Pages:
Author

Topic: Mengapa anak muda millenial kurang menjaga budaya - page 3. (Read 1405 times)

sr. member
Activity: 2422
Merit: 264
20BET - Premium Casino & Sportsbook

Cukup miris memang, hanya daerah-daerah yang tidak begitu tersentuh teknologi internet yang membuat generasinya tidak mudah terkontaminasi dengan budaya luar.IMO


Saya rasa Frasa "Hanya" yang anda gunakan kurang tepat, contohnya jogja, Bali, Sumbar dan beberapa daerah lainnya di indonesia.
Jogja dari dulu dikenal sebagai kota Pendidikan yang selalu terbuka dengan kemajuan teknologi tapi tidak pernah kehilangan jati dirinya dan Bali lebih hebat lagi, Bali adalah pionir perkembangan Bitcoin di Indonesia tapi Bali juga terkenal sebagai tempat wisata di dunia karena kearifan lokal yang terus di jaga oleh masyarakatnya.

Kebudayaan yang kita miliki adalah harta karun terpendam yang belum di maksimalkan secara optimal.
Anak muda yang memilki kompetensi dalam bidang teknologi akan mampu membuat budaya lokal terlihat lebih menarik dengan kemasan yang lebih kekinian.
Dan Industri kreatif akan menyediakan banyak lapangan pekerjaan untuk anak muda yang melek teknologi.
Kesadaran ini yang mungkin perlu di kumandangkan secara terus menerus terutama di kalangan anak muda.
sr. member
Activity: 2520
Merit: 366
Catalog Websites
Sebenarnya sangat kompleks permasalahan apabila terkait dengan kebudayaan, jika di tarik benang merah permasalahannya terletak pada kurangnya perhatian anak muda saja. Perlu kita garis bawahi bahwa, kekurangan penghargaan anak muda pada budaya sendiri adalah akibat kurangnya dorongan dan pengawasan dari orang tua. Sebenarnya hal ini menjadi kontrol sosial bersama dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaganya, namun jika budaya dirincikan lebih lanjut terkait dengan adat istiadat, maka yang paling bertanggung jawab atas kemunduran ini adalah pemangku adatnya sendiri.

Bahasa, wilayah geografis, dan adat adalah bagian yang disebut dengan Budaya. jika salah satu dari tiga hal tersebut hilang maka otomatis akan di sebut dengan kemunduran berbudaya.

seperti hal yang telah di utarakan agan blue snow di postingan sebelumnya, bahwa budaya di generasi sekarang itu sedikit mundur karena orang tua malas untuk mengajarkannya.
sebenarnya budaya terbagi 2 sih menurut saya (budaya barat dan budaya timur) lalu budaya mencakup adat dan budaya yang mencakup kebiasaan, di indonesia ada budaya kejawen, musik gamelan, tor tor dan sebagainya. sedangkan budaya mencakup kebiasaan seperti hormat kepada orang tua, ritual, seni, dan spiritual.

Mungkin salah satu faktor penyebab anak milenial tidak tertarik dengan budaya disebabkan oleh semakin mudah nya anak milenial mengakses teknologi dan informasi.
kalau anak milenia sih setahu ane sangat paham budaya, karena anak milenia itu kelahiran tahun 80-an, jadi ane dapat pastikan ada warisan regenerasi dari orang tua sebelumnya. Beda kalau anak gen-z atau anaknya dari kaum milenia, yang lahir di tahun 2000-an ke atas, nah mereka ini yang masih setengah-setengah, ane lihat dari mereka ini masih dikenalkan budaya dari orang tua mereka (kaum milenia), dan selebihnya tidak sam sekali karena kesibukan mereka yang masih beradaptasi dari perubahan manual ke digital.

yang saya perhatikan tidak semuanya sih gan, hanya beberapa saja karena masih cukup banyak pengguna sosial media terutama tiktokers yang sopan kepada orang tua, yang menjalankan ibadah atau ritual, menjaga seni dan menjaga salam sapaan.
hero member
Activity: 1834
Merit: 720
Anak muda millenial banyak yang tidak tau budaya disekitar, kurang perhatian yang serius terhadap kegiatan budaya. Anak muda sekarang menggap kegiatan tersebut merupakan tindakan orang tua.
Padaha sangat diharapkan kehadiran anak muda demi melestarikan kegiatan sosial.
Sebagai ujung tombak masyarakat anak muda harus ikut berpartisipasi terhadap kegiatan kebudaayaan supaya ada yang meneruskan nantinya.
Perlu kita berdiskusi untuk jangka panjang dalam melestarikna kebudayaan.
Bagaimana pendapat kawan-kawan.
Anak muda yang seperti apa ya om? seharusnya jangan dipukul rata. Tidak semua anak millenial tidak tahu tentang budaya, pasti mereka di didik dirumah dan disekolah mendapat pelajaran (pengetahuan) tentang kebudayaan itu sendiri.

