan gitu wkwk. Satu sisi terkait menjadi anonim secara mutlak. Sisi lain menjadi anonim dalam artian tidak terllau dikenal orang / publik. But its okay justru inilah yang bikin bahasan menjadi lebih berwarna. asik

   Terkait masalah "berusaha menjadi anonim" yang telah di bahas di atas, Pada akhirnya tidak ada yang benar-benar rahasia dan anonim di zaman yang berbasis internet seperti ini. Apa saja yang "telah pernah" kita lakukan di Internet, semisal membuat akun internet banking atau memposting sesuatu di sosial media, sudah pasti akan ada jejak yang terekam. Pilihan yang bisa kita lakukan (mungkin satu-satunya pilihan) adalah menjaga privasi kita se-anonim mungkin. Yakni dengan tidak terlalu menyebarkan data privasi kita di internet. Dan melakukan KYC di layanan yang kita "merasa" aman dengannya, misal di Internet banking Bank atau di sebuah exchanger CEX. Seperti yang Om @Husna QA katakan, selama masih memakai FIAT money, kita tidak akan menjadi anonim.

   Nah terkait perihal "menjadi anonim di publik" (yang notabene adalah bahasan awal OP) saya kira dengan menerapkan saran dari om @aylabadia05 sudah efektif. Artinya dengan tidak terlalu ikut-ikutan bersosial media, seperti posting story atau threads atau foto atau apapun itu, ya kita sudah dianggap anonim menurut versi bahasan kang OP sih. Malah dengan dinyinyiran tetangga kayak "eh si dia enggak kerja di rumah aja tapi kok bisa beli mobil ya?" berarti kita sudah benar-benar menjaga ke-anonim-an kita wkwk. -yang terakhir bercanda, eh.

Kalau tidak masuk ke exchange yang menerapkan KYC tentunya privasi bisa lebih tinggi (semisal ke DEX), tapi ketika masih belum bisa lepas dengan uang fiat mau tidak mau ketika withdraw ke Bank saya kira tidak ada satupun yang tidak menerapkan syarat KYC tersebut, dan fasilitas untuk trade aset kripto ke fiat itu biasanya banyak di CEX. cmiiw

---

Meskipun 'semu', paling itu yang bisa dilakukan terlebih bagi yang tidak ingin jadi terkenal karena Bitcoin/aset kripto yang dimilikinya.

Ya om . Dengan sendirinya terpatahkan karena hampir semua layanan platform bursa atau apapun namanya yang ada di negara kita memberlakukan KYC. Mau lari kemanapun untuk menghindar tetap tidak bisa.
Setidaknya dengan menghindari untuk tidak memposting hal yang dianggap sangat privasi di platform media sosial, kita sudah berusaha merahasiakan dengan tujuan baik.
Mungkin itu celah lain om yang bisa dilakukan.

Memepersulit atau tidak, pengenaan pajak bagi setiap pengguna atau pemilik asset crypto akan jadi sorotan pemerintah.
Sekarang Exchange Lokal seperti Indodax, Pintu, Tokocrypto, sudah ada di bawah naungan Bappebti sehingga semua data pasti sudah dimiliki pemerintah.
Hanya tinggal penerapan pajaknya saja.

Pajak yang dikenakan terhadap kepemilikan atau transaksi Bitcoin dapat menambah kompleksitas dalam mengelola aset tersebut.
Pengguna Bitcoin harus mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk melaporkan dan membayar pajak yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tapi apakah ada yang mau melaporkan kekayaan crypto mereka secara sukarela?
Whales atau mereka yang punya banyak asset crypto tentunya tidak akan menyentuh ranah yang dikuasai oleh pemerintah.

ke-pseudo-anonim bisa tetap terjaga jika pengguna tidak memasukan data mereka pada exchange lokal, mereka akan tetap anonim.
Apalagi sekarang pengguna Bitcoin bisa menggunakan Layanan Bitcoin Mixer untuk mengaburkan jejak transaksi bitcoin mereka.

Entah pengenaan pajak itu termasuk dalam kategori 'mempersulit' atau tidak, namun memang logikanya kalau user yang memiliki aset Bitcoin kena pajak artinya data-data terkait syarat pajak user tersebut tentunya sudah diketahui pemerintah; Dengan kata lain 'ke-pseudo-anonim-an' kepemilikan Bitcoin/aset kripto lainnya itu sendiri jelas sudah hilang karena diketahuinya identitas tersebut.

---

Selama fiat masih diperlukan dan salah satu media menukar aset kripto-nya menggunakan layanan CEX tentunya mau tidak mau identitas mesti di publish ke layanan tersebut jika prosedurnya mesti ada proses KYC, berharapnya kerahasiaan data user tetap dijaga dan tidak 'bocor' ke umum.

btw, jadi ingat kasusnya Minh Quốc Nguyễn yang terlacak kepemilikan beberapa aset kriptonya antara lain di Binance.

Privasi adalah sebuah bagian yang dimiliki oleh Tekhnologi Blockchain dan model transaksinya bersifat pseudo-anonim. Saya pikir kebanyakan orang yang telah berkutat dengan dunia Crypto kemungkinan besar ingin menjaga indentitas dan privacy mereka, namun hal tersebut akan patah dengan sendirinya disaat mereka memutuskan untuk menggunakan layanan Centralized Exchange dengan proses KYC-nya  .

sebenarnya jika anda ingin terkenal atau anonim itu adalah pilihan anda, namun menjadi anonim itu pilihan yang paling baik untuk seorang pemilik bitcoin alasannya adalah karena mereka akan terhindar dari berbagai hal yang bisa mempersulit mereka, seperti pengenakan pajak, target penjahat/peretas, atau pidana (jika berada di wilayah dimana perdagangan bitcoin dilarang).

namun menjadi terkenal juga tidak ada salahnya, karena dengan menjadi terkenal kemungkinan exposure anda menjadi lebih tinggi yang dimana itu bisa anda manfaatkan untuk mengedukasi orang dalam berinvestasi di bitcoin atau anda bisa membangun firma investasi bitcoin anda sendiri jika anda yakin dengan skill investasi anda.

jadi mau anonim atau terkenal itu masing-masing memiliki kekurangan dan keuntungannya sendiri, sekarang itu keputusan anda mau memilih yang mana.

Jelas sekali identitas dan privacy menjadi hal yang penting untuk dijaga oleh kita yang hidup dimasa serba internet.
Semua platfrom media sosial mengutamakan keamanan privacy terlindungi, namun kita juga perlu melakukan tindakan sendiri untuk mengantisipasi jangan hal kecil juga di pamer di sosial media untuk diketahui oleh publik.

Bagi saya penting untuk menjadi anonim selama suatu hal yang berbau privacy dianggap tidak perlu dipublikasikan seperti identitas kependudukan dan jumlah aset.