Saya pribadi bukanlah seorang trader tetapi saya cukup aktif di kripto dan justru dalam hal ini saya lebih suka dianggap sebagai pengangguran daripada harus dihadapkan dengan sesuatu yang menurut saya merepotkan maka terkadang dianggap menjadi seorang pengangguran tanpa ada masa depan yang jelas itu tidak seburuk yang dibayangkan karena kita tahu apa yang kita lakukan dan itu hanya anggapan orang lain saja.
Menurut ane kalau keseringan mendengar omongan orang lain akan berdampak buruk pada mental kita sendiri. Ke depan kita akan jadi menuruti omongan mereka dan harus menyenangi diri mereka, padahal pada kenyataannya, mereka semua itu tidak menolong kita, sepeserpun tidak ada kontribusi dalam hidup kita, tapi kok ikut campur. Kalau pun menuruti omongan mereka dan kita terpuruk, justru mereka akan tepuk tangan dan tidak menolong kita. Baiknya kita tutup telingan dan tidak mendengar itu semua, jadilah diri kita sendiri selayaknya kita hidup.
Nah benar, apa kontribusi mereka terhadap hidup kita, sehingga kita harus mendengarkan apa yang mereka katakan? saya tidak memiliki alasan untuk mendengarkan apa yang mereka katakan yang bersifat negatif untuk keberlangsungan hidup kita. Apalagi di negara kita tercinta ini, yang omongan para tetangga lebih pedas dari pada cabe terpedas yang ada dibumi ini.
Dalam hal hal tertentu ada sesuatu yang sifatnya privasi dan ada yang tidak. Namun masalahnya orang orang menjadi terlalu "kepo" untuk mengetahui seluk beluk kehidupan kita, aneh kan. Memang langkah terbaik yang bisa kita lakukan adalah menutup telinga, lagi pula toh mereka tidak tahu apa yang kita lakukan dan dalam beberapa kasus ketika kita menjelaskan mereka tidak memahami apa yang saya jelaskan.
Bagi saya sih yang terpenting adalah keluarga, selama keluarga saya mendukung aktivitas saya maka itu menjadi sebuah dorongan bagi saya. Saya tidak peduli mau dikatakan pengangguran, beban keluarga atau hal negatif lainnya. Lagipula saya juga tidak merugikan mereka.
Saya sepakat, mereka ingin tahu kehidupan kita bukan karena mereka peduli, namun mereka hanya ingin tahu kesusahan kita yang nantinya membuat mereka tertawa. Bukan suudzon, namun beberapa pengalaman mengatakan demikian.