Memang tidak semua, akan tetapi jika berbicara keseluruhan sepertinya memang harus kita akui bahwa anak muda atau milenial pada saat ini memang tidak begitu mengenal akan budaya nya sedniri. Adapun pembelajaran budaya yang ada disekolah ini hanyalah seremonial saja karena apa yang mereka ajarkan terkait dengan budaya nampaknya apa yang menjadi nilai-nilai dalam sebuah budaya tidak dapat tertanam kepada para siswa. Dan faktanya kita sering menjumpai ataupun mendengan kabar bahwa ada sebuah kejadian dimana seorang guru melecehkan muridnya, seorang siswa yang membuli siswa lainnya, maupun sebuah kejadian dimana seorang murid yang menganiaya gurunya. Yang dimana hal-hal tersebut sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai budaya yang ada di negara maupun di daerah kita.

Quote from: baenschi78
Mungkin salah satu faktor penyebab anak milenial tidak tertarik dengan budaya disebabkan oleh semakin mudah nya anak milenial mengakses teknologi dan informasi.

Seharusnya dengan kemajuan teknologi yang ada termasuk internet dan yang lainnya, maka hal ini dapat mendongkrak suatu budaya agar bisa lebih populer lagi dan bisa dikenal oleh setiap orang. Namun memang pada kenyataannya tidak demikian, yang dimana justru dengan kehadiran teknologi ini membuat sebagian orang lupa akan budaya mereka sendiri.
hero member
Activity: 1400
Merit: 674
Mungkin salah satu faktor penyebab anak milenial tidak tertarik dengan budaya disebabkan oleh semakin mudah nya anak milenial mengakses teknologi dan informasi.
kalau anak milenia sih setahu ane sangat paham budaya, karena anak milenia itu kelahiran tahun 80-an, jadi ane dapat pastikan ada warisan regenerasi dari orang tua sebelumnya. Beda kalau anak gen-z atau anaknya dari kaum milenia, yang lahir di tahun 2000-an ke atas, nah mereka ini yang masih setengah-setengah, ane lihat dari mereka ini masih dikenalkan budaya dari orang tua mereka (kaum milenia), dan selebihnya tidak sam sekali karena kesibukan mereka yang masih beradaptasi dari perubahan manual ke digital.
Dari rata-rata yang ane lihat memang anak millenial memiliki warisan pemahaman tentang budaya dari orang tua mereka dan lingkungannya, tapi kita perlu melihat mengapa hal itu bisa terjadi kepada anak milenial, pertama menurut saya pribadi pada jaman perkembangan pertumbuhan generasi milenial mereka tidak terlalu open dengan media sosial jadi saya memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan lingkungan dan berpartisipasi di berbagai macam acara budaya atau adat, artinya tidak mengonsumsi informasi sebebas sekarang dari media sosial, dulu paling keren hanyalah sebatas TV untuk melihat perkembangan dunia dari apa yang saya tonton. Dan juga hal ini perlu memasukan aspek daerah, beberapa milenial yang dekat perkotaan mereka sudah mengonsumsi budaya-budaya luar dari pergaulannya.

Sementara hari ini generasi Z pada masa perkembangan pertumbuhannya mereka sudah di suguhkan banyak kemudahan melalui teknologi, dan mereka bisa mendapatkan akses lebih modern dengan mengoperasikan perkembangan teknologi internet, apa yang mereka tonton dan perhatikan dari dunia maya mereka mengonsumsinya dan menganggap budaya-budaya yang mereka lihat di media sosial sebagai trendy dan menganggap bahwa budaya di lingkungannya "kampungan", di lihat dari rata-rata kebiasaan manusia ingin terlihat lebih baik dari orang lain, jadi menurut saya wajar bahwa generasi Z kesini tidak begitu paham dengan budayanya, karena apa yang mereka tonton, perhatikan dan praktekan adalah budaya luar di media sosial.

Cukup miris memang, hanya daerah-daerah yang tidak begitu tersentuh teknologi internet yang membuat generasinya tidak mudah terkontaminasi dengan budaya luar.IMO
legendary
Activity: 1526
Merit: 1032
Up to 300% + 200 FS deposit bonuses
Mungkin salah satu faktor penyebab anak milenial tidak tertarik dengan budaya disebabkan oleh semakin mudah nya anak milenial mengakses teknologi dan informasi.
kalau anak milenia sih setahu ane sangat paham budaya, karena anak milenia itu kelahiran tahun 80-an, jadi ane dapat pastikan ada warisan regenerasi dari orang tua sebelumnya. Beda kalau anak gen-z atau anaknya dari kaum milenia, yang lahir di tahun 2000-an ke atas, nah mereka ini yang masih setengah-setengah, ane lihat dari mereka ini masih dikenalkan budaya dari orang tua mereka (kaum milenia), dan selebihnya tidak sam sekali karena kesibukan mereka yang masih beradaptasi dari perubahan manual ke digital.

Budaya yang mana? kan semua budaya secara universal. satu hal yang ingin saya coba perjelas, dalam hal ini pandangan yang mungkin seharusnya kita ambil lebih luas dengan menggali suatu hal mengenai kata "mengapa", bukan berarti semua anak muda sama rata mengenai pandangannya terhadap budaya 'kan?
Ente itu legend yg nyamar jadi newbie, harusnya sudah paham atas ane yg ane maksud.
newbie
Activity: 14
Merit: 0
Anak muda millenial banyak yang tidak tau budaya disekitar, kurang perhatian yang serius terhadap kegiatan budaya. Anak muda sekarang menggap kegiatan tersebut merupakan tindakan orang tua.
Padaha sangat diharapkan kehadiran anak muda demi melestarikan kegiatan sosial.
Sebagai ujung tombak masyarakat anak muda harus ikut berpartisipasi terhadap kegiatan kebudaayaan supaya ada yang meneruskan nantinya.
Perlu kita berdiskusi untuk jangka panjang dalam melestarikna kebudayaan.
Bagaimana pendapat kawan-kawan.
Budaya yang bagaimana dulu nih?, setahu ane rata-rata anak muda sekarang, khususnya di sekitar kampung ane cukup giat berbudaya, misal ikut kesenian keroncong dan wayang kulit. Malah ada temen ane yang memang cukup familiar dengan crypto membuat wayang yang dimodifikasi dengan pakai logo bitcoin di dada bima, tidak bisa tampil sih karena tidak sesuai dengan karakter tokoh perwayangan tersebut, tapi ya menurut ane cukup unik sebagai promosi secara tidak langsung.

Budaya yang mana? kan semua budaya secara universal. satu hal yang ingin saya coba perjelas, dalam hal ini pandangan yang mungkin seharusnya kita ambil lebih luas dengan menggali suatu hal mengenai kata "mengapa", bukan berarti semua anak muda sama rata mengenai pandangannya terhadap budaya 'kan?

Saya mencoba memposisikan diri sebagai anak muda yang kebetulan juga usia millenial bahwasannya anak muda merasa sedikit malu akan budayanya sendiri karenakan di sangkut pautkan dengan hal-hal ndeso atau ketinggalan jaman. di sisi lain, apa yang di lakukan oleh kawan anda memang luar biasa keren dan patut di apresiasi karena telah membawa salah satu budaya wayang kedalam dunia cryto. tapi kembali saya tanyakan. esensi dari pada budaya yang coba kawan anda kembangkan itu apa? maaf-maaf, boleh saya katakan untuk wayang ini mungkin bisa di promosikan dengan cara modern seperti itu, namun di sisi lain, budaya juga bukan sekedar gambar, kata, atau perhiasan. tetapi, budaya itu berupa suatu hal yang dilakukan, wayang mungkin akan dikelan oleh orang lain dengan promosi digital. tapi apakah mereka tahu wayang itu apa, seperti apa, dan bagaimana?

Maka perihal budaya ini mungkin saya rasa anak muda malu akan melakukannya, bukan malu akan mempromosikannya. jika seperti ini terus kemungkinan budaya-budaya kita yang kaya ini akan selalu di klaim oleh sebrang dan menghilang perlahan.
member
Activity: 89
Merit: 38
Anak muda millenial banyak yang tidak tau budaya disekitar, kurang perhatian yang serius terhadap kegiatan budaya. Anak muda sekarang menggap kegiatan tersebut merupakan tindakan orang tua.
Padaha sangat diharapkan kehadiran anak muda demi melestarikan kegiatan sosial.
Sebagai ujung tombak masyarakat anak muda harus ikut berpartisipasi terhadap kegiatan kebudaayaan supaya ada yang meneruskan nantinya.
Perlu kita berdiskusi untuk jangka panjang dalam melestarikna kebudayaan.
Bagaimana pendapat kawan-kawan.

Anak muda yang seperti apa ya om? seharusnya jangan dipukul rata. Tidak semua anak millenial tidak tahu tentang budaya, pasti mereka di didik dirumah dan disekolah mendapat pelajaran (pengetahuan) tentang kebudayaan itu sendiri.

Mungkin salah satu faktor penyebab anak milenial tidak tertarik dengan budaya disebabkan oleh semakin mudah nya anak milenial mengakses teknologi dan informasi.

Salah satu Contoh banyak tersedia game-game online yang mudah didapatkan dan dimainkan oleh kaum milenial melalui smartphone.
Justru bukan kaum milenial saja yang menikmati game tsb bahkan bapak-bapak pun menikmati game (ML/PUBG/COC) tersebut yang tersedia di aplikasi smartphone.
Mungkin bagi segelintir anak muda game ini berefek addict.

Mengikuti kemajuan teknologi memang lah penting namun ada hal yang lebih penting dari sekedar itu semua yakni dengan mengajar kan dan menjaga anak akan akhlak dan sikap yang baik serta sopan santun kepada orang lain.

Maka pembentukan seperti itu mesti terus diajarkan kepada generasi-generasi bangsa, budaya peduli dan saling menghormati mesti di ajarkan kembali.
full member
Activity: 1022
Merit: 152
Memang benar gadget sangat berpengaruh penting dalam kehidupan seseorang baik dikalangan anak kecil sampai orang dewasa, ya ada orang yang bilang gadget akan menjadi setan bagi seseorang jika mereka menggunakannya dengan tidak benar.
Seiring perkembangan jaman budaya dan tradisi secara perlahan lahan akan hilang jika para orang tua tidak memberikan contoh atau pengenalan terhadap anak anaknya, dan pengaruh budaya asing yang masuk kedalam negeri tentunya juga akan menjadi masalah baru karena bisa jadi anak anak akan lebih dominan meniru budaya asing daripada budaya sendiri.

Ya, mungkin terkait masalah gadget atau kebiasaan kaum merunduk bakalan jadi budaya atau kebiasaan baru. Mungkin saat ini kita tidak suka melihat orang yang selalu memandangi hape saat nongkrong bareng, dan menganggap ansos orang yang hanya berkutat dengan hape tanpa berkomunikasi dengan orang sekitar. Tetapi bisa jadi di masa depan malah sebaliknya, akan aneh jika ada orang yang tidak punya hape

Tetapi bagaimanapun kebudaan pasti akan berubah sesuai dengan perkembangan zaman, nilai nilai kebaikan akan tetap sama meskipun banyak cara yang berubah
sr. member
Activity: 1134
Merit: 406
Duelbits
Ini bukan masalah yang baru sebenarnya karena memang melihat dari catatan sejarah yang bisa kita lihat saat ini perkembangan zaman yang semakin maju justru mengikiskan keinginan atau minat anak muda kepada budaya atau adat tradisional mereka. Bisa kita lihat, hampir semua anak muda saat ini lebih tertarik kepada budaya asing daripada budaya asli dari negara atau daerah mereka sendiri dan itu sangat terlihat jelas bagaimana perkembangan dari segi fashion, musik atau bahkan mungkin dari cara bicara saja saat ini sudah sangat terlihat bagaimana pengikisan budaya ini seperti telah di tinggalkan.
Contoh kecil saja mungkin dalam hal ini adalah ondel-ondel yang sering kita jumpai di beberapa pesta rakyat atau beberapa perayaan untuk sebuah peringatan karena dulu masih banyak orang yang menganggap bahwa ini adalah sebuah ciri khas dari sebuah kota (Jakarta) selain itu ondel-ondel juga memiliki arti yang sangat dalam yang mana dulu begitu di agungkan dan tidak lengkap rasanya sebuah pesta tanpa ondel-ondel tetapi sekarang ketika pengikisan itu terjadi membuat nilai dari ondel-ondel jatuh karena jangankan ada untuk sebuah pesta atau perayaan besar, ketika peminatan anak muda menurun saat ini bahkan ondel-ondel banyak dijadikan sebagai alat untuk ngamen dan itu menjadi sebuah kondisi dimana adat dan budaya yang ditinggalkan dan tidak terlalu di minati.
Kiblat kita sekarang sudah sangat berbeda dan bahkan terkadang anak muda zaman sekarang bahkan saya cukup yakin mereka tidak tahu ciri khas dari daerah mereka seperti tarian atau pakaian budaya sebagai lambang daerah mereka.

