Pages:
Author

Topic: Isu Resesi 2023, Peluang Beli Bitcoin? - page 3. (Read 2090 times)

copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
January 22, 2023, 09:05:30 AM
#93
Dampak resesi sepertinya tidak terlalu bepengaruh buktinya bitcoin terus naik. Karena bitcoin aset cypto tidak terhubung sama perusahaan. Tapi kalo saham ketika perusahaan2 pada tumbang akibat stagflasi, Saham2 juga ikut jatuh.
Masih terlalu dini untuk bikin statemen kalau resesi tidak berpengaruh terhadap Bitcoin karena ini masih awal Q1 2023, yang tentunya masih sangat jauh dari prediksi karena ada yang meramal Q3 dan ada yang meramal Q4. Yang menarik adalah pada triwulan tersebut, seharusnya efek dari Bitcoin halving sudah terasa. Nah, mana yang lebih kuat? Halving atau resesi? Ini adalah fenomena yang menarik untuk disimak apabila beneran resesi.

Mungkin kalau sudah Q2 terlewati dan tidak ada dump, berarti memang tidak ada kesempatan serok di bawah karena bakal ada sentimen baru (yaitu halving) yang akan bermain. Sekian penerawangan ane Grin
sr. member
Activity: 434
Merit: 272
January 21, 2023, 12:26:14 PM
#92
Dampak resesi sepertinya tidak terlalu bepengaruh buktinya bitcoin terus naik. Karena bitcoin aset cypto tidak terhubung sama perusahaan. Tapi kalo saham ketika perusahaan2 pada tumbang akibat stagflasi, Saham2 juga ikut jatuh.

Mekipun begitu dengan Momentum seperti ini baik bagi kita untuk menambah pengetahuan dan menyicil bitcoin yang memang memiliki fundamental baik dan potensial ke depannya dan tetap waspada terhadap pergerakan market.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2253
From Zero to 2 times Self-Made Legendary
January 18, 2023, 01:09:23 PM
#91
Bagi saya pribadi VA lebih cocok untuk jangka menengah saja. Saya pernah mempraktikannya dan lumayan efektif.
Namun untuk jangka panjang tetap saja DCA yang paling menenangkan jiwa  Grin. Karena tujuan DCA inipun supaya rata-rata harga pembelian menjadi relative lebih murah. Apalagi jika strategi DCA nya sedikit di modifikasi. Diatur atau disesuaikan saja. Tapi bagi yang masih panikan dan menggunakan uang panas maka DCA tidak akan bisa dijalankan. Karena saya yakin Mentalitas yang akan terganggu jika kita melakukan DCA dengan uang yang tidak sepenuhnya dingin. Karena DCA hanya efektif untuk jangka panjang. Dan invest untuk jangka panjang tentu harus uang yang benar-benar dingin. Sayapun melakukan DCA hanya dari hasil profit dan signature saja. Jadi Mentalitas tetap terjaga. Mau harga naik hayuuu, mau harga turun tambah muatan  Grin .

Kalo menurutku VA juga cocok buat jangka panjang, karena baik VA atau DCA memiliki prinsip yang sama, yakni membeli (menambah) jumlah aset secara periodik. Yang berbeda hanya dijumlah nominal dari dana yang digunakan untuk menabung aset. Jika DCA pada umumnya menggunakan nominal dana yang tetap (contoh 1 Juta untuk entry perbulannya, dan cenderung mengabaikan harga aset di market), sedangkan pada VA diorientasikan pada nilai aset (contoh : nilai aset setara dengan kelipatan 1 juta perbulannya, sehingga jumlah modal disesuaikan dengan harga market).
hero member
Activity: 952
Merit: 779
January 18, 2023, 12:15:10 AM
#90
Ane baca rata-rata pada mention Dollar Cost Averaging (DCA), ini adalah teknik manajemen risiko untuk jangka panjang dengan asumsi pembelian buruk akan ditutup oleh pembelian baik, sehingga asalkan asetnya secara umum naik, portfolio agan nilainya juga naik. Bukan yang terbaik, namun yang risikonya paling kecil.

Kalau ingin lebih agresif, sebetulnya ada teknik lain yang lebih cocok kalau terjadi penurunan nilai yang besar, yaitu Value Averaging (VA). Di sini pembelian tiap bulannya agan menjadi lebih besar kalau terjadi penurunan portfolio yang dalam. Misalnya:
- Budget tiap bulan 1jt
- Nilai portfolio sudah 10jt di bulan lalu
- Di bulan ini nilai portfolio turun ke 7jt

Nah kalau di DCA, agan tetap invest 1jt meskipun ini adalah potensi baik untuk serok. Kalau pakai VA, maka target porfolio adalah 10jt + 1jt = 11jt, sehingga agan beli lebih banyak, yaitu 11jt - 7jt = 4jt agar sesuai dengan target nilai portfolio. Di bulan berikutnya misalnya nilai portfolio sudah naik jadi 13jt, agan tidak perlu lagi invest karena target porfolio sudah lebih tinggi, yaitu 11jt + 1jt = 12jt.

Gimana? Menarik?

Bagi saya pribadi VA lebih cocok untuk jangka menengah saja. Saya pernah mempraktikannya dan lumayan efektif.
Namun untuk jangka panjang tetap saja DCA yang paling menenangkan jiwa  Grin. Karena tujuan DCA inipun supaya rata-rata harga pembelian menjadi relative lebih murah. Apalagi jika strategi DCA nya sedikit di modifikasi. Diatur atau disesuaikan saja. Tapi bagi yang masih panikan dan menggunakan uang panas maka DCA tidak akan bisa dijalankan. Karena saya yakin Mentalitas yang akan terganggu jika kita melakukan DCA dengan uang yang tidak sepenuhnya dingin. Karena DCA hanya efektif untuk jangka panjang. Dan invest untuk jangka panjang tentu harus uang yang benar-benar dingin. Sayapun melakukan DCA hanya dari hasil profit dan signature saja. Jadi Mentalitas tetap terjaga. Mau harga naik hayuuu, mau harga turun tambah muatan  Grin .
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
January 15, 2023, 09:02:21 AM
#89
Kalau ane punya duit banyak, ane bakal pake metode ini om haha. Ane rasa yang bisa melakukan metode investasi ini adalah mereka yang punya capital cukup banyak, plus punya kepercayaan tinggi atas aset yang mau dibeli. Kecuali valuenya dibuat kecil (misalnya 100 ribu per bulan). Entah kenapa ane jarang lihat hal ini disarankan ke user yang minta nasihat trik investasi di board luar, mungkin karena risiko yang lebih tinggi dibandingkan DCA.
Barusan ane search, ternyata memang yang bilang Dollar Value Averaging (DVA) di sini baru ane lol, mohon koreksi kalau salah.
Nilai 1jt dalam contoh itu bisa diganti dengan katakanlah 100rb gan, jadi tidak benar kalau metode ini buat yang banyak duitnya Grin

Mungkin kurang disarankan untuk pemula karena repot dalam dua hal, yaitu:
- Balancing agar value porto = target value.
- Buy/Sell porto, kalau di DCA kan tidak sell sepanjang durasi DCA, tapi kalau di DVA bisa sell.

Contoh:
- Budget tiap bulan 100rb
- Nilai portfolio sudah 1jt di bulan lalu (aka berjalan 10 bulan)
- Di bulan ini (bulan 11) nilai portfolio naik ke 1,5jt

Berarti ada kelebihan dana 1,5jt - (1jt + 100rb) = 400rb, nah kelebihan ini berarti disimpan di rekening.

Bisa juga menggabungkan DCA & DVA, kalau porto anjlok yang berarti market rekt, kita pakai DVA karena buy jadi murah, sedangkan ketika porto naik yang berarti market pump, kita pakai DCA sehingga tidak perlu wede, dalam kasus di atas berarti nilai portofolio naik ke 1,6jt, target value bulan depan jadi 1,7jt.
legendary
Activity: 2170
Merit: 1789
January 14, 2023, 08:08:35 AM
#88
Gimana? Menarik?
Kalau ane punya duit banyak, ane bakal pake metode ini om haha. Ane rasa yang bisa melakukan metode investasi ini adalah mereka yang punya capital cukup banyak, plus punya kepercayaan tinggi atas aset yang mau dibeli. Kecuali valuenya dibuat kecil (misalnya 100 ribu per bulan). Entah kenapa ane jarang lihat hal ini disarankan ke user yang minta nasihat trik investasi di board luar, mungkin karena risiko yang lebih tinggi dibandingkan DCA.

Namun, ada resiko loss duidnya, karena gak ada usaha yang gak ada resiko.
Memang sulit untuk mengambil risiko ketika ga punya dana cadangan yang cukup. Blind faith malah bisa bikin hidup makin susah, belum juga tidak setiap orang punya kepribadian yang mendukung kalau mau terjun ke dunia yang risknya sangat tinggi. Ane yang sudah beberapa tahun di kripto juga kalau kadang masih ragu kalau mau day trading karena tingkat stress sehari-hari bisa naik. Tentu saja, selama agan tahu risiko, punya plan kalau kondisi terburuk terjadi, dan mau bersabar kalau ada masalah lainnya, by all means do it.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
January 13, 2023, 03:31:44 AM
#87
Ane baca rata-rata pada mention Dollar Cost Averaging (DCA), ini adalah teknik manajemen risiko untuk jangka panjang dengan asumsi pembelian buruk akan ditutup oleh pembelian baik, sehingga asalkan asetnya secara umum naik, portfolio agan nilainya juga naik. Bukan yang terbaik, namun yang risikonya paling kecil.

Kalau ingin lebih agresif, sebetulnya ada teknik lain yang lebih cocok kalau terjadi penurunan nilai yang besar, yaitu Value Averaging (VA). Di sini pembelian tiap bulannya agan menjadi lebih besar kalau terjadi penurunan portfolio yang dalam. Misalnya:
- Budget tiap bulan 1jt
- Nilai portfolio sudah 10jt di bulan lalu
- Di bulan ini nilai portfolio turun ke 7jt

Nah kalau di DCA, agan tetap invest 1jt meskipun ini adalah potensi baik untuk serok. Kalau pakai VA, maka target porfolio adalah 10jt + 1jt = 11jt, sehingga agan beli lebih banyak, yaitu 11jt - 7jt = 4jt agar sesuai dengan target nilai portfolio. Di bulan berikutnya misalnya nilai portfolio sudah naik jadi 13jt, agan tidak perlu lagi invest karena target porfolio sudah lebih tinggi, yaitu 11jt + 1jt = 12jt.

Gimana? Menarik?
legendary
Activity: 2226
Merit: 1086
duelbits.com
January 10, 2023, 04:59:23 PM
#86
BLT itu ada semenjak zaman SBY namun sempat diharamkan oleh rezim sekarang ketika pamor nyari kekuasaan, Namun karena memang sangat efektif bikin rakyat senang, diproyekkan lagi oleh rezim yang sekarang. muna

Selain bertujuan nyari muka ke rakyat, Pemerintah menyalurkan BLT juga untuk mendorong daya beli masyarakat ketika bahan pokok naik, namun karena rakyat tidak cukup penghasilan, nganggur atau upah yang rendah, duit BLT-nya cepet habis, mungkin duit segitu bisa beres dalam sehari buat beli beras, gula, migor dan Indomie. lalu besok-besoknya, tongpes lagi, nyari-nyari lokak lain.
Sepertinya ini mewakili curahan hati masyarakat Indonesia.  Cheesy

Pikir positif aja. Mungkin BLT di rezim sekarang beda dengan BLT jaman dulu, Om. Di rezim yang dulu BLT haram karena gak ada cap/logo halalnya, sedangkay BLT sekarang mungkin ada logo halal MUI nya.

Ya mau gimana lagi, yang namanya BLT memang cuman buat instan. Dalam sehari dua hari sudah habis, apalagi kalo BLT nya dipake buat bayar utang atau beli gadget.

Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.
Masalahnya gak setiap orang bisa kayak temen ente, Om.
Temen ente selain punya ilmu, juga hokinya bagus di trading. Yang lain belum tentu bisa bikin uang BLT 3 jutaan jadi belasan juta. Bisa jadi dari 3 juta malah jadi 300 rebu. Tapi memang ada sisi positifnya jika uang BLT dipake bukan untuk hal yang instan, seperti dijadikan modal trading kayak temen ente atau modal usaha lainnya. Namun, ada resiko loss duidnya, karena gak ada usaha yang gak ada resiko. Jadi hanya yang berani dan punya ilmu, yang layak mencobanya. Tapi kalau cuman modal nekat, mending BLTnya dipake buat beli beras atau bahan pokok lainnya.

hero member
Activity: 1652
Merit: 772
Take a look at my merits, It's lucky number
January 10, 2023, 11:07:56 AM
#85
Mayoritas hasil penelitian tersebut cenderung mengungkapkan bahwa masih terjadi pertumbuhan harga yang positif pada Bitcoin (2.71%-3.27%), Ethereum (1.43%-1.75%), Litecoin (3.2%-3.84%), dan Bitcoin Cash (1.34%-1.62%).

Tersebut yang manakah om? saya tidak melihat adanya naikan dari kata "tersebut" itu. Selain itu, jika om membuat postingan om dengan mengutip atau mengambil gambar dari sumber tertentu, akan lebih bijak jika om mencantumkan sumber kutipan/gambar-nya. Ya walaupun om-nya belum bisa melampirkan gambar, tetap saja akan lebih baik kalau sumbernya di cantumin hehehe...

Dari hasil penelusuran saya, beberapa kalimat yang om jadikan sebagai postingan dikutip dari "Bagaimana Peluang Investasi Bitcoin Saat Resesi?" & "Teknik Investasi Kripto Aman dengan Dollar Cost Averaging (gambarnya juga dari sini)". Saran saya, coba om lanjutkan dulu membaca topik yang di pinned + locked pada main board kita, ntar bisa improve sendiri pengetahuan om tentang forum Wink.
sr. member
Activity: 616
Merit: 274
January 10, 2023, 09:10:41 AM
#84
Resesi merupakan istilah yang mengacu pada kondisi penurunan drastis dalam pertumbuhan ekonomi, terutama pada negara. Selain itu, resesi juga erat kaitannya dengan krisis ekonomi, di mana pertumbuhan ekonomi terus mengalami penurunan berturut-turut. Menurut pengalaman ane atau teori ekonomi ane pribadi, resesi atau krisis dapat terjadi akibat suatu wabah atau perang besar yang menyebabkan kondisi global menjadi hancur.

Sebelum memutuskan untuk memilih Bitcoin sebagai aset investasi dalam menghadapi resesi, Anda sebelumnya mengkaji performa aset Bitcoin berdasarkan pada krisis sebelumnya, yaitu pandemi COVID-19.

Performa Bitcoin Selama Masa Pandemi COVID-19
Mayoritas hasil penelitian tersebut cenderung mengungkapkan bahwa masih terjadi pertumbuhan harga yang positif pada Bitcoin (2.71%-3.27%), Ethereum (1.43%-1.75%), Litecoin (3.2%-3.84%), dan Bitcoin Cash (1.34%-1.62%).

Kalau menurut Ane Investasi Kripto Aman dengan Dollar Cost Averaging (DCA), salah satu teknik investasi paling populer untuk mengurangi risiko aset-aset volatile seperti mata uang kripto. DCA mudah dilakukan oleh siapa saja, terutama untuk investor pemula yang menginginkan return cukup tinggi dalam periode waktu investasi jangka panjang (lebih dari 1 tahun).

Adapun Teknik Dollar Cost Averaging (DCA) mempunyai kelemahan dan keunggulan.

Kelemahan:
1. Tidak cocok untuk investasi jangka pendek (kurang dari 1 tahun).

Keunggulan:
1. Risiko lebih mudah dikontrol karena pembelian aset selalu mengikuti harga terkini.
2. Lebih mudah melakukan diversifikasi aset.
3. Beban modal menjadi lebih ringan

Berikut Contoh Teknik Ane pribadi selama ini pelan pelan Asal klakon:


Maksud dari Lump sum itu sendiri, dari postingan screenshot ane, itu pembelian All ini untuk untuk jangka 12 bulan



legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
January 09, 2023, 08:10:34 PM
#83
kalau pun benar ada terjadi resesi, Setiap terjadi resesi pasti ada aspek komoditi yang tumbuh, mungkin bisa jd salah satu yg tumbuh adalah crypto.
Dan pada akhirnya kita akan bersahabat dengan kondisi yang ada. Di paksa utk berpikir menstabilkan keuangan kita masing-masing.
Entah kenapa sampeyan bisa memperkirakan crypto tumbuh saat resesi, karena pada segi kestabilan harga pun, crypto merupakan komoditi paling tidak stabil di dunia, tentu harus butuh mental dan psikis extra untuk mengholding asset rentan seperti itu. Kalau yang telah mengalami resesi global, misal tahun 2008 tentu akan cepat tanggap, mereka telah mulai menabung dari jauh-jauh hari untuk siap-siap borong properti dan saham murah. Karena dari pengalaman resesi dahulu-dahulunya, baik itu diskenario atau bukan, saham adalah produk yang paling banyak dibeli kala resesi.
sr. member
Activity: 616
Merit: 317
Vave.com - Crypto Casino
January 09, 2023, 09:00:33 AM
#82
semua media bicara soal resesi yang bakal terjadi di tahun 2023, banyak para YT, pakar ekonomi bahkan pengusaha-pengusaha bisnis yang mulai khawatir dan pasang badan buat ngadepin resesi ini. Selain bisa merugikan dan membuat ekonomi menurun, resesi juga bisa bikin kita jadi memiliki financial yang gak stabil.

kalau pun benar ada terjadi resesi, Setiap terjadi resesi pasti ada aspek komoditi yang tumbuh, mungkin bisa jd salah satu yg tumbuh adalah crypto.
Dan pada akhirnya kita akan bersahabat dengan kondisi yang ada. Di paksa utk berpikir menstabilkan keuangan kita masing-masing.
jadi, sya tidak terlalu risau dengan resesi, kita harus terus bergerak maju menyesuaikan dengan kondisi. kurangi jajan dan berinvestasi lah yang tepat.
copper member
Activity: 2324
Merit: 2142
Slots Enthusiast & Expert
January 02, 2023, 11:46:01 AM
#81
Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.
Hmm... sebetulnya menyimpang ini Grin

high risk...
Kebutulan bulan Februari depan saya mendapat tunjangan hidup dari beasiswa Bidik misi di kampus sebesar Rp 4.800.000, ya lumayan kalo beli Bitcoin bisa dapet sekitar 0,018417 BTC, lumayan buat tabungan ke halving juga dan siapa tau nanti bertepatan dengan waktu saya Wisuda di bulan agustus sehingga saya dapat uang tambahan untuk pembayaran.
Ini juga menyimpang Grin
Ya asalkan siap dengan risikonya yang katanya "high risk" itu ya terserah agan sih mau dibuat apa itu dananya. Kalau ane dalam posisi agan sih lebih mengutamakan buat bayar kuliah. Belajar dari SBF dan platform lain yg gugur kemarin itu, mereka salah/kalah ambil posisi trading. Tentunya mereka ambil posisi dengan perhitungan dan kepercayaan diri yang tinggi mirip-mirip yang agan hendak lakukan, yaitu spekulasi.



Kalau mau konservatif ya ga YOLO, ga perlu diada2in duitnya kalau ga ada...
Kalau mau nabung lah sedikit demi sedikit buat jaga-jaga kalau dump beneran, kalau ga dump ya duitnya bisa dipakai buat hal lain.
NAMUN, di satu sisi ada juga yang opit gede YOLO ALL IN beli kripto sampai pakai leverage kanan kiri. Tambah bingung? wkwkwkw
sr. member
Activity: 826
Merit: 460
January 02, 2023, 11:09:14 AM
#80
Isu resesi ini cukup menggemparkan pasar high risk tetunya yang paling utama pada pasar kripto. Kebutulan bulan Februari depan saya mendapat tunjangan hidup dari beasiswa Bidik misi di kampus sebesar Rp 4.800.000, ya lumayan kalo beli Bitcoin bisa dapet sekitar 0,018417 BTC, lumayan buat tabungan ke halving juga dan siapa tau nanti bertepatan dengan waktu saya Wisuda di bulan agustus sehingga saya dapat uang tambahan untuk pembayaran.


Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.

Sayangya tidak semua orang kek gini om,   Grin. Kalau orang belum mengenal sama sekali tentang crypto dan trading kemungkinan jika di beri tahu mungkin mau tidaknya masih 50;50.  Mau maju kalau udah diberitau hig risknya mungkin malah keder.
Ya benar, rata-rata orang tidak siap dengan resikonya, dan tentunya itu membutuhkan pengalaman dan bimbingan, artinya jika secara otodidak seperti saya cukup sulit mendapatkan profit apalagi trader abal-abal yang masih sedikit pengalamannya.
hero member
Activity: 1400
Merit: 770
January 02, 2023, 07:04:03 AM
#79

Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.

Sayangya tidak semua orang kek gini om,   Grin. Kalau orang belum mengenal sama sekali tentang crypto dan trading kemungkinan jika di beri tahu mungkin mau tidaknya masih 50;50.  Mau maju kalau udah diberitau hig risknya mungkin malah keder.

Yang pasti sih sebenarnya BLT itu kadang saya pikir salah penggunaan. Dengan kepelatihan yang sebelumya dilakukan harapanya modal yang didapat bisa menjadi bantuan untuk pengembangan dan produktif menghasilkan income. Jadi tidak habis sekali pakai. Tapi ya memang kalau tidak punya uang lain sih endingnya begitu.
hero member
Activity: 2114
Merit: 740
Leading Crypto Sports Betting & Casino Platform
January 02, 2023, 02:14:15 AM
#78
Kelaupun ada, pemerintah cuman ngasih BLT. Padahal yang penting bukan uangnya, tapi perkerjaan yang bisa menjamin masyarakat untuk mandiri. BLT jauh dari kata solutif, cuman ngabisin anggaran negara tok.
Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.
Nah, kesempatan ini harus dimanfaatkan untuk melipat jumlah uang bantuan dari pemerintah. Sayangnya tidak semua orang dapat melakukan trading meski sebagian kecil sudah memahaminya, belum lagi bagi masyarakat yang buta dengan trading.

Tetap saja bantuan dari pemerintah tidak sepenuhnya efektif untuk memenuhi kebutuhan hidup, yang dibutuhkan rakyat bukan jajan bulanan saat harga beli meningkat, pemerintah harus menciptakan lapangan kerja untuk mengurangi angka pengangguran.

Pemerataan sangat sulit dilakukan pemerintah karena wilayah Indonesia sangat luas. Penderitaan rakyat tidak bisa terobati dengan uang Rp 300 ribu perbulan. Pengamat politik yang masih netral menganggap wajar jika Papua menuntut kemerdekaan karena Papua memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi penduduk lokal dari kemiskinan.
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
January 02, 2023, 01:32:05 AM
#77
Kelaupun ada, pemerintah cuman ngasih BLT. Padahal yang penting bukan uangnya, tapi perkerjaan yang bisa menjamin masyarakat untuk mandiri. BLT jauh dari kata solutif, cuman ngabisin anggaran negara tok.
BLT itu ada semenjak zaman SBY namun sempat diharamkan oleh rezim sekarang ketika pamor nyari kekuasaan, Namun karena memang sangat efektif bikin rakyat senang, diproyekkan lagi oleh rezim yang sekarang. muna

Selain bertujuan nyari muka ke rakyat, Pemerintah menyalurkan BLT juga untuk mendorong daya beli masyarakat ketika bahan pokok naik, namun karena rakyat tidak cukup penghasilan, nganggur atau upah yang rendah, duit BLT-nya cepet habis, mungkin duit segitu bisa beres dalam sehari buat beli beras, gula, migor dan Indomie. lalu besok-besoknya, tongpes lagi, nyari-nyari lokak lain.

Kalau temen saya pinter, duit BLT dari kartu prakerja dia pakai buat trading bitcoin dan malah makin berkembang sampai sekarang, dari dulunya 3 jutaan, sekarang sudah belasan juta, dan dia sekarang tidak ikut lagi program-program pemerintah soal BLT, katanya hidupnya sudah mapan dari trading.
legendary
Activity: 2226
Merit: 1086
duelbits.com
January 01, 2023, 06:45:17 PM
#76
Tepat, meski kami tinggal di desa yang terbilang jauh dari kota, informasi masih bisa disantap karena tekhnologi telah tembus ke seluruh pelosok desa. Saran positif dari agen setidaknya ada sedikit keterkaitan dengan isu resesi, meskipun belum pasti terjadi.
Setidaknya masyarakat sekitar saya tinggal telah melakukan antisipasi dini.
Iya, informasi mudah diterima saat ini karena hampir setiap rumah punya medianya (Radio, HP, Laptop/PC, TV).
Kalau dulu, media-media tersebut jarang ada yang punya bahkan ada yang belum ada. Informasi cuman kita terima dari radio atau koran, yang notabenenya tidak seefektif HP, Laptop/PC, atau TV.

Saya apresiasi agennya, dia setidaknya peduli dengan nasib petani beras. Mereka melakukan tindakan preventif untuk berjaga-jaga misalnya resesi beneran kejadian. Walaupun ada juga imbas negatifnya dari hal ini, yaitu harga beras mulai naik karena stock di pasaran berkurang.

Masyarakat sudah kenyang dengan janji manis dari mereka yang tak pernah kunjung ditepati.
Lebih tepatnya "sudah muak".  Grin
Terlalu banyak kepentingan golongan, hasilnya kepentingan masyarakat menjadi nomer sekian.

Pemerintah mendorong rakyatnya untuk mandiri, namun karena bingung rakyatnya harus kerja ngapain, sehingga rakyat-rakyat ini cari jalan singkat main judi online, slot dan sebagainya supaya dapur tetap ngebul ditengah hantaman inflasi.
Gimana masyarakatnya gak bingung kalau pemerintah cuman mendorong masyarakat untuk mandiri tanpa ngasih solusi masyarakat harus ngapain. Kelaupun ada, pemerintah cuman ngasih BLT. Padahal yang penting bukan uangnya, tapi perkerjaan yang bisa menjamin masyarakat untuk mandiri. BLT jauh dari kata solutif, cuman ngabisin anggaran negara tok.



*Sorry OP kalau rada2 melenceng dari topik.

legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
December 31, 2022, 07:30:07 PM
#75
Sejak Covid-19 rakyat tambah sengsara, pajak naik, BBM naik, bahan pokok naik, tagihan listrik naik, lah pemerintah tambah buncit karena kekayaannya kian berlipat.
Pendapatan pajak untuk tahun ini, per 14 Desember 2022 mencapai 1,634 triliun rupiah Artinya target pajak tahun 2022 sebesar 1,485 triliun rupiah telah melebihi target pemerintah. yang jelas kalau berdasarkan pendapatan pajak, pundi-pundi APBN meningkat lebih dari 100% dari tahun lalu, kenaikan harga BBM dan sebagainya itu juga cukup jitu, walau sangat menyesengsarakan rakyat.

Solusi dari pemerintah sangat diharapkan masyarakat saat badai ekonomi terjadi, pemerintah harus serius menghadapi kondisi ini. Jangan menyuruh rakyat makan ikan asin saat harga daging naik, saat harga cabai naik jangan menyuruh rakyat tanam sendiri. Lelucon seperti ini sangat tidak diharapkan, pemerintah harus memperhatikan kondisi rakyatnya jangan hanya memperkaya diri.
pada beberapa tahun belakangan, kenaikan angka pengangguran tidak begitu banyak karena ditopang oleh perusahaan start up yang mengembangkan modal online work kayak grab dan olshop, namun lambat laun juga perusahaan-perusahan tersebut tidak kuat bertahan karena semakin masive bersaing dalam membakar uang.

Siapa yang bakal mikirin cara untuk pencegahan resesi, Om?
Jangankan menteri, bahkan pimpinan tertinggi negara mulai sibuk dengan kampanye. Kita pikirin sendiri-sendiri aja gimana caranya bisa tetap narik nafas jika resesi beneran kejadian.  Grin
Pemerintah mendorong rakyatnya untuk mandiri, namun karena bingung rakyatnya harus kerja ngapain, sehingga rakyat-rakyat ini cari jalan singkat main judi online, slot dan sebagainya supaya dapur tetap ngebul ditengah hantaman inflasi.
hero member
Activity: 952
Merit: 541
December 30, 2022, 11:02:06 PM
#74
di tempat saya semua harga kebutuhan pokok masih normal dan isu2 harga bakal naik juga belum terdengar, namun apakah saran untuk tidka menjual gabah di kampung mas berasal dari saran para agen2? apakah para agen yang menciptakan efek domino untuk membuat harga beras benar2 naik di tahun 2023 - ngeri drama drama para agen2 sekarang ini.
Agen tentu sudah mendapat sedikit informasi tentang kenaikan beras (semoga tidak terjadi) dari distributor beras yang lebih besar.
Saran dari agen untuk kebaikan masyarakat, bukan mencari keuntungan pribadi. Kalau agen yang menciptakan efek domino mana mungkin dia memberi saran positif, tentu mereka akan membeli seluruh gabah dengan harga yang lebih tinggi.


Kalau masyarakat meningkatkan jumlah simpanan beras, itu sebenarnya imbas positif. Masyarakat menjadi lebih peduli terhadap ketahanan pangan mereka, kedepannya mereka tidak akan kesulitan meskipun resesi benar-benar terjadi. Sekalipun itu tidak terjadi, mereka tidak akan rugi, malahan mereka punya stock berlimpah untuk pangan.
Tepat, meski kami tinggal di desa yang terbilang jauh dari kota, informasi masih bisa disantap karena tekhnologi telah tembus ke seluruh pelosok desa. Saran positif dari agen setidaknya ada sedikit keterkaitan dengan isu resesi, meskipun belum pasti terjadi.
Setidaknya masyarakat sekitar saya tinggal telah melakukan antisipasi dini.

Beda hal dengan di kota, Om. Di kota isu resesi membuat banyak perusahaan yang mengurangi jumlah pekerja. Mereka mencoba untuk mengurangi beban pengeluaran perusahaan. Hasilnya, jumlah pengangguran menjadi meningkat di kota, banyak yang kehilangan sumber pencarian saat ini. Padahal, di sisi lain, harga-harga kebutuhan bahan pokok sudah naik cukup drastis.
Benar sekali Om, belum lagi kebutuhan di kota jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di desa. Kami masih bisa menikmati secangkir kopi dengan harga Rp 3000, sementara di kota harga secangkir kopi mencapai Rp 5000 atau Rp 8000.
Lapangan kerja sempit, belum lagi akibat isu resesi masyarakat semakin kehilangan pekerjaannya. Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib masyarakat sekarang mas.

Mengenai harga hasil kebun yang semakin murah, ini cerita klasik (bukan baru ini saja terjadi). Contoh ketika petani panen kedelai, anehnya malah pemerintah import kedelai. Gimana harga kedelai lokal gak turun, kalau stocknya melimpah karena import dari pemerintah. Ini kan konyol, to?  Roll Eyes
Seperti yang telah dibahas diatas mas, oknum yang ada di pemerintahan lebih mementingkan diri sendiri (memperkaya diri) saat ekonomi masyarakat lagi sempit. Belum lagi sekarang hampir memasuki masa kampanye, fokus mereka akan tertuju untuk mempertahankan kursinya di parlemen. Masyarakat sudah kenyang dengan janji manis dari mereka yang tak pernah kunjung ditepati.
Pages:
Jump to: