Pages:
Author

Topic: Apakah Bappebti Benar Benar Melindungi Investor Indonesia? - page 6. (Read 3599 times)

sr. member
Activity: 771
Merit: 293
~
OK, saya sudah memperkirakan sebelumnya perihal sanggahan diatas. Jadi urutannya dari yang prioritas hingga ke yang belum terlalu urgen adalah terlebih dulu dari masyarakat yang belum mengenal atau tidak berinteraksi dengan internet, baru kemudian di urutan terakhir ke masyarakat yang baru/sudah mengenal internet, begitukah?
Iya pak, kira-kira begitulah yang ada di kepala saya. Kemudian semua format dan jenis iklan ditayangkan secara serentak dan berulang.

Kalau saya berpendapat sebaliknya, justru yang sudah mengenal internet atau minimalnya punya akun sosmed yang mesti lebih banyak di edukasi dan menjadi prioritas lebih dulu. Alasannya karena scammer lebih mudah atau bahkan malah bisa lebih "untung banyak" dengan melancarkan aksinya melalui media-media internet seperti itu tanpa dia harus bertemu langsung dengan korban, ketimbang harus manual/bertemu langsung "men-scam" orang-orang yang tidak berinteraksi dengan internet.
Pada kasus penipuan investasi MMM beberapa tahun lalu, kebanyakan korban berasal dari lapisan yang tidak mengenal crypto. Dan mereka bukan tau dari internet, tapi didatangi langsung oleh orang-orang dari "perusahaan" MMM tersebut. Malah kebanyakan korbannya orang-orang "ndeso". Saya tau karena beberapa teman saya menjadi korbannya. Apa yang ada di pikiran mereka saat itu? Bitcoin adalah MMM.

Itu adalah salah satu contoh bahwa lapisan masyarakat yang tidak mengenal internet dan juga tidak mengenal cryptocurrency menjadi pihak yang lebih rentan terkena penipuan.

member
Activity: 232
Merit: 36
ZERO
Emang masih banyak ya yang menonton TV Smiley, belum lagi kalau nonton juga pas ada iklan seringnya di-skip dan pindah ke channel lain.
Saya pribadi sih memang udah tidak menonton tv sudah agk lama karena ngerasa tidak cocok dengan tayangan tayangan yang disiarkan media tv lokal, untuk hiburan saya biasanya lebih suka liat youtube, saya kira memang masyrakat terutama kaum muda sudah jarang menonton tv karena mudahnya hiburan yang didapet dari media sosial seperti youtube, tiktok dll.

Kalau saya berpendapat sebaliknya, justru yang sudah mengenal internet atau minimalnya punya akun sosmed yang mesti lebih banyak di edukasi dan menjadi prioritas lebih dulu. Alasannya karena scammer lebih mudah atau bahkan malah bisa lebih "untung banyak" dengan melancarkan aksinya melalui media-media internet seperti itu tanpa dia harus bertemu langsung dengan korban, ketimbang harus manual/bertemu langsung "men-scam" orang-orang yang tidak berinteraksi dengan internet.
Saya setuju, saya merasa bahwa mereka mereka ini juga yang sering kena fomo, tahun tahun kemarin juga waktu heboh hebohnya btc sampai tebus ke telinga orang awam banyak yang ikut ikutan invest di btc berharap uangnya bisa menjadi berkali kali lipat nah pas crashnya waktu itu golongan ini juga yang ngasih stigma negatif soal crypto jadi memang saya rasa yang sudah melek teknologi yang perlu diedukasi, kalo untuk golongan kedua yang agan @Husna sebutkan sih biasanya mereka mereka ini yang sering kena Ponzi/MLM berkedok crypto, saya kira pemerintah perlu melakukan edukasi ekstra supaya mereka tidak terjerumus.
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Dan lapisan masyarakat seperti itu pun bisa jadi belum atau tidak mengenal apa itu cryptocurrency, sehingga belum terlalu urgen kalaupun mau iklan edukasinya menyasar ke golongan tersebut.
Justru menurut saya merekalah yang mustinya diprioritaskan. Karena lapisan ini yang biasanya mudah untuk dibujuk oleh para penipu, maka mereka harus diedukasi secara berulang tentang apa yang sekiranya bakal merugikan mereka.
OK, saya sudah memperkirakan sebelumnya perihal sanggahan diatas. Jadi urutannya dari yang prioritas hingga ke yang belum terlalu urgen adalah terlebih dulu dari masyarakat yang belum mengenal atau tidak berinteraksi dengan internet, baru kemudian di urutan terakhir ke masyarakat yang baru/sudah mengenal internet, begitukah?