Kita tidak bisa melawan akan perkembangan zaman yang ada dan yang semakin canggih ini. Karena jika kita akan melawan arus yang deras ini maka yang terjadi kita hanya akan mati konyol. Namun jangan juga kita mengalir seperti air untuk terus mengikuti perkembangan jaman, karena nanti yang ada kita akan hanyut oleh perkembangan zaman yang deras ini. Akan tetapi yang oerlu kita lakukan adalah berselancar diatas derasnya perkembangan zaman agar kita juga bisa menikmati perkembangan dan kemajuan pada zaman ini.
Terkadang sebuah budaya yang mati ditelan zaman, hal ini dikarenakan orang-orang yang ikut serta dalam pelestarian budaya ini tidak mampu untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada ataupun tidak mampu untuk memadukan antara budaya dan kecanggihan teknologi yang ada, karena yang terpenting dari sebuah budaya itu adalah nilai-nilai kebaikan yang ada didalamnya, bukan wujud atau rupanya. Jika dibandingkan dengan negara lain, Indonesia memeliki bermacam-macam budaya disetiap daerahnya akan tetapi dalam hal pelestarian masihlah kurang maksimal sehingga keanekaragaman ini tidak begitu populer dan perlahan mulai terkikis oleh perkembangan zaman yang ada. Yang dimana hal ini  berbeda dengan negara lain yang mungkin dalam satu negara tersebut hanya memiliki satu sampai dua budaya asli negara mereka, akan tetapi karena budaya tersebut dilestarikan dengan baik dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada, yang dimana pada akhirnya budaya tersebut bukan hanya begitu populer akan tetapi budaya mereka juga banyak diadopsi oleh negara lain.
hero member
Activity: 1008
Merit: 724
Ini bukan masalah yang baru sebenarnya karena memang melihat dari catatan sejarah yang bisa kita lihat saat ini perkembangan zaman yang semakin maju justru mengikiskan keinginan atau minat anak muda kepada budaya atau adat tradisional mereka. Bisa kita lihat, hampir semua anak muda saat ini lebih tertarik kepada budaya asing daripada budaya asli dari negara atau daerah mereka sendiri dan itu sangat terlihat jelas bagaimana perkembangan dari segi fashion, musik atau bahkan mungkin dari cara bicara saja saat ini sudah sangat terlihat bagaimana pengikisan budaya ini seperti telah di tinggalkan.
Contoh kecil saja mungkin dalam hal ini adalah ondel-ondel yang sering kita jumpai di beberapa pesta rakyat atau beberapa perayaan untuk sebuah peringatan karena dulu masih banyak orang yang menganggap bahwa ini adalah sebuah ciri khas dari sebuah kota (Jakarta) selain itu ondel-ondel juga memiliki arti yang sangat dalam yang mana dulu begitu di agungkan dan tidak lengkap rasanya sebuah pesta tanpa ondel-ondel tetapi sekarang ketika pengikisan itu terjadi membuat nilai dari ondel-ondel jatuh karena jangankan ada untuk sebuah pesta atau perayaan besar, ketika peminatan anak muda menurun saat ini bahkan ondel-ondel banyak dijadikan sebagai alat untuk ngamen dan itu menjadi sebuah kondisi dimana adat dan budaya yang ditinggalkan dan tidak terlalu di minati.
Kiblat kita sekarang sudah sangat berbeda dan bahkan terkadang anak muda zaman sekarang bahkan saya cukup yakin mereka tidak tahu ciri khas dari daerah mereka seperti tarian atau pakaian budaya sebagai lambang daerah mereka.
newbie
Activity: 16
Merit: 0

Kegiatan sosial juga sudah sangat minim sekarang ini selama sudah adanya dana dari pihak pemerintah yang dikucurkan kedalam desa-desa, sehingga hal-hal seperti gotong royong sudah mulai jarang terjadi di desa-desa. Kalaupun masih ada, mungkin hanya dua kali dalam setahun yang mana hal tersebut lebih banyak diikuti oleh para orang tua saja, namun saya sama sekali tidak menganggap hal tersebut sebagai sebuah masalah selama lingkungan kehidupan sekitar kita masih cukup tenteram serta nyaman untuk semua orang.

Walaupun dianggap sebagai lelucon tapi kenyataan nya nilai nilai kebangsaan baru tumbuh jika ada jabatan-jabatan polis yang di embat atau berkeinginan menjadi ASN.
Pola perilaku seperti ini sebenarnya sangat menyimpang dari norma norma cinta tanah air, namun apa mau dikata keadaanya sekarang berkata demikian.

sr. member
Activity: 1470
Merit: 256
Seiring perkembangan jaman, memang sebagian para anak muda sudah lupa akan budaya dan tradisi yang ada di desanya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan generasi selanjutnya, dan menjadi pusat perhatian bagi orang tua khususnya untuk mendidik anaknya agar tidak meninggalkan budaya dan tradisi, mungkin dengan cara memberikan pemahaman dan memberikan contoh budaya yang sudah berjalan di lingkungan sekitarnya.
Misalnya di desa saya ada budaya atau tradisi yang tidak boleh ditinggalkan yaitu setiap setahun sekali mengadakan kegiatan bersih desa yang dilakukan secara merata dari anak anak sampai orang tua, kegiatan tersebut dengan mengadakan pentas hiburan kesenian daerah.
Anak muda zaman sekarang banyak yang lupa dan apatis karena mata mereka sekarang tertuju pada gadget. memang ane akui zaman sudah sangat berubah 360 derajat dibanding ane kecil dulu. ketika ane kecil, senior-senior ane di kampung mengarahkan kita untuk melakukan giat gotong royong kala ada acara 17an, namun sekarang, boro-boro membantu, junior-junior ane di desa, malah gak peduli lagi kebersihan kampung dan sibuk nge-push rank ML.

Memang benar gadget sangat berpengaruh penting dalam kehidupan seseorang baik dikalangan anak kecil sampai orang dewasa, ya ada orang yang bilang gadget akan menjadi setan bagi seseorang jika mereka menggunakannya dengan tidak benar.
Seiring perkembangan jaman budaya dan tradisi secara perlahan lahan akan hilang jika para orang tua tidak memberikan contoh atau pengenalan terhadap anak anaknya, dan pengaruh budaya asing yang masuk kedalam negeri tentunya juga akan menjadi masalah baru karena bisa jadi anak anak akan lebih dominan meniru budaya asing daripada budaya sendiri.
legendary
Activity: 1526
Merit: 1032
Up to 300% + 200 FS deposit bonuses
Seiring perkembangan jaman, memang sebagian para anak muda sudah lupa akan budaya dan tradisi yang ada di desanya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan generasi selanjutnya, dan menjadi pusat perhatian bagi orang tua khususnya untuk mendidik anaknya agar tidak meninggalkan budaya dan tradisi, mungkin dengan cara memberikan pemahaman dan memberikan contoh budaya yang sudah berjalan di lingkungan sekitarnya.
Misalnya di desa saya ada budaya atau tradisi yang tidak boleh ditinggalkan yaitu setiap setahun sekali mengadakan kegiatan bersih desa yang dilakukan secara merata dari anak anak sampai orang tua, kegiatan tersebut dengan mengadakan pentas hiburan kesenian daerah.
Anak muda zaman sekarang banyak yang lupa dan apatis karena mata mereka sekarang tertuju pada gadget. memang ane akui zaman sudah sangat berubah 360 derajat dibanding ane kecil dulu. ketika ane kecil, senior-senior ane di kampung mengarahkan kita untuk melakukan giat gotong royong kala ada acara 17an, namun sekarang, boro-boro membantu, junior-junior ane di desa, malah gak peduli lagi kebersihan kampung dan sibuk nge-push rank ML.
sr. member
Activity: 1624
Merit: 339
https://duelbits.com/
Karena kalau kulihat, mempelajari budaya luar itu lebih menjanjikan dari pada mempelajari budaya sendiri. Misal yang kamu contoh di atas, para anak muda memamerkan pakaian-pakaian ala Amerika di Citayam, nyatanya masyarakat suka, dan jadi viral, kalau saja saat itu dibiarkan saja tanpa ada yang peduli, pasti nasib fashion week tersebut akan sama seperti batik fashion. Jadi di sini, peran masyarakat juga diperlukan, dalam hal ini Tokoh-tokoh bangsa juga tidak perlu mengomentari hal yang berada di luar dari budaya bangsa karena akan menyebabkan budaya luar makin berkembang dan menggerus budaya lokal yang tertanam sejak zaman kerajaan dulu.

Hal ini menunjukkan bahwa apa yang terjadi di hari ini adalah efek domino atau efek kupu-kupu dari kebiasaan umum di masyarakat kita yang menganggap budaya barat itu lebih superior. Seperti yang dikatakan bahwa kalaulah ada namanya citayam fashion week terus ada lagi batik fashion week misalnya, maka sudah barang tentu yang banyak digandrungi oleh anak muda ya citayam fashion week. Yang kedua adalah kurangnya edukasi dan pendidikan terkait cinta budaya semenjak kecil. Di bangku sekolah kita tidak ada namanya pelajaran cinta budaya atau setidaknya satu mata pelajaran yang membahas budaya kita. Ane pikir tidak perlu semua budaya mesti diajarkan. Utamakan dulu budaya yang memang relate dengan zaman modern sekarang ini kayak semisal pakaian batik, budaya sopan santun, menghargai yang tua, menyayangi yang muda, dan lainnya.

Adapun untuk budaya yang dirasanya sudah ketinggalan zaman, itu cukup di kasih tahu saja bahwa itu adalah budaya kita, tanpa perlu diterapkannya dalam sehari-harinya kita. Seperti budaya tarian, pakaian adat maupun rumah adat. Nanti jika memang ada orang yang tertarik untuk melestarikannya orang tersebut bisa ikut dalam lembaga pelestarian dan pengembangan budaya tersebut. Ane pikir itu adalah win-win solusyen terkait problematika ini.
sr. member
Activity: 1470
Merit: 256
Seiring perkembangan jaman, memang sebagian para anak muda sudah lupa akan budaya dan tradisi yang ada di desanya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap lingkungan dan generasi selanjutnya, dan menjadi pusat perhatian bagi orang tua khususnya untuk mendidik anaknya agar tidak meninggalkan budaya dan tradisi, mungkin dengan cara memberikan pemahaman dan memberikan contoh budaya yang sudah berjalan di lingkungan sekitarnya.
Misalnya di desa saya ada budaya atau tradisi yang tidak boleh ditinggalkan yaitu setiap setahun sekali mengadakan kegiatan bersih desa yang dilakukan secara merata dari anak anak sampai orang tua, kegiatan tersebut dengan mengadakan pentas hiburan kesenian daerah.
member
Activity: 533
Merit: 60
#SWGT PRE-SALE IS LIVE
Kalo di desaku budaya masih baik-baik saja, masih banyak budaya yang berjalan, justru malah budaya yang cendrerung negatif mulai ditinggalkna, seperti kalo dulu pass hajatan banyak orang "lek-lekan" (begadang ditempat hajatan) sambil berjudi kartu, sekarang sudah tidak ada.
Begadang sambil bermain judi ditempat hajatan tidak bisa dibilang budaya, itu lebih condrong pada kebiasaan atau kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak ada hubungannya dengan adat atau budaya di suatu daerah. Budaya terbentuk dari beberapa unsur diantaranya adat istiadat, bahasa, karya seni dan agama, unsur-unsur ini telah melekat dan diwariskan secara turun menurut dari generasi ke generasi.

Budaya dibentuk dan dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat dengan kesepakatan bersama, artinya sesuatu yang dilakukan oleh sekelompok individual seperti begadang sambil bermain judi ditempat hajatan tidak mengandung unsur-unsur karya seni dan adat-istiadat di sebuah daerah. Budaya merupakan sebuah simbol dari suatu daerah, ketika sekelompok tertentu memainkan karya seni yang ada didaerahnya, masyarakat dari wilayah lain langsung mengetahui dari daerah mana budaya itu berasal.

Jika begadang ditempat hajatan sambil berjudi kartu dikatakan sebagai budaya, lalu bagaimana dengan berita yang diangkat situs ini Judi di Tempat Hajatan, Taruhan Uang Jutaan Rupiah, berarti pihak berwenang tidak menghargai budaya di sebuah daerah.



Sebenarnya bukan kurang menjaga budaya akan tetapi nilai-nilai filosofi yang terkandung dalam budaya tersbut belum sepenuhnya diajarkan oleh guru-guru saat disekolah yang kedua pengaruh mesuknya budaya luar lewat  digitalisasi, di era sekrang pengaruh teknologi makin pesat kita dipacu oleh jaman dalam segala bidang.  Dalam hal ini pemerintah harus membuat sebuah konsep baru untuk masyarakat sehingga karya dan pola pikir bisa menjadi  bahan bacaan untuk anak-anak muda jaman sekarang
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
Mungkin maksud agan adalah mayoritas anak muda di perkotaan yang dimana sudah terpapar paham liberal, budaya konsumtif, westernisasi, dan denial terhadap kebudayaan mereka sendiri.
Jadi bisa disimpulkan kalau definisi budaya yang dimaksud OP adalah Budaya terkait nilai-nilai tatakrama dan moral ketimuran. Seperti gotong royong (yang bertolakbelakang dengan budaya individualis barat), menghormati orangtua meskipun kita udah dewasa (bertolak belakang dengan budaya liberalisme), bertutur kata sopan, dan menghargai nilai-nilai leluhur dengan mencintai identitas diri sebagai orang Indonesia. Sangat di sayangkan ketika anak muda millenial lebih bangga karena bisa meniru budaya barat, seperti pengadaan Citayam Fashion Week misalnya.
Banyak orang masih sering berpikir kalau "budaya ketimuran" atau "budaya Indonesia" yang agan-agan mention adalah superior dari "budaya barat" padahal semua itu ada plus minusnya, dan setiap orang berhak memilih "-isme" yang dia anut. Generasi sekarang ini lebih bebas dalam menentukan pilihan, bahkan disuruh nyoblos dengan pilihan yang sama dengan ortunya pun sudah tidak mau, lain dengan jaman dulu yang semuanya nurut. Makanya ketika berbicara tentang budaya dan -isme yang mereka anut, ya tergantung yang mana yang menurut mereka paling sesuai/cocok dengan situasi yang ada. Kalau kemudian budaya yang mereka anut itu tidak sesuai, ya jangan salahkan mereka... Kenapa kok tidak jadi pilihan utama di mata mereka? Apa karena tidak bermanfaat? Atau tidak relevan dengan perkembangan jaman? dsb. Inilah konsekuensi dari kemerdekaan dan IMO ini sangat bagus dibandingkan dengan misalnya agan-agan hidup di Korut/China... Jangan sampai ga ikut ronda / kerja bakti di kampung terus besoknya ilang.
sr. member
Activity: 686
Merit: 407
rollbit.com/trading
Mungkin maksud agan adalah mayoritas anak muda di perkotaan yang dimana sudah terpapar paham liberal, budaya konsumtif, westernisasi, dan denial terhadap kebudayaan mereka sendiri.
Jadi bisa disimpulkan kalau definisi budaya yang dimaksud OP adalah Budaya terkait nilai-nilai tatakrama dan moral ketimuran. Seperti gotong royong (yang bertolakbelakang dengan budaya individualis barat), menghormati orangtua meskipun kita udah dewasa (bertolak belakang dengan budaya liberalisme), bertutur kata sopan, dan menghargai nilai-nilai leluhur dengan mencintai identitas diri sebagai orang Indonesia. Sangat di sayangkan ketika anak muda millenial lebih bangga karena bisa meniru budaya barat, seperti pengadaan Citayam Fashion Week misalnya.

Pertanyaannya adalah kenapa budaya harus dilestarikan? Apakah semua budaya itu baik dan relevan dengan perkembangan jaman?
Kalau menurut ane jawabannya adalah tidak, makanya tidak semua budaya perlu dilestarikan Smiley
Definisi budaya: https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
Di sisi lain, saya juga setuju dengan Om Erico ini. Tapi biasanya budaya yang seperti ini bukan budaya di sisi moral dan tatakrama. Lebih kepada adat istiadat atau istilah lainnya "kata orangtua dulu". Memang ada beberapa kepercayaan orang dulu yang sudah tidak relevan dengan zaman sekarang. Tapi itupun dengan catatan ada alasan logis di baliknya. Contohnya adalah kepercayaan orang dulu sama Takhayul dan Mitos yang satu per satu sudah dibantah oleh zaman. Dulu di Indonesia (atau mungkin di beberapa daerah, termasuk daerah saya) ada banyak sekali mitos-mitos, Tahayul dan Khurafat di banyak hal. Seperti Kupu-Kupu Masuk Rumah, Burung Pipit Berkicau, Menabrak Kucing, Anak Gadis Duduk di Depan Pintu Makan di Depan Rumah, Menikah di Bulan Suro, Mandi Malam Hari, Ibu Hamil Wajib Membawa Gunting Menyapu Malam hari, dan banyak lagi.

Jadi sebagai Generasi di era digitalisasi ini kita sudah bisa lebih bijak memilah dan memilih sertai menghargai budaya yang mempunyai keunikannya tersendiri.

Note: Saya pikir tidak ada negara lain yang memiliki ragam kebudayaan sebanyak Indonesia. Karena kita mempunyai banyak sekali suku-suku yang menghasilkan ragam budaya, bahasa, adat dan kepercayaan yang patut kita lestarikan.

member
Activity: 120
Merit: 74
Anak muda millenial banyak yang tidak tau budaya disekitar, kurang perhatian yang serius terhadap kegiatan budaya. Anak muda sekarang menggap kegiatan tersebut merupakan tindakan orang tua.
Padaha sangat diharapkan kehadiran anak muda demi melestarikan kegiatan sosial.
Sebagai ujung tombak masyarakat anak muda harus ikut berpartisipasi terhadap kegiatan kebudaayaan supaya ada yang meneruskan nantinya.
Perlu kita berdiskusi untuk jangka panjang dalam melestarikna kebudayaan.
Bagaimana pendapat kawan-kawan.
Jika menurut saya,semua itu bisa terjadi akibat adanya budaya-budaya dari luar yang masuk ke Indonesia, seperti contohnya budaya barat yang paling mendominasi. oleh sebab itu anak-anak muda terutama yang pendidikan tentang budayanya sangat kurang,pasti akan gampang terpengaruh oleh budaya luar. Karena untuk saat ini dengan memiliki HP saja,kita sudah bisa menjelajahi seisi dunia dan bisa melihat tren dan budaya di negara lain. Tapi yang jadi permasalahannya anak-anak muda banyak yang menganggap tidak menarik akan budaya di daerahnya masing-masing.

Terus faktor yang menjadikan budaya-budaya yang ada di Indonesia semakin tidak terjaga,itu disebabkan karena terkadang budaya tersebut ada yang bertentangan dengan suatu agama,dan terkadang ada juga budaya yang memang bisa dibilang jahiliah/atau kurang senonoh untuk terus di pertahankan. Tapi itu sisi negatifnya, menurut saya budaya yang bersifat negatif,jika tidak dipertahankan juga tidak masalah. Tapi jika budaya tersebut memang berdampak positi,maka budaya tersebut wajib untuk dilestarikan.
hero member
Activity: 2478
Merit: 512
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
Sebenarnya sangat kompleks permasalahan apabila terkait dengan kebudayaan, jika di tarik benang merah permasalahannya terletak pada kurangnya perhatian anak muda saja. Perlu kita garis bawahi bahwa, kekurangan penghargaan anak muda pada budaya sendiri adalah akibat kurangnya dorongan dan pengawasan dari orang tua. Sebenarnya hal ini menjadi kontrol sosial bersama dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaganya, namun jika budaya dirincikan lebih lanjut terkait dengan adat istiadat, maka yang paling bertanggung jawab atas kemunduran ini adalah pemangku adatnya sendiri.

Bahasa, wilayah geografis, dan adat adalah bagian yang disebut dengan Budaya. jika salah satu dari tiga hal tersebut hilang maka otomatis akan di sebut dengan kemunduran berbudaya.

Pages:
Jump to: