Pemilu adalah salah satu pesta demokrasi pemilihan untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali entah itu Pemilihan presiden ataupun kepala daerah. Seperti kita ketahui bersama pemilu untuk tingkat daerah atau Pilkada akan di mulai di tahun 2018 dan sedangkan untuk Pilres akan di mulai di tahun 2019.
Pemilihan umum pertama kali diselenggarakan pada tahun 1955 tepatnya pada masa kabinet Burhanuddin Harahap,
sumber. seperti yang kita tahu selama ini pemilu di lakukan dengan cara tradisional untuk mendapatkan suara rakyat, biasanya seorang yang ingin melakukan pemilihan harus datang langsung ke tempat Penghitungan Suara (TPS) yang di tentukan oleh panitia pemilihan setepat.
Setiap peserta pemilu di wajibkan untuk memilih salah satu calon kandidat yang ada di dalam surat suara. KPU akan memberikan waktu dari jam 07.30 Wib - 01.30 Wib setelah itu panitia setempat akan menghitung hasil suara yang di dapat kemudian akan di proses ke KPU pusat dan melakukan penghitungan ulang untuk mendapat hasil yang valid.
Menurut saya hal itu masih ada celah untuk mendapatkan suara lebih, karna yang menghitung mempunyai pikiran untuk melakukan hal itu. nah, bagaimana jadinya apabila Teknologi Blockchain di terapkan dalam Pemilu?
-
tranparan : Dengan teknologi Blockchain pemilu akan lebih tranparan dan setiap orang dapat mengetahui langsung hasil suara yang masuk
-
Anonim : Seorang seperta pemilu dapat memilih calon kandidat nya tanpa harus di ketahui identitasnya ( namun disini peserta pemilu harus melakukan verifikasi data menggunakan E-KPT)
-
Akurat : penghitungan akan lebih akurat karna akan langsung masuk dalam buku besar di jaringan blockchain
-
Tidak dapat di rubah = Suara yang masuk dalam buku besar jaringan blockchain tidak dapat di rubah oleh siapapun
Contohbuku besar jaringan blockchain
Statistik count
ide yang sangat menarik, tapi saya kurang sependapat dengan anda karena apabila teknolgi blockchain diterapkan dalam pemilu akan mempersulit bagi sebagian warga negara yang lain, karena kebanyakn orang indonesia tidak mengetahui blokchain,,, jadi apabila ingin menerapkan blockchain dalam pemilu harus sosialisasi dari jauh2 hari dan itu tidak mudah karena perubahan cara pemilu nya berubah drastis,,,
Contoh waktu pemilu yang dulu cara memilih dengan mencoblos dan dalam beberapa tahun yang lalu dirubah dengan mencontreng, banyak sekali yang melakukan kesalahn itu cuman yang berbeda dalam cara mencoblos dan menyontreng, apalagi kalau blockchain digunakan walaupun sosialisasi secara terus menerus pasti tidak sepenuhnya sukses, perlu waktu yang panjang untuk menerapkan tekhnolgi blockchain dalam pemilu...