Kalau saya berpendapat sebaliknya, justru yang sudah mengenal internet atau minimalnya punya akun sosmed yang mesti lebih banyak di edukasi dan menjadi prioritas lebih dulu. Alasannya karena scammer lebih mudah atau bahkan malah bisa lebih "untung banyak" dengan melancarkan aksinya melalui media-media internet seperti itu tanpa dia harus bertemu langsung dengan korban, ketimbang harus manual/bertemu langsung "men-scam" orang-orang yang tidak berinteraksi dengan internet.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Itu bisa diantisipasi dengan menggunakan cara kotor kampanye partai atau calon pilkada, yaitu dengan menempelkan brosur informasi di tiang listrik dan pohon.
Haha, cara yang nyampah tapi lumayan efektif, entah kenapa saat ada sesuatu yang ditempel di tiang listrik dan pohon, mata kayak ditarik untuk melirik.

Dan lapisan masyarakat seperti itu pun bisa jadi belum atau tidak mengenal apa itu cryptocurrency, sehingga belum terlalu urgen kalaupun mau iklan edukasinya menyasar ke golongan tersebut.
Justru menurut saya merekalah yang mustinya diprioritaskan. Karena lapisan ini yang biasanya mudah untuk dibujuk oleh para penipu, maka mereka harus diedukasi secara berulang tentang apa yang sekiranya bakal merugikan mereka.
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Btw Saya juga jarang liat tayangan tv indonesia kecuali MotoGP, haha.
Bisa jadi Bappebti tidak menganggarkan sosialiasasi (khususnya crypto) untuk tahun ini, mungkin saja ada, tapi sejenis instrumen lain, kitanya juga gak bakal konek kalau gak denger kata crypto di media televisi kayak iklan tokcrypto, kan?.
Emang masih banyak ya yang menonton TV :), belum lagi kalau nonton juga pas ada iklan seringnya di-skip dan pindah ke channel lain.

Perihal cryptocurrency tidak bisa lepas dari internet, dan kalaupun user memang berminat investasi disana setidaknya sudah terbiasa mencari informasi via internet (dari sumber yang kredibel), jadi mestinya tidak pasif dalam mencari informasi apalagi hanya "menunggu" ada iklan edukasi dari pemerintah via Bappebti atau lainnya.

Dan untuk informasi penting tertentu, patut diingat masih ada lapisan masyarakat yang tidak berinteraksi dengan dunia maya atau internet.
Dan lapisan masyarakat seperti itu pun bisa jadi belum atau tidak mengenal apa itu cryptocurrency, sehingga belum terlalu urgen kalaupun mau iklan edukasinya menyasar ke golongan tersebut.
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Btw Saya juga jarang liat tayangan tv indonesia kecuali MotoGP, haha.
Bisa jadi Bappebti tidak menganggarkan sosialiasasi (khususnya crypto) untuk tahun ini, mungkin saja ada, tapi sejenis instrumen lain, kitanya juga gak bakal konek kalau gak denger kata crypto di media televisi kayak iklan tokcrypto, kan?.

Surve saat ini indonesia memiliki pengguna aktif media sosial sebanyak 63 juta orang dengan 95% aktif di media sosial. Artinya dengan memiliki data ini Bapebti bisa menjadi acuan menentukan prioritas iklan untuk di tampilkan di mana.
63 juta orang?,Saya gak yakin itu semua real, karena Sejak zaman baju kotak-kotak, MedSos Indonesia dihuni oleh para buzzer pendukung calon baju kotak-kotak hingga sekarang. Dan, kemungkinan lanjut jika penerus itu disetujui ibu banteng (tapi ibunya cenderung ke anak banteng sih, dan buzzer itu pindah haluan).

Dan untuk informasi penting tertentu, patut diingat masih ada lapisan masyarakat yang tidak berinteraksi dengan dunia maya atau internet.
Itu bisa diantisipasi dengan menggunakan cara kotor kampanye partai atau calon pilkada, yaitu dengan menempelkan brosur informasi di tiang listrik dan pohon.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Surve saat ini indonesia memiliki pengguna aktif media sosial sebanyak 63 juta orang dengan 95% aktif di media sosial. Artinya dengan memiliki data ini Bapebti bisa menjadi acuan menentukan prioritas iklan untuk di tampilkan di mana. Sehingga iklanya terkesan menjadi lebih efektif menyasar user. Tapi sayangnya media sosial ini kadang menjadi pedang bermata dua. ~
Betul, dan jika kembali ke tawaran solusi saya sebelumnya;
- tim kreatif untuk produksi.
- tim riset untuk mengetahui jenis penonton dan karakternya sehingga dapat menentukan konten yang tepat.
- tim khusus yang menyusun dan mengatur anggaran konten.
maka itu akan memudahkan Bappebti menentukan informasi apa yang menggunakan iklan jenis apa untuk ditaruh di platform apa. Namun jika tim itu tidak terbentuk, saya pikir mereka tetap akan kesulitan meskipun data ada di tangan mereka. Karena pastinya tetap akan membutuhkan orang-orang dengan keahlian yang sesuai, terutama dalam hal konsep dan produksi setelah data terkumpul.
Dan untuk informasi penting tertentu, patut diingat masih ada lapisan masyarakat yang tidak berinteraksi dengan dunia maya atau internet.
hero member
Activity: 1400
Merit: 770
Kalo untuk sosialisasi sih harusnya di semua ranah baik TV maupun
internet. Tidak apa-apa juga mereka mau nyaplok ide dari mana, yang penting sosialisasi informasinya nyampe ke semua lapisan masyarakat.
Btw Saya juga jarang liat tayangan tv indonesia kecuali MotoGP, haha.


Saya pikir menggunakan semua juga bagus, tapi mungkin memang mereka tidak memiliki banyak anggaran untuk melakukan itu. Tapi bahkan saya sendiri memang kalau melihat televisi kalau ada iklan langsung saya pindah. Menurut sumber yang saya baca televisi memang menjadi media paling efektif untuk iklan pada tahun 2017, roda perputaran uang di iklan TV tahun itu bahkan mencapai 148 Triliun. Tapi dalam artikel yang saya baca itu di tulis tahun 2018 dan kita mulai mengalami perubahan saat ini banyak iklan menggunakan platfrom media sosial.

Surve saat ini indonesia memiliki pengguna aktif media sosial sebanyak 63 juta orang dengan 95% aktif di media sosial. Artinya dengan memiliki data ini Bapebti bisa menjadi acuan menentukan prioritas iklan untuk di tampilkan di mana. Sehingga iklanya terkesan menjadi lebih efektif menyasar user. Tapi sayangnya media sosial ini kadang menjadi pedang bermata dua.

Sumber:
https://www.paper.id/blog/tips-dan-nasihat-umkm/tempat-iklan-paling-efektif/
https://www.kominfo.go.id/index.php/content/detail/3415/Kominfo+%3A+Pengguna+Internet+di+Indonesia+63+Juta+Orang/0/berita_satker

 

 
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
~ Jadi menurut saya, kalau mau beriklan pikirkan dulu mau menjangkau siapa, dan menurut saya TV-tv lokal juga kebanyakan nyaplok idenya dari youtube dan sosmed lain kayak tiktok alias kretif idenya tetap saja ngambil dari internet.
Kalo untuk sosialisasi sih harusnya di semua ranah baik TV maupun
internet. Tidak apa-apa juga mereka mau nyaplok ide dari mana, yang penting sosialisasi informasinya nyampe ke semua lapisan masyarakat.
Btw Saya juga jarang liat tayangan tv indonesia kecuali MotoGP, haha.

Budaya ASBAK (Asal Bapak Senang) sudah mendarah daging sejak jaman kompeni, jadi dimaklumi saja kalau tiap hari menemukannya. Tapi kalau menurut saya, laporkan balik saja kalau memang menemukan hal yang kayak gini, kalau didiamkan saja, tentu budaya yang begini ini akan terus berjalan sampai ke generasi berikutnya.
Dulu saya masih bego banget, nurut-nurut aja kalo diminta ini itu yang penting hak saya tetep masuk penuh. Jadi gak peduli.
Kalo sekarang ketemu begituan pasti saya tegur langsung "Woi pak! gimana kabarnya? keluarga sehat? Mampir atuh"
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Contoh link yang saya cantumkan sebelumnya diatas merupakan link dari Annual report Bappebti di tahun 2011 (bisa dilihat sepintas dari judul link);
Tidak saya simak ternyata laporan tahunan 2011. Tapi sepertinya memang beda, jadi kita jangan menganggap bahwa pamlet dan brosur yang disebarkan oleh bappebti itu menyangkut soal kripto, karena pada tahun  2011 pun saya pikir sangat sedikit sekali yang kenal, jadi kalau tahun ini atau tahun sebelum-sebelumnya tidak menemukan brosur, iklan atau pamlet dari bappebti, kemungkinan tidak menganggarkannya, karena biasanya tidak setiap tahun proyek pemerintah itu menganggarkan pos untuk sosialisasi.

Atau bahkan mungkin akan lebih baik jika mereka bekerjasama dengan tim kreatif dari TV swasta seperti NET atau TransTV yang udah paham maunya penonton.
Entahlah, Semenjak TV sudah berinternet, jarang sekali saya melihat acara televisi lokal, entah kalau yang lain, setiap hari tontonan saya itu sport, dan berita ekonomi. Jadi menurut saya, kalau mau beriklan pikirkan dulu mau menjangkau siapa, dan menurut saya TV-tv lokal juga kebanyakan nyaplok idenya dari youtube dan sosmed lain kayak tiktok alias kretif idenya tetap saja ngambil dari internet.

Tapi begini, saya pernah melihat sekelompok oknum dari sebuah institusi pemerintah yang melakukan fake documentation secara langsung, yaitu pada saat pemberlakuan wajib masker dan jaga jarak di setiap tempat makan. Mereka meminta beberapa orang (pegawai depot dan konsumen) untuk mengenakan masker, kemudian difoto. Setelah itu orang-orang boleh melepaskan maskernya lagi, saat ditanya oleh beberapa konsumen, mereka mengatakan itu hanya untuk dokumentasi laporan.
Budaya ASBAK (Asal Bapak Senang) sudah mendarah daging sejak jaman kompeni, jadi dimaklumi saja kalau tiap hari menemukannya. Tapi kalau menurut saya, laporkan balik saja kalau memang menemukan hal yang kayak gini, kalau didiamkan saja, tentu budaya yang begini ini akan terus berjalan sampai ke generasi berikutnya.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Tidak terbayang Bappebti sebagai lembaga/institusi milik pemerintah dalam annual report nya kalau menggunakan dokumentasi fake. Apa tidak ada lembaga yang mengaudit kalau begitu, belum lagi annual report tersebut kan diumumkan ke publik, saya kira malah bakalan menjatuhkan reputasi lembaga tersebut jika demikian.
Dan disisi lain kalaupun kita mau menyebutnya demikian, tentu harus punya proof data valid juga bahwa itu adalah benar-benar dokumen fake, jadi bukan hanya karena tidak terlihat oleh kita atau berdasar prasangka semata.
Saya memang tidak punya bukti valid untuk hal tersebut.
Tapi begini, saya pernah melihat sekelompok oknum dari sebuah institusi pemerintah yang melakukan fake documentation secara langsung, yaitu pada saat pemberlakuan wajib masker dan jaga jarak di setiap tempat makan. Mereka meminta beberapa orang (pegawai depot dan konsumen) untuk mengenakan masker, kemudian difoto. Setelah itu orang-orang boleh melepaskan maskernya lagi, saat ditanya oleh beberapa konsumen, mereka mengatakan itu hanya untuk dokumentasi laporan.
Itu hanya sedikit contoh dari banyak hal serupa, saya pernah melihat dan di beberapa kasus harus terlibat karena sebagai vendor. Saat dokumentasi tersebut masuk kedalam laporan, itu akan dianggap valid.
Di persoalan Bappebti tersebut saya mengira hal yang sama terjadi, dan (lagi-lagi hanya) menduga dokumentasi dilakukan cuma di beberapa tempat (baik digital maupun real) hanya untuk memenuhi laporan tahunan.
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Di dalam buku laporan mereka pasti tetap tertulis, namun realisasinya gak terlihat, biasanya yang begini ini dokumentasinya juga fake. Karena itulah saya pikir mungkin mereka mengalami kesulitan dalam mengkonsep/memproduksi/menyebarkan informasi terkait, sehingga program tersebut berjalan ala kadarnya dan tidak tersebar seperti seharusnya.
Tidak terbayang Bappebti sebagai lembaga/institusi milik pemerintah dalam annual report nya kalau menggunakan dokumentasi fake. Apa tidak ada lembaga yang mengaudit kalau begitu, belum lagi annual report tersebut kan diumumkan ke publik, saya kira malah bakalan menjatuhkan reputasi lembaga tersebut jika demikian.

Dan disisi lain kalaupun kita mau menyebutnya demikian, tentu harus punya proof data valid juga bahwa itu adalah benar-benar dokumen fake, jadi bukan hanya karena tidak terlihat oleh kita atau berdasar prasangka semata.

Saya lebih cenderung menyebutkan kalau program-program (penyebaran informasi, dll) yang dicantumkan dalam annual report tersebut sudah terlaksana sebagaimana yang tertera (dan tidak "menudingnya" sebagai dokumen fake), namun pelaksanaannya yang mungkin masih belum maksimal sebagaimana yang agan sebut "berjalan ala kadarnya", entah karena budget nya kecil untuk keperluan tersebut atau karena hal lain.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Jika melihat pada annual report nya bappebti, diantaranya yang ini: https://bappebti.go.id/Annual_report_bappebti/download/annual_2016-06-16_11-25-05_Annual__2011.pdf, halaman 107-108, sub judul Penyebaran Informasi, pada poin ke-3 disitu disebutkan perihal iklan layanan masyarakat yang termasuk kedalam salah satu programnya Bappebti:

Maka dari itu ketika poin-poin program tersebut dicantumkan dalam annual report, artinya mereka sudah mencapainya karena ada budget sebelumnya untuk itu, terlepas dari maksimal tidaknya Bappebti menggunakannya untuk sosialisasi ke masyarakat.

Di dalam buku laporan mereka pasti tetap tertulis, namun realisasinya gak terlihat, biasanya yang begini ini dokumentasinya juga fake. Karena itulah saya pikir mungkin mereka mengalami kesulitan dalam mengkonsep/memproduksi/menyebarkan informasi terkait, sehingga program tersebut berjalan ala kadarnya dan tidak tersebar seperti seharusnya.


~ Karena memang saya sangat jarang menemukan iklan khusus dibuat dan ditayangkan di media elektronik, TV atau Youtube. Bahkan spanduk, di kota saya juga jarang. Yang sering saya lihat melalui platform medsos yang mungkin notabene tidak memerlukan biaya mahal mungkin hanya desain yang memerlukan biaya. ~
Itu dia kenyataan yang terjadi. Saya juga gak pernah nemu iklannya bahkan di medsos sekalipun.


~ KPU mengadakan sosialisasi di media televisi dengan menggunakan beberapa artis dan pelawak sebagai bintang iklan untuk dimaksudkan supaya mudah dicerna, namun ketika pemilu berjalan ternyata masih banyak yang mencoblos bukan mencontreng, sehingga dibalikan lagi pada pemilu berikutnya dicoblos.
Padahal format penyampaiannya udah ideal, ternyata ya masih gak berhasil. Belum lagi ditambah faktor lapisan masyarakat yang tidak menonton TV atau iklannya.

Disamping itu juga masalah anggaran, Untuk mensosialisasikan video di media besar seperti TV itu tidak sedikit, setidaknya puluhan - ratusan milyar. Bisa saja anggarannya ditekan jika hanya di youtube, tapi tentu saja tidak akan banyak yang nonton karena rakyat kecil, apalagi di pedesaan itu rata-rata tidak mampu mengakses internet.
Sepakat sih ini. Jadi saya pikir kesulitan Bappebti dalam menyampaikan informasi terkait dapat dipecahkan jika mereka memiliki:

- tim kreatif untuk produksi.
- tim riset untuk mengetahui jenis penonton dan karakternya sehingga dapat menentukan konten yang tepat.
- tim khusus yang menyusun dan mengatur anggaran konten.

Atau bahkan mungkin akan lebih baik jika mereka bekerjasama dengan tim kreatif dari TV swasta seperti NET atau TransTV yang udah paham maunya penonton.
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Sepertinya itu baru perencanaan, dan dalam pengalaman saya berteman dengan orang di bagian perencanaan anggaran, terkadang hal-hal yang menurut mereka tidak urgent akan dicut di pertengahan tahun atau digantikan dengan yang hal yang lebih urgent lainnya. Apa lagi menjelang pemilu gini, terkadang uang untuk sosialisasi itu digunakan untuk memoles pejabat yang berkepentingan.
Contoh link yang saya cantumkan sebelumnya diatas merupakan link dari Annual report Bappebti di tahun 2011 (bisa dilihat sepintas dari judul link); Dan berdasarkan definisi yang tertera di wikipedia:

Laporan tahunan atau annual report merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil diraih organisasi dalam setahun.

artinya poin-poin yang dicantumkan dalam program penyebaran informasi oleh Bappebti tersebut secara definisi diatas adalah program yang sudah dicapai, dan bukanlah baru sekedar perencanaan.

Maka dari itu ketika poin-poin program tersebut dicantumkan dalam annual report, artinya mereka sudah mencapainya karena ada budget sebelumnya untuk itu, terlepas dari maksimal tidaknya Bappebti menggunakannya untuk sosialisasi ke masyarakat.

-cmiiw-
legendary
Activity: 2366
Merit: 2054
Masyarakat awam kalo disuguhi informasi dalam format resmi kayak gitu pasti gak berminat, mereka lebih minat berita atau video yang bersifat menghibur. Mungkin Bappebti musti nyari cara sosialisasi dengan bikin video begitu supaya punya kans besar bisa viral. Entah gimana caranya mereka harus bisa menyajikan informasi resmi tapi bernuansa hiburan. Kalo viral kan jadi banyak orang yang tau.
Saya juga pesimis akan tersampaikan, seperti contoh dulu ketika pemilu menggunakan format berbeda dengan mencontreng, KPU mengadakan sosialisasi di media televisi dengan menggunakan beberapa artis dan pelawak sebagai bintang iklan untuk dimaksudkan supaya mudah dicerna, namun ketika pemilu berjalan ternyata masih banyak yang mencoblos bukan mencontreng, sehingga dibalikan lagi pada pemilu berikutnya dicoblos.

Disamping itu juga masalah anggaran, Untuk mensosialisasikan video di media besar seperti TV itu tidak sedikit, setidaknya puluhan - ratusan milyar. Bisa saja anggarannya ditekan jika hanya di youtube, tapi tentu saja tidak akan banyak yang nonton karena rakyat kecil, apalagi di pedesaan itu rata-rata tidak mampu mengakses internet.

Kalau sudah jelas programnya tentu ada budget untuk itu, mestinya sih tidak perlu sampai ada istilah kesulitan dalam sosialisasi informasi terlepas dari seperti apa model penyampaiannya.
Sepertinya itu baru perencanaan, dan dalam pengalaman saya berteman dengan orang di bagian perencanaan anggaran, terkadang hal-hal yang menurut mereka tidak urgent akan dicut di pertengahan tahun atau digantikan dengan yang hal yang lebih urgent lainnya. Apa lagi menjelang pemilu gini, terkadang uang untuk sosialisasi itu digunakan untuk memoles pejabat yang berkepentingan.
hero member
Activity: 1400
Merit: 770

Kalau sudah jelas programnya tentu ada budget untuk itu, mestinya sih tidak perlu sampai ada istilah kesulitan dalam sosialisasi informasi terlepas dari seperti apa model penyampaiannya.

Kalau dilihat dari jenisnya tentu sudah cukup bagus menurut saya. Mereka memiliki banyak opsi, tapi pertanyaannya apakah semua dilakukan atau hanya program saja realisasinya belum maksimal. Karena memang saya sangat jarang menemukan iklan khusus dibuat dan ditayangkan di media elektronik, TV atau Youtube. Bahkan spanduk, di kota saya juga jarang. Yang sering saya lihat melalui platform medsos yang mungkin notabene tidak memerlukan biaya mahal mungkin hanya desain yang memerlukan biaya. Sama seperti yang om @Husna katakan mungkin malah dari platform penyedia layanan investasi yang mengajurkan waspada berinvestasi yang diikuti sebagai media promosi program mereka. Walaupun iklan utama itu adalah platform yang ditawarkan bukan waspada investasinya. 
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Salah satu kesulitan Bappebti yang paling terlihat adalah cara mensosialisasikan informasi terkait kepada masyarakat (terutama kalangan menengah ke bawah). Seperti yang kita tau, masyarakat awam yang biasanya ambil jalan pintas untuk cepet kaya, rata-rata minat bacanya rendah. Bahkan meskipun informasi tersebut dalam format audio video.
Masyarakat awam kalo disuguhi informasi dalam format resmi kayak gitu pasti gak berminat, mereka lebih minat berita atau video yang bersifat menghibur. Mungkin Bappebti musti nyari cara sosialisasi dengan bikin video begitu supaya punya kans besar bisa viral. Entah gimana caranya mereka harus bisa menyajikan informasi resmi tapi bernuansa hiburan. Kalo viral kan jadi banyak orang yang tau.
Jika melihat pada annual report nya bappebti, diantaranya yang ini: https://bappebti.go.id/Annual_report_bappebti/download/annual_2016-06-16_11-25-05_Annual__2011.pdf, halaman 107-108, sub judul Penyebaran Informasi, pada poin ke-3 disitu disebutkan perihal iklan layanan masyarakat yang termasuk kedalam salah satu programnya Bappebti:



- PBK: Perdagangan Berjangka Komoditi
- SRG: Sistem Resi Gudang
- PLK: Pasar Lelang Komoditi


Kalau sudah jelas programnya tentu ada budget untuk itu, mestinya sih tidak perlu sampai ada istilah kesulitan dalam sosialisasi informasi terlepas dari seperti apa model penyampaiannya.

Btw, kasus-kasus seperti binomo dan lainnya yang mencuat dan viral menurut opini saya itu bisa jadi "iklan gratis" ke masyarakat mengenai perlunya memahami resiko investasi, terlebih ke bidang yang tidak dia kuasai atau mungkin karena hanya sekedar ikut-ikutan tanpa menelitinya terlebih dulu.
sr. member
Activity: 771
Merit: 293
Salah satu kesulitan Bappebti yang paling terlihat adalah cara mensosialisasikan informasi terkait kepada masyarakat (terutama kalangan menengah ke bawah). Seperti yang kita tau, masyarakat awam yang biasanya ambil jalan pintas untuk cepet kaya, rata-rata minat bacanya rendah. Bahkan meskipun informasi tersebut dalam format audio video.
Masyarakat awam kalo disuguhi informasi dalam format resmi kayak gitu pasti gak berminat, mereka lebih minat berita atau video yang bersifat menghibur. Mungkin Bappebti musti nyari cara sosialisasi dengan bikin video begitu supaya punya kans besar bisa viral. Entah gimana caranya mereka harus bisa menyajikan informasi resmi tapi bernuansa hiburan. Kalo viral kan jadi banyak orang yang tau.
legendary
Activity: 2254
Merit: 2253
From Zero to 2 times Self-Made Legendary
Selain itu sebenarnya Bapebti juga memperhatikan nasib para investor. Baru -baru ini mereka sepertinya menggelar ujian profesi untuk calon wakil pialang berjangka (mungkin ini cenderung seperti forex) ujian akan dilaksanakan 20-21 Oktober 2022. Tugas wakil pialang tidak hanya berdagang tapi mereka memiliki tugas untuk:
1. Memberikan edukasi ke nasabah
2. Memberikan pendampingan pada saat transaksi
3. Sosialisasi tentang trading
Cukup menarik, mungkin jika Bapebti menerapkan aturan ini(dimodifikasi)  disesuaikan dengan kondisi perkembangan crypto sebagai aset juga akan memiliki dampak positif perkembangan dan minat investor.
Kalaupun misalkan ketiga poin diatas disesuaikan dengan cryptocurrency, menurut saya paling lebih menyasar ke semisal perusahaan yang memang ada interest kesana.
Sementara itu untuk poin ke-1 dan ke-3 bisa saja dikampanyekan secara"gratis" ke masyarakat melalui ruang iklan di pelbagai media jika memang Bappebti bisa lebih care.

Perdagangan aset kripto dibawah naungan Bappebti kan modelnya sebagai aset komoditas, jadi seharusnya Wakil Pialang Perdagangan Berjangka Komoditi bisa ikut dilibatkan didalam siklus perdagangan tersebut. Jadi jika Pedagang Aset Kripto juga memiliki peran sebagai Pialang Berjangka, maka sudah pasti perusahaan-perusahaan (Exchange) tersebut akan memiliki satu atau beberapa Wakil Pialang Perdagangan Berjangka Komoditi didalam tatanan perusahaannya.
legendary
Activity: 2296
Merit: 2892
#SWGT CERTIK Audited
Barusan buka webnya Bappebti ni, sepertinya sedang ada surve kepuasan terhadap pelayanan Bappebti. Mungkin temen temen disini bisa isi juga, dan semoga bisa ditindak lanjuti  ;D. Berikut link surveynya : https://forms.office.com/Pages/ResponsePage.aspx?id=DQSIkWdsW0yxEjajBLZtrQAAAAAAAAAAAANAARwhbNRURE1CVThXV1lIN0tGQkFIMVJVMTNPSkVUTC4u
Saya sendiri belum pernah punya pengalaman "secara langsung" menggunakan jasa layanan Bappebti, jadi kemungkinan bisa saja tidak objektif kalaupun asal ikut mengisi kuesioner tersebut; Dan lagi cakupan dari layanan Bappebti bukan hanya cryptocurrency sehingga pertanyaan pun tentunya tidak spesifik hanya ke layanan yang menyangkut hal tersebut saja.

Selain itu sebenarnya Bapebti juga memperhatikan nasib para investor. Baru -baru ini mereka sepertinya menggelar ujian profesi untuk calon wakil pialang berjangka (mungkin ini cenderung seperti forex) ujian akan dilaksanakan 20-21 Oktober 2022. Tugas wakil pialang tidak hanya berdagang tapi mereka memiliki tugas untuk:
1. Memberikan edukasi ke nasabah
2. Memberikan pendampingan pada saat transaksi
3. Sosialisasi tentang trading
Cukup menarik, mungkin jika Bapebti menerapkan aturan ini(dimodifikasi)  disesuaikan dengan kondisi perkembangan crypto sebagai aset juga akan memiliki dampak positif perkembangan dan minat investor.
Kalaupun misalkan ketiga poin diatas disesuaikan dengan cryptocurrency, menurut saya paling lebih menyasar ke semisal perusahaan yang memang ada interest kesana.
Sementara itu untuk poin ke-1 dan ke-3 bisa saja dikampanyekan secara"gratis" ke masyarakat melalui ruang iklan di pelbagai media jika memang Bappebti bisa lebih care.
Pages:
Jump to: