Pages:
Author

Topic: Apakah Bappebti Benar Benar Melindungi Investor Indonesia? - page 5. (Read 3096 times)

legendary
Activity: 2212
Merit: 2228
From Zero to 2 times Self-Made Legendary
Sepakat sama agan DroomieChikito.
Jika merujuk pada artikel dari Pikiran Rakyat Online yang dilampirkan agan HusnaQA sebelumnya (https://bitcointalksearch.org/topic/m.61124339), secara tersirat disebutkan bahwa soal edukasi itu menjadi tanggung jawab bersama pihak-pihak yang kompeten. Kalo belajar sendiri, masalahnya gak semua orang sabar dalam menggali informasi, bisa aja doi malah masuk ke pembahasan crypto yang salah kaprah, bisa berabe.
Jika memang ada edukasi dari pihak yang lebih kompeten ya memang bisa dijadikan sebagai pilihan, namun jika tidak ada satupun pihak yang mau memberikan edukasi masa iya agan tidak berusaha untuk belajar sendiri (membekali diri sendiri). Investasimu adalah tanggung jawabmu sendiri, jadi janganlah terlalu bergantung kepada orang lain.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2852
#SWGT CERTIK Audited
Semua harus ada sinergi, baik dari pemerintah, pelaku/perantara jual beli cryptocurrency maupun dari si Investornya itu sendiri. Dari sisi investor, kalau memang sudah berniat investasi di cryptocurrency mestinya aktif juga dalam mencari informasi akan hal yang dia ingin masuk kesana, apalagi jika dana yang digunakan untuk itu bukan dalam jumlah yang kecil.

Dengan adanya regulasi pemerintah seperti melalui peraturan Bappebti, exchange harus mendapat izin/tanda daftar dari Bappebti, dan lainnya, itu juga secara umum (menurut opini saya) merupakan bagian dari untuk melindungi masyarakat yang ingin investasi dibidang itu.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Baiknya sih masing-masing individu mau mengedukasi dirinya sendiri-sendiri dan tidak tergantung pada campur tangan orang lain. Namanya mau investasi (trading) masa iya tidak mau menggali informasi yang berkaitan dengan aset yang ingin dia miliki. Belajar otodidak memang tidak gampang, namun selama ada usaha dan fasilitas untuk melakukan itu semua, saya pikir hasilnya pasti akan ada kok.

Bisa jadi nanti salah paham jika yang mengedukasi itu orang lain atau yang bukan begitu ahlinya. ~

Sepakat sama agan DroomieChikito.
Jika merujuk pada artikel dari Pikiran Rakyat Online yang dilampirkan agan HusnaQA sebelumnya (https://bitcointalksearch.org/topic/m.61124339), secara tersirat disebutkan bahwa soal edukasi itu menjadi tanggung jawab bersama pihak-pihak yang kompeten. Kalo belajar sendiri, masalahnya gak semua orang sabar dalam menggali informasi, bisa aja doi malah masuk ke pembahasan crypto yang salah kaprah, bisa berabe.
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Sepakat, sebenernya kan tugas Bappebti menyusun regulasi dan mengawasi kegiatan perdagangan berjangka seperti yang disebutkan di Peraturan Menteri Perdagangan Ri Nomor 01/m-dag/per/3/2005 pasal 652. Hanya saja untuk informasi penting tertentu tetap harus diberikan kepada masyarakat (yang pastinya itu mengandung unsur edukasi), baik kepada pelaku investasi maupun masyarakat umum.
Kalo untuk mengedukasi tentang blockchain dan cryptocurrency secara detail itu bukan tugas Bappebti.
Baiknya sih masing-masing individu mau mengedukasi dirinya sendiri-sendiri dan tidak tergantung pada campur tangan orang lain. Namanya mau investasi (trading) masa iya tidak mau menggali informasi yang berkaitan dengan aset yang ingin dia miliki. Belajar otodidak memang tidak gampang, namun selama ada usaha dan fasilitas untuk melakukan itu semua, saya pikir hasilnya pasti akan ada kok.

Bisa jadi nanti salah paham jika yang mengedukasi itu orang lain atau yang bukan begitu ahlinya.

Kerjaan Bappebti banyak, tidak hanya fokus kepada perusahaan pengelolaan kripto, tapi juga perusahaan perdagangan berjangka komoditi lainnya, itu pun secara umum berada di eselon 2 di Biro Pengawasan Pasar Berjangka dan Fisik, yang kemungkinan dipecah lagi khusus pengawasan kripto di eselon 3 sekelas Kabag. atau mungkin bisa saja eselon 4 sekelas kasubag, sehingga tidak berada di puncak pengawasan, dalam hal ini, benturan kepentingan bisa saja terjadi jika di bawahnya kerja udah bener tapi di tingkat atasnya yang ambil keputusan yang gak bener.
legendary
Activity: 2212
Merit: 2228
From Zero to 2 times Self-Made Legendary
Sepakat, sebenernya kan tugas Bappebti menyusun regulasi dan mengawasi kegiatan perdagangan berjangka seperti yang disebutkan di Peraturan Menteri Perdagangan Ri Nomor 01/m-dag/per/3/2005 pasal 652. Hanya saja untuk informasi penting tertentu tetap harus diberikan kepada masyarakat (yang pastinya itu mengandung unsur edukasi), baik kepada pelaku investasi maupun masyarakat umum.
Kalo untuk mengedukasi tentang blockchain dan cryptocurrency secara detail itu bukan tugas Bappebti.
Baiknya sih masing-masing individu mau mengedukasi dirinya sendiri-sendiri dan tidak tergantung pada campur tangan orang lain. Namanya mau investasi (trading) masa iya tidak mau menggali informasi yang berkaitan dengan aset yang ingin dia miliki. Belajar otodidak memang tidak gampang, namun selama ada usaha dan fasilitas untuk melakukan itu semua, saya pikir hasilnya pasti akan ada kok.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Edukasi (crypto) kepada masyarakat bukan menjadi tanggung jawab Bappebti, namun memang akan lebih baik jika dalam proses perdagangan aset kripto diimbangi dengan adanya sebuah penyuluhan secara rutin (bukan hanya sekedar iklan) sebagai bentuk dari perlindungan konsumen yang menjadi tanggung jawab Bappebti. Selama ini bentuk perlindungan konsumen hanya di penetapan peraturan dan perizinan terkait dengan aset kripto yang dimiliki oleh masing-masing Pelanggan aset kripto (konsumen/investor/trader).
Sepakat, sebenernya kan tugas Bappebti menyusun regulasi dan mengawasi kegiatan perdagangan berjangka seperti yang disebutkan di Peraturan Menteri Perdagangan Ri Nomor 01/m-dag/per/3/2005 pasal 652. Hanya saja untuk informasi penting tertentu tetap harus diberikan kepada masyarakat (yang pastinya itu mengandung unsur edukasi), baik kepada pelaku investasi maupun masyarakat umum.
Kalo untuk mengedukasi tentang blockchain dan cryptocurrency secara detail itu bukan tugas Bappebti.
legendary
Activity: 2212
Merit: 2228
From Zero to 2 times Self-Made Legendary
Saya juga pesimis sih, tapi walaupun ditanggapi hal seperti ini saya kira tidak harus di iklankan di tv juga,kalaupun terealisasi saya takutnya malah keluar anggaran yang tidak perlu dan dananya malah menyalur gak tau kemana (tau sendiri lah pemerintahan kita gimana Wink), edukasi masyarakat tentang cryptocurrency itu bagus tapi saya rasa mending jangan dilakukan, selain karena alasan di atas takutnya malah semakin bermunculan scam mengatasnamakan crypto selain itu bappebti juga tidak berfokus hanya pada crypto saja.
Kalo gak dilakukan edukasi, saya membayangkan jika ada selebriti top Indonesia merilis token abal-abal dan beriklan secara masif, kemudian penggemarnya berbondong membeli tokennya. Lalu boom! Developer secara tiba-tiba nge-dump karena udah profit besar, berapa banyak kira-kira orang yang menangis? Jadi ya edukasi melalui media-media tersebut sangat perlu supaya bisa menekan kemungkinan orang terkena scam.
Edukasi (crypto) kepada masyarakat bukan menjadi tanggung jawab Bappebti, namun memang akan lebih baik jika dalam proses perdagangan aset kripto diimbangi dengan adanya sebuah penyuluhan secara rutin (bukan hanya sekedar iklan) sebagai bentuk dari perlindungan konsumen yang menjadi tanggung jawab Bappebti. Selama ini bentuk perlindungan konsumen hanya di penetapan peraturan dan perizinan terkait dengan aset kripto yang dimiliki oleh masing-masing Pelanggan aset kripto (konsumen/investor/trader).
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Saya juga pesimis sih, tapi walaupun ditanggapi hal seperti ini saya kira tidak harus di iklankan di tv juga,kalaupun terealisasi saya takutnya malah keluar anggaran yang tidak perlu dan dananya malah menyalur gak tau kemana (tau sendiri lah pemerintahan kita gimana Wink), edukasi masyarakat tentang cryptocurrency itu bagus tapi saya rasa mending jangan dilakukan, selain karena alasan di atas takutnya malah semakin bermunculan scam mengatasnamakan crypto selain itu bappebti juga tidak berfokus hanya pada crypto saja.
Kalo gak dilakukan edukasi, saya membayangkan jika ada selebriti top Indonesia merilis token abal-abal dan beriklan secara masif, kemudian penggemarnya berbondong membeli tokennya. Lalu boom! Developer secara tiba-tiba nge-dump karena udah profit besar, berapa banyak kira-kira orang yang menangis? Jadi ya edukasi melalui media-media tersebut sangat perlu supaya bisa menekan kemungkinan orang terkena scam.


Meskipun forum ini merupakan salah satu forum tertua yang berisi diskusi tentang cryptocurrency khususnya Bitcoin, untuk lembaga seperti Bappebti (kalau memang ada) kemungkinan juga orang-orang yang paham IT yang ikut memantau update informasinya. Kalau "pejabat" mah sudah lain lagi yang diurusinya Smiley
Haha, karena Bitcointalk gak populer di masyarakat umum. Kalo boleh saya bilang, "pejabat" (meskipun dari Bappebti) adalah masyarakat yang sebenernya gak merasakan urgensinya informasi tentang cryptocurrency, apalagi mampir ke forum yang notabene tampilannya gak menarik secara visual, belum lagi isinya cuma tulisan padahal tingkat literasi Indonesia parah. Yang mikirin hal terkait palingan cuma orang tertentu.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2852
#SWGT CERTIK Audited
Hahaha, sebenernya sama, saya juga sangat gak yakin ini akan sampai ke mereka. Tapi karena bahasannya begitu, akhirnya ya ngobrol sekalian nambah informasi, makanya sekalian aja nyari datanya.
Meskipun forum ini merupakan salah satu forum tertua yang berisi diskusi tentang cryptocurrency khususnya Bitcoin, untuk lembaga seperti Bappebti (kalau memang ada) kemungkinan juga orang-orang yang paham IT yang ikut memantau update informasinya. Kalau "pejabat" mah sudah lain lagi yang diurusinya :)

Saya juga pesimis sih, tapi walaupun ditanggapi hal seperti ini saya kira tidak harus di iklankan di tv juga,kalaupun terealisasi saya takutnya malah keluar anggaran yang tidak perlu dan dananya malah menyalur gak tau kemana (tau sendiri lah pemerintahan kita gimana ;)), edukasi masyarakat tentang cryptocurrency itu bagus tapi saya rasa mending jangan dilakukan, selain karena alasan di atas takutnya malah semakin bermunculan scam mengatasnamakan crypto selain itu bappebti juga tidak berfokus hanya pada crypto saja.
Kalau penyaluran dananya tidak pas atau ada penyelewengan atau dikhawatirkan malah akan bermunculan scam seperti disebutkan diatas, bukan berarti edukasinya yang malah ditiadakan. Yang ada justru penyelewengan tersebut yang harusnya dibenahi/ditiadakan.

Saya lihat di kolom pojok media-nya website bappebti (https://bappebti.go.id/pojok_media/detail/11416), sekitar 2 hari yang lalu diangkat topik mengenai hal berikut:
"(Pikiran Rakyat Online) Edukasi dan Literasi Untuk Konsumen Industri Kripto di Indonesia Perlu Dilakukan".

Jika dilihat dari sumbernya itu diangkat dari tulisan yang ada di Pikiran Rakyat Online, artinya tulisan-tulisan di media nasional yang sudah kredibel bisa saja dipertimbangkan oleh Bappebti untuk dijadikan masukan; Nah bagaimana dengan Bitcointalk?, bisa juga kan kalau informasi atau diskusi yang tertera disini jadi rujukan selama memang konstruktif.
member
Activity: 232
Merit: 36
ZERO
* Mungkin bisa disampaikan langsung ke Bappebti. Saya rada pesimis, entah apakah ada orang-orang Bappebti yang mengikuti juga perkembangan forum Bitcointalk ini.
Saya juga pesimis sih, tapi walaupun ditanggapi hal seperti ini saya kira tidak harus di iklankan di tv juga,kalaupun terealisasi saya takutnya malah keluar anggaran yang tidak perlu dan dananya malah menyalur gak tau kemana (tau sendiri lah pemerintahan kita gimana Wink), edukasi masyarakat tentang cryptocurrency itu bagus tapi saya rasa mending jangan dilakukan, selain karena alasan di atas takutnya malah semakin bermunculan scam mengatasnamakan crypto selain itu bappebti juga tidak berfokus hanya pada crypto saja.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
~ Untuk Profil Demografi dari responder berdasar Gender, Desa/Kota, Usia, dll. bisa dilihat di hal.13-14
Dan kalau 'harapan'nya* agar iklan informasi Bappebti dipetakan berdasar usia, jika merujuk pada statistik penggunanya berikut ini, secara umum media TV untuk generasi 'tua' dan Internet untuk generasi 'muda':
~
Wah thanks, ini data yang pas. Soalnya saya gak begitu rajin nyari data beginian. Ini akhirnya bisa mengkonfirmasi pernyataan dari SEEEP ZEEBOLOGI yang sebelumnya saya tanggapi:

untuk hiburan saya biasanya lebih suka liat youtube, saya kira memang masyrakat terutama kaum muda sudah jarang menonton tv karena mudahnya hiburan yang didapet dari media sosial seperti youtube, tiktok dll.
Tapi saya kira musti melihat data hasil survei sih ini, apakah jumlah masyarakat khususnya anak muda sekarang lebih banyak dari golongan oldies yang masih menonton tayangan dari stasiun TV. ~



* Mungkin bisa disampaikan langsung ke Bappebti. Saya rada pesimis, entah apakah ada orang-orang Bappebti yang mengikuti juga perkembangan forum Bitcointalk ini.
Hahaha, sebenernya sama, saya juga sangat gak yakin ini akan sampai ke mereka. Tapi karena bahasannya begitu, akhirnya ya ngobrol sekalian nambah informasi, makanya sekalian aja nyari datanya.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2852
#SWGT CERTIK Audited
Iya, sayangnya untuk menanggapi soal perbandingan usia penonton TV dan non TV/media digital itu yang belum dapet sih. Kalo untuk data media informasi yang paling dipercaya masyarakat terbaru (tahun 2021) sih ada, bahkan perbandingan pengakses antara medsos dan TV terbaru (tahun 2022) juga ada. Tapi ya itu, untuk mengetahui usia pengakses media-media tersebut ternyata masih belum bisa saya dapetin.
-snip-
Dari data ini aja (tanpa melihat usia), saya pikir sebenernya bisa disimpulkan Bappebti seharusnya tetep beriklan untuk kedua jenis media tersebut, yakni Stasiun TV dan Platform Video Digital. Tapi akan lebih baik memetakan usia penonton, agar konten iklannya bisa lebih efektif menyasar penontonnya.
Saya lihat chart dari link Katadata Media Network (databoks) yang agan cantumkan diatas data sumbernya dari Lembaga Indikator Politik Indonesia (Periode survei: 21 Februari-16 Maret 2022);
link: https://indikator.co.id/wp-content/uploads/2022/04/Rilis-Survei-Online-Feb-Mar-2022-Akses-Media-Perilaku-Digital_Apr-2022.pdf
Untuk Profil Demografi dari responder berdasar Gender, Desa/Kota, Usia, dll. bisa dilihat di hal.13-14

Dan kalau 'harapan'nya* agar iklan informasi Bappebti dipetakan berdasar usia, jika merujuk pada statistik penggunanya berikut ini, secara umum media TV untuk generasi 'tua' dan Internet untuk generasi 'muda':


Rentang usianya disebutkan berdasar istilah, untuk definisi bisa dilihat antara lain disini: https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pontianak/baca-artikel/14262/Generasi-Milenial-Dan-Generasi-Kolonial.html

* Mungkin bisa disampaikan langsung ke Bappebti. Saya rada pesimis, entah apakah ada orang-orang Bappebti yang mengikuti juga perkembangan forum Bitcointalk ini.

sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Kalau data komparasi ini biasanya ada di Globalwebindex (GWI) saya dulu sering nyari data begini. Namun, untuk 2021 (yang terbaru) tidak saya temukan melalui search engine di blognya hanya data 2019. Tapi untuk data pengguna internet di Indonesia ada di Wearesocial yang setiap tahunnya selalu memberikan informasi ini. Berikut adalah beberapa datanya:
~
Iya, sayangnya untuk menanggapi soal perbandingan usia penonton TV dan non TV/media digital itu yang belum dapet sih. Kalo untuk data media informasi yang paling dipercaya masyarakat terbaru (tahun 2021) sih ada, bahkan perbandingan pengakses antara medsos dan TV terbaru (tahun 2022) juga ada. Tapi ya itu, untuk mengetahui usia pengakses media-media tersebut ternyata masih belum bisa saya dapetin. Berikut:

Medium Informasi Paling Dipercaya Masyarakat Indonesia (Tahun 2021):




Media yang Sering Diakses Masyarakat (2022):



Dari data ini aja (tanpa melihat usia), saya pikir sebenernya bisa disimpulkan Bappebti seharusnya tetep beriklan untuk kedua jenis media tersebut, yakni Stasiun TV dan Platform Video Digital. Tapi akan lebih baik memetakan usia penonton, agar konten iklannya bisa lebih efektif menyasar penontonnya.
legendary
Activity: 2198
Merit: 1592
hmph..
Saya kemaren pas bikin posting juga nyari data dapetnya sama, makanya gak saya muat. Karena datanya masih terpisah antara pengguna internet dan konvensional. Saya sempet berusaha nyari lagi, sayangnya belum ketemu udah keburu males duluan.
Dari data tersebut belum bisa dilihat perbandingannya, terutama untuk pemetaan usia kita gak bisa liat.
Kalau data komparasi ini biasanya ada di Globalwebindex (GWI) saya dulu sering nyari data begini. Namun, untuk 2021 (yang terbaru) tidak saya temukan melalui search engine di blognya hanya data 2019. Tapi untuk data pengguna internet di Indonesia ada di Wearesocial yang setiap tahunnya selalu memberikan informasi ini. Berikut adalah beberapa datanya:








lengkapnya, silakan cek di halaman ini: https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia
sr. member
Activity: 2044
Merit: 329
-snip-
Mungkin compare-nya tidak hanya antar media konvensional, tapi juga dengan media kekinian terutama yang berhubungan dengan internet. Untuk media TV dan Radio mungkin yang dicari masih ada ke hiburan, sementara untuk yang lebih serius seperti berita, pembaca koran seperti diatas nampaknya pada beralih ke media-media berbasis web dalam membaca beritanya, terlebih kontennya yang lebih mudah cepat terupdate ketimbang di koran berbasis cetak.

Terlepas media mana yang lebih efektif kalaupun Bappebti mau mengedukasi via iklan di media tersebut, ujungnya balik lagi ke keputusan dari investor tersebut juga. Seperti contoh, coin yang tidak masuk ke daftar-nya Bappebti pun masih ada saja peminatnya, entah karena sudah nge-fans dengan salah satu pengembangnya (artis, publik figur, dll.) atau karena hal lainnya.
benar mas, sepertinya data analisa tentang perbandingan antara pengguna media konvensional dengan media2 berbasis web belum terlalu lengkap. kalo untuk pemasaran saya juga sependapat dengan mas, menggunakan publik figur sepertinya bakal lebih efektif, toh sekarang ini hampir semua publik figur memiliki akun2 di sosial media berbasis video maupun tulisan.

~
Saya kemaren pas bikin posting juga nyari data dapetnya sama, makanya gak saya muat. Karena datanya masih terpisah antara pengguna internet dan konvensional. Saya sempet berusaha nyari lagi, sayangnya belum ketemu udah keburu males duluan.
Dari data tersebut belum bisa dilihat perbandingannya, terutama untuk pemetaan usia kita gak bisa liat.
sama mas, saya juga berusaha nyari data tentang pemetaan usia namun belum ketemu juga Cheesy
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
~
Saya kemaren pas bikin posting juga nyari data dapetnya sama, makanya gak saya muat. Karena datanya masih terpisah antara pengguna internet dan konvensional. Saya sempet berusaha nyari lagi, sayangnya belum ketemu udah keburu males duluan.
Dari data tersebut belum bisa dilihat perbandingannya, terutama untuk pemetaan usia kita gak bisa liat.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2852
#SWGT CERTIK Audited
-snip-
Mungkin compare-nya tidak hanya antar media konvensional, tapi juga dengan media kekinian terutama yang berhubungan dengan internet. Untuk media TV dan Radio mungkin yang dicari masih ada ke hiburan, sementara untuk yang lebih serius seperti berita, pembaca koran seperti diatas nampaknya pada beralih ke media-media berbasis web dalam membaca beritanya, terlebih kontennya yang lebih mudah cepat terupdate ketimbang di koran berbasis cetak.

Terlepas media mana yang lebih efektif kalaupun Bappebti mau mengedukasi via iklan di media tersebut, ujungnya balik lagi ke keputusan dari investor tersebut juga. Seperti contoh, coin yang tidak masuk ke daftar-nya Bappebti pun masih ada saja peminatnya, entah karena sudah nge-fans dengan salah satu pengembangnya (artis, publik figur, dll.) atau karena hal lainnya.
sr. member
Activity: 2044
Merit: 329
Kalau saya berpendapat sebaliknya, justru yang sudah mengenal internet atau minimalnya punya akun sosmed yang mesti lebih banyak di edukasi dan menjadi prioritas lebih dulu. Alasannya karena scammer lebih mudah atau bahkan malah bisa lebih "untung banyak" dengan melancarkan aksinya melalui media-media internet seperti itu tanpa dia harus bertemu langsung dengan korban, ketimbang harus manual/bertemu langsung "men-scam" orang-orang yang tidak berinteraksi dengan internet.
Saya setuju, saya merasa bahwa mereka mereka ini juga yang sering kena fomo, tahun tahun kemarin juga waktu heboh hebohnya btc sampai tebus ke telinga orang awam banyak yang ikut ikutan invest di btc berharap uangnya bisa menjadi berkali kali lipat nah pas crashnya waktu itu golongan ini juga yang ngasih stigma negatif soal crypto jadi memang saya rasa yang sudah melek teknologi yang perlu diedukasi, kalo untuk golongan kedua yang agan @Husna sebutkan sih biasanya mereka mereka ini yang sering kena Ponzi/MLM berkedok crypto, saya kira pemerintah perlu melakukan edukasi ekstra supaya mereka tidak terjerumus.
teringat tentang MMM, saya juga di tahun 2019 ketika membahas tentang bitcoin pada saudara saya di kampung, mereka langsung berpikir bahwa itu adalah bisnisn MLM kek MMM. saat itu saya langsung menepisnya namun mereka gak merespon baik ketika saya menjelaskan lebih lanjut tentang bitcoin dan akhirnya topik pembahasan saya alihkan ke hal lainnya.
sudah saat nya pemerintah indonesia memberikan perhatian yang sangat khusus terhadap bitcoin dan altcoin, masa ketinggalan jauh ama amerika serikat yang sudah membahas kesana kemari tentang mata uang kripto.

...
selain semakin canggihnya dan murahnya harga smart tv, nonton di youtube juga gampang buat bypass iklan (hanya klik tombol lewatkan iklan)
Tapi saya kira musti melihat data hasil survei sih ini, apakah jumlah masyarakat khususnya anak muda sekarang lebih banyak dari golongan oldies yang masih menonton tayangan dari stasiun TV. Karena banyak juga anak muda yang masuk ke Youtube atau aplikasi non TV, tapi nontonnya tetep konten dari channel-channel milik stasiun TV, mungkin memang mereka penggemar fanatik. Bahkan aplikasi RCTI+ aja ada sekitar 10 juta orang yang download, itu gak mungkin kan kalo orangtua doang yang download. Jadi untuk informasi penting tertentu saya pikir Bappebti masih perlu beriklan di stasiun TV, karena masih efektif untuk "menyentuh" lapisan fanatik tersebut.
data di 2022 seperti nya belum di perbaharui namun ini statistik pengguna media di indonesia di tahun sebelumnya dari sumber databoks;

acara favorit;


bahkan jumlah nya naik ketika ramadhan;
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
untuk hiburan saya biasanya lebih suka liat youtube, saya kira memang masyrakat terutama kaum muda sudah jarang menonton tv karena mudahnya hiburan yang didapet dari media sosial seperti youtube, tiktok dll.
selain semakin canggihnya dan murahnya harga smart tv, nonton di youtube juga gampang buat bypass iklan (hanya klik tombol lewatkan iklan)
Tapi saya kira musti melihat data hasil survei sih ini, apakah jumlah masyarakat khususnya anak muda sekarang lebih banyak dari golongan oldies yang masih menonton tayangan dari stasiun TV. Karena banyak juga anak muda yang masuk ke Youtube atau aplikasi non TV, tapi nontonnya tetep konten dari channel-channel milik stasiun TV, mungkin memang mereka penggemar fanatik. Bahkan aplikasi RCTI+ aja ada sekitar 10 juta orang yang download, itu gak mungkin kan kalo orangtua doang yang download. Jadi untuk informasi penting tertentu saya pikir Bappebti masih perlu beriklan di stasiun TV, karena masih efektif untuk "menyentuh" lapisan fanatik tersebut.
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Emang masih banyak ya yang menonton TV Smiley, belum lagi kalau nonton juga pas ada iklan seringnya di-skip dan pindah ke channel lain.
Lumayan, tapi kalau di rumah sudah tidak ada lagi, pada sibuk nonton netfilx dan youtube.

Itu bisa diantisipasi dengan menggunakan cara kotor kampanye partai atau calon pilkada, yaitu dengan menempelkan brosur informasi di tiang listrik dan pohon.
Haha, cara yang nyampah tapi lumayan efektif, entah kenapa saat ada sesuatu yang ditempel di tiang listrik dan pohon, mata kayak ditarik untuk melirik.
Karena tulisannya gede, semisal JASA SEDOT WC, PINJAMAN BPKB dsb. jadinya bikin tertarik buat ngelirik, itu mungkin bisa ditiru jika ada Token mau IO atau Situs gambling yang nyari market di pinggiran kota, namun harus terus dipantau karena nempel di tiang2 itu rawan dirobek kalau ada anak STM yang iseng.

untuk hiburan saya biasanya lebih suka liat youtube, saya kira memang masyrakat terutama kaum muda sudah jarang menonton tv karena mudahnya hiburan yang didapet dari media sosial seperti youtube, tiktok dll.
selain semakin canggihnya dan murahnya harga smart tv, nonton di youtube juga gampang buat bypass iklan (hanya klik tombol lewatkan iklan)
Pages:
Jump to: