Pages:
Author

Topic: "Ideologi dan Neo-Imperialisme" memahami Dunia Bitcoin - page 6. (Read 973 times)

member
Activity: 672
Merit: 10
umachit.fund
Saya rasa sebagai mana salah satu filosof yunani berkata bahwa orang mau bekerja ketika dia tau apa yang dikerjakan. Artinya kita dituntut untuk memiliki pendidikan. Pendidikan yg bs saya tafsirkan adalah ilmu pengetahuan. Berpendidikan tidak harus memiliki ijazah. Karena bodohnya sesorang iti tidak diukir pada berapa banyak ijzazah yg dimiliki, melainkan kemauan dia dalam memahami sesuatu itu bagaimana. Begitu juga dlm dunia bitcoin. Kita harus memiliki pengetahuan
full member
Activity: 490
Merit: 100
pendidikan memang sangat penting untuk kehidupan manusia dalam meingkatkan kualitas hidup mereka tetapi kalau menurut saya proses dalam pendidikan tersebut jauh lebih penting daripada selembar ijazah karena di Indonesia banyak yang berijazah tinggi tetapi tidak memiliki pengetahuan yang sesuai dengan ijazah mereka. orang yang pintar tidak selalu karena mereka berijazah tinggi tetapi adalah mereka yang mau belajar karena ilmu tidak hanya sebatas dibangku sekolah saja. seperti ilmu tentang crypto currency yang tidak bisa kita dapatkan di sekolah tetapi karena kita mau belajar maka kita akan tahu banyak tentang hal tersebut.
member
Activity: 378
Merit: 10
Menurut ane jika untuk terjun di dunia cryptocurrency tidak akan ada beda sama saja apa dia berpendidikan ataupun tidak ada berpendidikan yang tinggi,yang sangat penting ingin belajar akan pasti tau semua itu.
full member
Activity: 664
Merit: 100
"Ideologi dan Neo-Imperialisme" memahami Dunia Bitcoin

Pendapat saya : Idiologi merupakan hal yang sangat determinan dalam kehidupan. Bagaimana tidak, dalam kehidupan sehari-sehari baik dari pola berperilaku maupun pola berpikir, kita tidak akan terlepas dari pengaruh struktur idiologi yang mendominasi. Sebuah perumpamaan, sekolah dan ijazah (dalam memahami perkembangan bitcoin)

Fakta di lapangan di kalangan sosial bermasyarakat mengatakan, bahwa tanpa bersekolah dan ijaazah, manusia akan menjadi makhluk bodoh, miskin, bahkan diklaim sebagai makhluk tergolong "primitif" dan tidak bisa menjalankan atau bekerja, apalagi investasi dibitcoin. Sehingga banyak manusia berlomba-lomba saling mengejar selembar kertas bernama ijazah di jenjang pendidikan setinggi mungkin supaya menjadi manusia pintar, kaya, berpangkat, bermartabat dan beradab.

Disadari atau tidak, hal ini akan mengakibatkan 2 konsekuensi. Pertama, tanpa bersekolah, manusia akan menjadi bodoh. Kedua, sekolah menjadi perlombaan untuk mengejar ijazah agar mendapat pekerjaan dan pangkat yang layak.

Jika kita cermati, 2 konsekuensi ini tampak sangat paradoksal. Kenapa, karena bagai mana mungkin sekolah yang dipercaya sebagai tempat menjadikan manusia berilmu, termarginalkan menjadi tempat kontestasi perebutan ijazah agar mendapatkan pangkat dan pekerjaan. Sehingga, sekolah tak lagi dijadikan tempat mendidik manusia agar mencari ilmu secara serius.

Lebih jauh, sekolah kini merupakan kontestasi media pencari pekerjaan. Maka tak heran semisal Agus Sunyoto mengatakan, SEKOLAH IALAH AJANG PEMBODOHAN. Karena kini ia menjadi tempat berlomba untuk mendapatkan pekerjaan, berburu nilai dan IPK setinggi mungkin. Bukan tempat yang secara serius mengajarkan peserta didiknya mendapat ilmu dan pelajaran.

Tidak hanya berhenti sampai di sana, hasil bersekolah berupa ijazah merupakan barometer "kepintaran" dan kesuksesan. Tentunya hal ini menjadi diskursus mitos-mitos baru sebagai konsekuesi modernitas (meminjam bahasa Max Horkheimer dan Teodor W. Adorno dalam bukunya Der Dialectic Aufklarung).
Kepercayaan (kesadaran) selayang pandang seputar sekolah dan ijazah di atas, merupakan fenomena kesadaran palsu, yang tak lain adalah dampak dari kesadaran yang terkonstruk sekaligus tertanam dalam struktur ideologi yang mendominasi.

Ada hal menarik saat membincang Ideologi dan kesadaran palsu. Namun, perbincangan kita hari ini kita batasi kepada salah seorang tokoh marxis-strukturalis, Louis Althusser. Di mana pemikirannya mendekonstruksi (membongkar, menelenjangi) idiologi yang mengakar mapan dalam kehidupan.

Lebih jelas Althusser mengatakan, idiologi merupakan penindasan baru di abad dewasa ini (post-kolonialisme dan post-kapitalisme). Di sisi lain, idiologi lumrahnya juga dapat dikatakan penggerak sejarah. Membedai dengan Karl Marx, jika dia mengatakan bahwa determinasi penggerak sejarah, sangat dipengaruhi oleh penguasaan akan hal-hal bersifat materialistis. "Simple"nya, materi adalah penggerak sejarah. Maka, Louis Althusser berpendapat lain. Bahwa, sejarah bukanlah digerakkan oleh segala perihal perebutan materi. Melainkan, sejarah digerakkan oleh struktur idiologi yang mendominasi.

Idiologi inilah yang menjadi faktor determinan dalam menggerakkan manusia berpikir dan berperilaku. Tak terkecuali perebutan hal-hal bersifat materialistis.

Dalam bukunya, Filsafat Sebagai Senjata Revolusi, merupakan salah satu cara yang ditawarkan oleh Althusser untuk mendekonstruksi idiologi-idiologi yang mengakar. Secara ringkas Althusser berpendapat, penanaman idiologi ditanamkan oleh 2 model. Pertama, Aparatus Negara (institusi, polisi, tentara dsb), yang mana dalam hal ini, ia menanamkan idiologi bertendensi kepada hal represif.

Kedua, Aparatus Idiologi Negara (pendidikan, keluarga, media massa, masyarakat dsb), yang mencoba menanamkan struktur ideologi secara halus dan menyerang secara ketaksadaran.

Ketikkan pesan...
bagaimana menurut master. Apakah menjalankan bitcoin harus orang pendidikan ?
terjadi dikota saya

Menurut saya gan dalam bidang bitcoin ini tidak perlu medapatkan title yang tinggi, tetapi tidak di pungkiri pendidikan itu perlu, knpa sayang bilang perlu, karena dalam pendidikan bukan pengetahuan saja yang didapat, tetapi pola pikir juga di asah,  setiap jenjang pendidikan itu pasti akan berbeda dalam pola pikir dan berprilaku. pengalaman yang sudah di dapat juga salah satu faktor yang penting, karena manusia yang berusaha pasti ingin merubah dirinya menjadi lebih baik. berpendidikan maupun yang tidak berpendididkan inging mejadi lebih baik dalam financial atau pun dalam hal lainnya, intinya mereka harus belajar(dalam hal bitcoin ataupun yang lainnya).
newbie
Activity: 154
Merit: 0
Berpendidikan kalau menurut saya benar juga gan, namu tidak mesti pendidikan formal, non formal juga bisa. karena sebelum kita melangkah dalam dunia bitcoin, perlu adanya memahami dengan benar tentang seputaran BTC / Bitcoin. Disamping itu juga harus dibekali dengan tekat yang kuat dan sungguh-sungguh, serta dilengkapi dengan minat yang tinggi kita juga akan terdidik dengan baik.
newbie
Activity: 154
Merit: 0
"Ideologi dan Neo-Imperialisme" memahami Dunia Bitcoin

Pendapat saya : Idiologi merupakan hal yang sangat determinan dalam kehidupan. Bagaimana tidak, dalam kehidupan sehari-sehari baik dari pola berperilaku maupun pola berpikir, kita tidak akan terlepas dari pengaruh struktur idiologi yang mendominasi. Sebuah perumpamaan, sekolah dan ijazah (dalam memahami perkembangan bitcoin)

Fakta di lapangan di kalangan sosial bermasyarakat mengatakan, bahwa tanpa bersekolah dan ijaazah, manusia akan menjadi makhluk bodoh, miskin, bahkan diklaim sebagai makhluk tergolong "primitif" dan tidak bisa menjalankan atau bekerja, apalagi investasi dibitcoin. Sehingga banyak manusia berlomba-lomba saling mengejar selembar kertas bernama ijazah di jenjang pendidikan setinggi mungkin supaya menjadi manusia pintar, kaya, berpangkat, bermartabat dan beradab.

Disadari atau tidak, hal ini akan mengakibatkan 2 konsekuensi. Pertama, tanpa bersekolah, manusia akan menjadi bodoh. Kedua, sekolah menjadi perlombaan untuk mengejar ijazah agar mendapat pekerjaan dan pangkat yang layak.

Jika kita cermati, 2 konsekuensi ini tampak sangat paradoksal. Kenapa, karena bagai mana mungkin sekolah yang dipercaya sebagai tempat menjadikan manusia berilmu, termarginalkan menjadi tempat kontestasi perebutan ijazah agar mendapatkan pangkat dan pekerjaan. Sehingga, sekolah tak lagi dijadikan tempat mendidik manusia agar mencari ilmu secara serius.

Lebih jauh, sekolah kini merupakan kontestasi media pencari pekerjaan. Maka tak heran semisal Agus Sunyoto mengatakan, SEKOLAH IALAH AJANG PEMBODOHAN. Karena kini ia menjadi tempat berlomba untuk mendapatkan pekerjaan, berburu nilai dan IPK setinggi mungkin. Bukan tempat yang secara serius mengajarkan peserta didiknya mendapat ilmu dan pelajaran.

Tidak hanya berhenti sampai di sana, hasil bersekolah berupa ijazah merupakan barometer "kepintaran" dan kesuksesan. Tentunya hal ini menjadi diskursus mitos-mitos baru sebagai konsekuesi modernitas (meminjam bahasa Max Horkheimer dan Teodor W. Adorno dalam bukunya Der Dialectic Aufklarung).
Kepercayaan (kesadaran) selayang pandang seputar sekolah dan ijazah di atas, merupakan fenomena kesadaran palsu, yang tak lain adalah dampak dari kesadaran yang terkonstruk sekaligus tertanam dalam struktur ideologi yang mendominasi.

Ada hal menarik saat membincang Ideologi dan kesadaran palsu. Namun, perbincangan kita hari ini kita batasi kepada salah seorang tokoh marxis-strukturalis, Louis Althusser. Di mana pemikirannya mendekonstruksi (membongkar, menelenjangi) idiologi yang mengakar mapan dalam kehidupan.

Lebih jelas Althusser mengatakan, idiologi merupakan penindasan baru di abad dewasa ini (post-kolonialisme dan post-kapitalisme). Di sisi lain, idiologi lumrahnya juga dapat dikatakan penggerak sejarah. Membedai dengan Karl Marx, jika dia mengatakan bahwa determinasi penggerak sejarah, sangat dipengaruhi oleh penguasaan akan hal-hal bersifat materialistis. "Simple"nya, materi adalah penggerak sejarah. Maka, Louis Althusser berpendapat lain. Bahwa, sejarah bukanlah digerakkan oleh segala perihal perebutan materi. Melainkan, sejarah digerakkan oleh struktur idiologi yang mendominasi.

Idiologi inilah yang menjadi faktor determinan dalam menggerakkan manusia berpikir dan berperilaku. Tak terkecuali perebutan hal-hal bersifat materialistis.

Dalam bukunya, Filsafat Sebagai Senjata Revolusi, merupakan salah satu cara yang ditawarkan oleh Althusser untuk mendekonstruksi idiologi-idiologi yang mengakar. Secara ringkas Althusser berpendapat, penanaman idiologi ditanamkan oleh 2 model. Pertama, Aparatus Negara (institusi, polisi, tentara dsb), yang mana dalam hal ini, ia menanamkan idiologi bertendensi kepada hal represif.

Kedua, Aparatus Idiologi Negara (pendidikan, keluarga, media massa, masyarakat dsb), yang mencoba menanamkan struktur ideologi secara halus dan menyerang secara ketaksadaran.

Ketikkan pesan...
bagaimana menurut master. Apakah menjalankan bitcoin harus orang pendidikan ?
terjadi dikota saya


Menurut saya gan, tidak mesti berpendidikan tinggi dalam menjalankan bitcoin, pertama bitcoin tidak memberi syarat khusus orang berpendidikan tinggi, minamal saya pikir dia mengerti dulu komputer atau teknologi sekalian manfaat dari teknologi itu sendiri. Yang kedua berbicara pendidikan otomatis sangat luas, pendidikan punya disiplin ilmu masing2, okelah katakanlah yang berpendidikan dengan spesialisasi ekonomi mungkin lebih cepat memahami dunia investasi dll sebagainya. Akan Tetapi dalam konteks ini lain persolan, kita ada kesempatan untuk belajar memahami dunia investasi secara autotidak, inibkesempatan luar biasa di era ini tanpa harus mengikuti dunia pendidikan formal, saya pikir cukup demikian menurut saya. Terimaksih.
member
Activity: 700
Merit: 10
Menurut saya, uang tidak mengenal ideologi ataupun tingginya pendidikan seseorang. Uang akan menghampiri orang yang percaya pada kerja keras dan juga kerja cerdas. Sama dengan memahami bitcoin, yang di perlukan adalah percaya bahwa bitcoin adalah investasi yang akan menghasilkan uang karena telah terbukti di tahun lalu
member
Activity: 434
Merit: 10
Menurut ane untuk mengenal bitcoin sesungguhnya tidak harus berpendidikan tinggi tetapi untuk bagaimana berinvestasi dan mamanejemen keuangan membutuhkan orang yang berpendidikan sehingga pengetahuan bitcoin tidak hanya di kalangan pemula tetapi seiring dengan waktu terus maju dan berkembangan demi kemajuan invenstasi tetapi juga kemajuan intelektual.
newbie
Activity: 104
Merit: 0
Re: "Ideologi dan Neo-Imperialisme" memahami Dunia Bitcoin
Memang tidak semua orang yang tau bitcoin bisa menjalan kan bitcoin dan yang bisa mwnggunakan pun tidak harus orang ber pendidikan  yang tinggi tapi orang berpengalamanlah yang bisa mampu segalanya gitu gan menurut saya
full member
Activity: 602
Merit: 100
Gan, mengenai pemaparan panjang mengenai ideologi dan seterusnya yang agan sampaikan, ini sebenarnya hubungannya ke mana yah? Maaf saya masih belum ngeh sama arah dari posting agan, apakah sekedar bertanya apakah untuk menjalankan atau bermain di bitcoin harus berpendidikan tinggi atau tidak, karena di kota agan ada anggapan begitu?

Kalau iya, maka di sini sepertinya agan menduga ada upaya ideologis untuk membuat bitcoin hanya digunakan oleh orang-orang yang berada di kelas menengah atas saja, atau mungkin lebih tepatnya borjuis. Dalam pandangan struktural konflik, yang memang memandang adanya konflik kelas, saya rasa pasti arah pemahamannya akan ke sana.

Menurut saya makna "berpendidikan" itu harus di dekonstruksi, siapa yang mengucapkan, kepentingan apa yang dimiliki, dan lain sebagainya. Secara tidak langsung, term itu mensyaratkan bahwa orang yang bermain investasi di bitcoin adalah orang yang harus punya ijazah, which is kembali lagi ke fakta yang disampaikan bahwa ijazah menjadi barometer seseorang. Secara tidak langsung, ungkapan itu menunjukkan pemahaman bahwa yang boleh dan bisa investasi atau menggunakan bitcoin adalah orang-orang yang punya ijazah.

Menurut saya kurang tepat. Karena fakta sendiri sudah membuktikan, tidak semua orang yang punya ijazah paham bitcoin dan tidak semua yang paham bitcoin punya ijazah. Lebih tepatnya, semua orang yang paham bitcoin/investasi bitcoin pasti punya pengetahuan mengenai hal tersebut. Ini hukum alamiah, mana mungkin orang main investasi tanpa tahu apa yang akan dia investasikan, seperti yang sudah di bilang oleh agan-agan di atas.

Sebenarnya saya lebih tertarik membahas poin-poin ideologis yang lain sih, tapi sepertinya bakal OOT.


idiologi dan neo-impirisme masyarakat pada zaman sekarang sangatlah beda dengan masa lalu. penilaian kepada seseorang dilihat dari status sosialnya, ketika pangkat dan martabat seseorang tinggi maka akan dinilai sangat baik.

beda dengan masa lalu yang mengutamakan semangat dan kemauan yang tinggi akan dinilai sangat baik.
jadi tidak bisa dipungkiri. penilaian seseorang ketika mempelajari dunia bitcoin atau dunia cryptocurrency membutuhkan pendidikan yang tinggi. padalah semuanya bisa karena pandangan saya. pembelajaran bitcoin hanya ilmu kebiasaan.
terima kasih

masa lalu yang mana itu gan? menurut saya penilaian atas status sosial itu sudah ada sejak dulu pula pada umumnya, walaupun mungkin di daerah" bisa berbeda.

dan, "ideologi" dan "neo-imperialisme" itu dua hal yang berbeda gan, neo-imperalisme adalah paham ideologi, sehingga ketika gan menyebutkan ideologi jaman sekarang dan jaman dulu beda itu semestinya mengacu pada jenis-jenis ideologi, yang tidak bisa disamakan dengan neo-imperalisme. neo-imperialisme, seperti namanya adalah imperialisme gaya baru.



Hemm..
Saya kurang memahami juga terkait topik yang dibahas. Idiologi dan neo-imperialisme secara mendalam, hanya dasarnya.

Terima kasih penjelasannya gan.
Tapi pemahaman saya, idiologi dan neo- imperialisme adalah satu topik yang sama yaitu pola pikir atau cara memahami sesuatu. Ex. termasuk dalam topik memahami bitcoin diatas.

full member
Activity: 469
Merit: 102
FIRST NFT FORUM TOTALIZER
Tidak ada batasan orang dikatakan pintar atau bodoh dalam hal apapun,  karena setiap manusia diberi porsi yang sama (otak) yang ada hanya malas atau tidak.
Kalau untuk urusan bitcoin saya rasa tidak ada batasan pendidikan,  yang penting dia mau belajar atau tidak, seorang profesor pun kalau gag mau belajar tentang dunia cripto pasti juga kalah sama hanya lulusan sd yang mau belajar dengan tekun,
member
Activity: 280
Merit: 17
Ane rasa tidak harus berpendidikan tinggi gan, untuk bergabung dengan bitcoin, karna yang penting kita harus semangat gan,
Dan yang utamakan yakin membaca agar bisa memahami disegala bidang yg berkaitan dengan bitcoin, maka jika kita rajin membaca, ane yakin pasti kita bisa, seperti para senior senior yang lain.
newbie
Activity: 9
Merit: 0
Bagi saya siapapun yang mau masuk ke dunia bitcoin ini yang penting orang itu suka dalam membaca otomatis orang tersebut pasti mengerti dan memahami apa itu bitcoin, yg sulit ketika orang itu tidak bisa dlm membaca dan memahami otomatis dia tidak akan mengerti kan kalu menurut saya begitu gan. 
newbie
Activity: 85
Merit: 0
Menurut saya , tidak perlu pendidikan tinggi dan gelar besar untuk bergabung/bermain di bitcoin. Kalau menurut saya, cukup dengan ilmu saja ini sudah bisa dijalankan. Cukup kita memiliki ilmu tentang dunia crypto dan investasi agar bisa menjalankan bitcoin
member
Activity: 378
Merit: 10
Jika untuk memahami bitcoin ini tidak mesti orang orang yang berpendidikan aja,siapa saja di bolehkah bergabung dengan dunia di gital ini yang lagi berkembang pada saat ini di kalangan masyarakat yang sangat banyak untuk melakukan investasi di bitcoin ini.
newbie
Activity: 139
Merit: 0
Memang siapa saja boleh bergabung dengan bitcoin tidak harus orang yang berpendidikan, asalkan orang yang mempunyai semangat tinggi,  tidak mudah menyerah serta sabar menjalankan tugas,  insyaAllah tidak ada halangan untuk bisa sukses disini.
hero member
Activity: 1736
Merit: 501
Untuk para pencari,pengguna,pemilik dsn untuk menjalankan bitcoin saya rasa tidak perlu harus berpendidikan  karena dunia cryptocurency hadir untuk memudahkan semua kalangan dan biarlah semua itu berjalan sesuai alurnya.
jr. member
Activity: 226
Merit: 1
Kalau menurut saya gan, gak mesti orang pendidikan saja yang memahami Dunia Bitcoin. karena siapa yang mau belajar pasti bisa bergabung dalam dunia digital ini yang sangat berkembang pesat dalam kalangan masyarakat luas dalam melakukan Investasi Bitcoin sehingga tidak asing lagi bagi masyarakat yang menggunakan nya.
full member
Activity: 182
Merit: 100
pintar itu relatif gan sedangkan cryptocurencies sendiri tidak di ajarkan di sekolah2 atau perguruan tinggi manapun, jadi tidak ada batasan pendidikan untuk menjalankan bitcoin, berpendidikan tidak menjamin sukses di bitcoin begitu juga sebaliknya, contoh ada teman saya yang berpendidikan tinggi tapi tidak juga paham saya jelaskan cara kerja bitcoin.
full member
Activity: 518
Merit: 100
tidak mudah menjalankan bitcoin tidak semua orang bisa menjalankanya jadi hanya orang yang mempunyai pengetahuan dan orang yang mau belajar tentang bitcoin yang bisa menjalankanya.
Pages:
Jump to: